Minggu, 25 Juni 2017

Renungan: ANDREAS PART 2


ANDREAS PART 2
(Pelayanan Dan Akhir Hidupnya)
Yoh 1:41-42


INDRODUCTION
Pada kesempatan ini saya akan kembali mengajak kita untuk belajar dari salah satu murid Yesus yang bernama Andreas. Beberapa minggu yang lalu kita sudah belajar menyangkut panggilan Andreas untuk masuk dalam ‘kelompok’ murid Yesus. Dan untuk saat ini saya ingin mengajak kita melihat seputar pelayanan dan akhir hidup Andreas. Oleh karena itu mari kita perhatikan satu persatu:

1.     KEPRIBADIAN ANDREAS
Yoh 1:40 – Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas saudara Simon Perus.

Secara sepintas kita tidak menemukan sesuatu yang aneh dari ayat ini! Tetapi jika kita perhatikan nama Andreas yang disebutkan di dalam teks ini disandingkan dengan nama Simon Petrus saudaranya.

Menariknya lagi ini bukan satu-satunya teks yang menyebutkan nama Andreas yang disandingkan dengan nama Simon Petrus. Perhatikan beberapa ayat beriku ini:

Mat 4:18 -  Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galelea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.

Mat 10:2 – Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya.

Merk 1:16 – Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galelea, Ia melihat Siamon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.

Luk 6:14 – Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bertolomeus

Yoh 6:8 – “Seorang dari murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepadanya….”

Pertanyaannya mengapa bisa demikian? (nama Andreas disandingkan dengan nama Simon Petrus saudaranya). Kemungkinan besar Andreas tidak terlalu dikenal oleh public maka dari itu Penulis Injil merasa perlu memasang nama Andreas dengan nama Simon Petrus, saudaranya, sehingga dapat memudahkan orang untuk mengetahui siapa itu Andreas.

Esra A. Soru – Ini menunjukkan bahwa Andreas selalu hidup di bawah bayang-bayang Petrus. Orang mungkin tidak mengenal Andreas tetapi selalu mengenal Petrus. Oleh karena itu jika mereka berbicara tentang Andreas mereka selalu meyebutkan saudara Simon Petrus, (Jesus’ Desciples, Pelangi Kasih Ministry, Kupang 2014, hal. 192)

Jika kita tarik ke belakang maka kita dapat temukan bahwa Andreas lah yang pertama kali membawa Petrus kepada Yesus, kemudian Petrus lah yang lebih terkenal ketimbang Andreas. Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 1:41-42 – (41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “kami telah menemukan mesias (artinya: Kristus)” (42) Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan barketa: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan kefas (artinya: Petrus).”

Andreas yang membawa Petrus kepada Yesus tetapi justrus Petrus lah yang menjadi lebih ‘dekat’ dengan Yesus ketimbang Andreas. Bahkan Petrus lebih sering dilibatkan dalam beberapa aktifitas yang Yesus lakukan ketimbang Andreas.

Pada saat penyembuhan anak Perempuan Yairus, Petrus ‘dilibatkan’ oleh Yesus sedangkan Andreas tidak (Bdk. Mark 5:35-37); Ketika Yesus pergi ke taman Getsemani, Petrus di bawah (ikut) sedangkan Andreas tidak (Bdk. Mat 26:36-37).

Coba kita pikirkan sekarang! Jika kita punya andil membawa seseorang untuk masuk dalam suatu kelompok ataupun komunitas. Tetapi kemudian orang yang kita bawah itu lebih menonjol ataupun lebih terkenal bahkan sering dilibatkan dalam berbagai aktifitas kelompok atau komunitas ketimbang kita. Apa yang ada dipikiran atau hati kita? Saya berpendapat sebagian besar ‘akan ada kecemburuan social atau iri hati bahkan bisa timbul kebencian terhadap orang yang kita bawah’. Tetapi kita perhatikan Andreas, ternyata ia tidak terganggu atau bisa kita katakan ia tenang-tenang saja dengan kondisi yang ada. Perhatikan komentar berikut ini:

Esra A. Soru – Sangat masuk akal jika Andreas akhirnya menjadi iri hati, benci, jengkel/cemburu pada Petrus dan menyesali mengapa membawa Petrus pada Yesus. Bukankah Andreas dapat merasa lebih layak mendampingi Yesus karena ia adalah salah satu dari murid-murid Yesus yang pertama? Namun pikiran-pikiran seperti itu tidak ada dalam hati dan kepala Andreas (Jesus’ Desciples, Pelangi Kasih Ministry, Kupang 2014, hal. 194)

Semua ini menunujukkan betapa mulianya hati Andreas, ia tidak merasa terganggung ketika orang yang dibawahnya lebih menonjol ketimbang dirinya.  Saya yakin jika semua orang Kristen memiliki hati sebagai mana yang dimiliki Andreas maka kemungkinan besar gesekan antara sesama orang Kristen akan jarang terjadi. Saya rasa persangain yang tidak sehat di antara pemimpin gereja akan bisa diminimalisir, dan tidak akan ada upaya pembunuhan karakter sesama anak Tuhan. Atau pun tidak akan ada upaya ‘penghentian’ terdap karir/pelayanan sesorang yang lagi melejit.

Mari belajarlah dari Andreas, jalan hidup kita berbeda. Jika ada yang lebih terkenal/menonjol dari kita, santai saja atau jika ada yang lebih maju/melejit dari kita semestinya kita syukuri. Intinya “jangan susah melihat orang senang dan jangan senang melihat orang susah”

2.    PELAYANAN ANDREAS
Kita sudah belajar menyangkut kepribadian Andreas dan kini saya ingin mengajak kita melihat pelayanan yang dimainkan Andreas. Perlu untuk kita ketahui bahwa data Alkitab yang mengungkapkan tentang pelayanan Anderas cukup minim sehingga ada teolog yang berpandangan bahwa Andreas merupakan salah satu murid Yesus yang tidak terkenal. Meskipun demikian pelayanan yang dimainkan Andreas punya dampak yang cukup besar. Perhatikan komentar berikut ini:

Artikel - Andreas adalah salah satu dari rasul Yesus yang kurang “tampil” di dalam cerita-cerita Alkitab. Kemunculannya di beberapa cerita Alkitab seringkali bukan sebagai seorang yang berperan banyak, tetapi seorang yang tampaknya berperan kecil namun dapat memberikan dampak yang besar. (Ulasan Buku “Sorotan Iman”: Andreas, Saudara yang Kurang Dikenal)
Berikut ini saya ingin mengangkat beberapa kasus di mana Andreas punya kontribusi membawa seseorang datang/berjumpa dengan Kristus. Oleh karena itu mari kita perhatikan satu persatu:

Pertama; Setelah Andreas bertemu dengan Yesus sang Mesias, ia kemudian membawa saudaranya (Simon Petrus) kepada Yesus sang Mesias itu. Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 1:41-42 – (41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." (42)  Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

Tindakan ini yang dilakukan Andreas ini menunjukkan kepeduliannya terhadap keselamatan tiap pribadi. Perhatikan komentar berikut ini:

Rm. Rafael Isharianto, CM - pemuridan tidak pernah berhenti antara aku dan Tuhan. Andreas dibawa Yohanes kepada Yesus, setelah Andreas mengenal Yesus secara pribadi, dia membawa Petrus kepada Yesus (Panggilan Menjadi Murid Yesus)

P. John Laba, SDB - Pengalaman kebersamaan dengan Yesus bukanlah menjadi milik pribadi. Andreas…….menjadi misionaris yang mewartakan pengalaman kebersamaan mereka dengan Yesus Kristus, sang Mesias kepada sesama saudara yang lain. (Kami Telah Menemukan Mesias)

Pertanyaan untuk direnungkan “Apakah kita bisa seperti Andreas? Membawa orang (minimal) yang dekat dengan kita untuk datang kepada Yesus. Atau maukah kita memberitakan tentang Yesus kepada orang-orang yang dekat dengan kita?

Andreas menjadi teladan bahwa kita tidak boleh memiliki Yesus hanya untuk diri kita sendiri. Malah, walaupun Petrus nantinya lebih dekat dengan Yesus, tidak membuat ia kecil hati, yang terpenting baginya membawa dan memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Ini semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak memperhatikan keselamatan diri kita sendiri tetapi juga harus memperhatikan keselamatan saudara/i atau pun family kita (umumnya orang-orang yang dekat dengan kita).

Kedua; Andreas membawa seorang Anak kecil kepada Yesus ketika mereka kesulitan makanan. Kemudian dengan kontribusi Andreas inilah masalah kasulitan makanan teratasi. Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 6:8-9 – (8)  Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: (9)  "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

Meskipun kita bisa melihat bahwa dalam teks ini tersirat ‘keraguan’ yang ditunjukkan Andreas karena mana mungkin 5 roti jelai dan 2 ekor ikan bisa memberi makan 5000 orang (bahkan lebih). Tetapi ia tetap membawa anak itu kepada Yesus, al hasil apa yang terjadi? Dari 5 roti dan 2 ekor ikan, mujizad besar terjadi. Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 6:11-13 – (11)  Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. (12)  Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." (13)  Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.

Ini bermula dari kontribusi Andreas yang sederhana kemudian melahirkan perkara yang tidak sederhana (red. Menakjubkan)

Dari sini kita bisa menarik pelajaran penting yaitu tetap lakukan ‘pekerjaan baik’ meskipun itu terlihat sederhana (red. Sepele) karena bisa jadi dari hal sederhana (sepeleh) ini bisa melahirkan perkara-perkara yang menakjubkan dikemudian hari. Intinya tetap lakukan ‘pekerjaab baik’ meskipun situasi dan kondisi tidak ‘bersahabat’.

Ketiga; Andres membawa sekelompok orang Yunani kepada Yesus. Perhatikan ayat berikut ini:
Yoh 20:21-22 – (20) Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. (21)  Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." (22)  Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.

Dr. W. A. Criswell - Andreas digambarkan dalam sebuah cahaya yang luar biasa di dalam kisah Injil. Di mana pun dia berada, dia selalu berusaha membawa seseorang kepada Tuhan. Dia selalu memperkenalkan seseorang kepada Yesus Kristus. (Andrew: Jesus' First Soul Winner)
Ini semestinya juga menjadi pelajaran bagi kita bahwa memperkenalkan/membawa seseorang kepada Kristus itu merupakan tanggung jawab kita semua yang mengaku sebagai murid Yesus/orang yang percaya kepada Yesus. Perhatikan ayat berikut ini:

Mat 28:19-20 – (19)  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20)  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Bagaimana dengan kita? Maukah kita membawa orang lain datang kepada Yesus! Jika Andreas bisa lakukan seperti ini, maka saya dan saudara pun bisa lakukan hal serupa juga. Semangat Andreas inilah yang dijadikan oleh warga gereja GKII Watatuku (Daerah Alor Baru) untuk mengajak sebanyak mungkin jemaat (dengan cara dor to dor) untuk datang ke gereja yang dikenal dengan nama ‘operasi Andreas’

Semestinya semangat Andreas seperti ini harus kita hidupi dalam keseharian hidup kita untuk mengajak atau membawa sebanyak mungkin orang datang kepada Kristus!

3.    AKHIR HIDUP ANDREAS

Menurut catatan sejarah (tidak termuat di dalam Alkitab) menceritakan tentang misi Andreas di Achaia (Patras – Yunani) di mana dia melakukan banyak mukjizat dan penyembuhan dalam nama Yesus Kristus serta mempertobatkan banyak penyembah berhala, termasuk istri Aeges, prokonsul Roma dan Stratoklis, saudara yang paling pandai dari prokonsul Roma. Andreas mengangkat Stratoklis menjadi uskup Patras yang pertama.

Aeges menjadi marah dan atas desakan para penyembah berhala dia memaksa orang-orang kristen untuk menyembah berhala. Andreas menghadap kepadanya dan menjelaskan bahwa hanya Tuhanlah yang patut disembah dan bahwa Kristuslah putra Allah yang telah datang ke dunia. Semua penyembahan berhala memurkakan Tuhan. Aeges mengatakan karena kesia-siaan yang diwartakan-Nya itulah maka Yesus harus menanggung akibatnya: harus menderita sengsara dan disalibkan. Andreas mengatakan bahwa Yesus disalibkan bukan secara terpaksa, tapi Dia dengan sukarela memanggul, menderita dan disalibkan demi keselamatan kita.

Andreas menegaskan bahwa dirinya adalah saksi atas semuanya itu karena dia hadir pada semua peristiwa ini. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa salib adalah misteri yang sungguh agung. Aeges menghinanya dan mengatakan bahwa itu bukan misteri yang agung melainkan kesengsaraan dan jika Andreas tidak mau menerima kata-katanya, Andreas akan dijadikannya sebagai bukti. Dengan berani, Andreas mengatakan bahwa jika dia mencemooh dan mengejek salib, dia tidak akan mewartakan kemuliaannya. Secara jujur, dia ungkapkan harapannya agar Aeges mendengar misteri salib ini sehingga percaya dan diselamatkan.

Aeges memerintahkan untuk menyalibkan Andreas. Andreas dengan gembira mendatangi kayu salibnya. Saat dari jauh dilihat kayu salibnya, dia memberi salam:

“Salam hai Salib Suci, engkau yang telah disucikan oleh tubuh Tuhanku, dan dihiasi oleh tungkai dan lengan-Nya bagai permata yang mahal. Aku datang kepadamu dengan bersorak gembira. Terimalah aku dengan gembira di tanganmu. O kayu salib yang baik, yang telah menerima keindahan dari tangan Tuhan; telah lama aku mengasihimu dan medambakanmu: sekarang engkau telah kutemukan dan engkau siap menerima kerinduan jiwaku; terimalah aku di tanganmu, ambillah aku dari antara manusia, dan hantarlah aku ke Tuhanku; agar Dia yang telah menebusku di atasmu, berkenan menerimaku melalui dirimu.”

Andreas bahagia karena boleh semakin serupa dengan Kristus, Guru-Nya dan karena tahu bahwa salib itu akan mengantarnya kepada-Nya. Dia menanggalkan jubahnya dan memberikannya kepada para algojonya. Mereka lalu mengikat dia pada sebuah saltire (kayu salib yang berbentuk huruf X ) dengan posisi kepala di bawah. Atas perintah Aeges mereka tidak memakukan dia agar penderitaannya lebih lama. Di sana dia bergantung selama dua hari dengan tetap berkotbah kepada kerumunan orang yang datang melihatnya.

Dari salibnya, ia melihat langit dengan gembira sebagai surga di mana dia akan bertemu dengan Tuhan. Atas desakan banyak orang maka Aeges dan beberapa orang datang kepadanya untuk membebaskannya. Namun Andreas menolaknya. Karena doanya, tangan orang-orang yang hendak membuka ikatannya menjadi lemas, tak bertenaga.

Andreas tidak ingin turun dari salib dalam keadaan hidup. Dia mohon agar jiwanya boleh melayang kepada Sang Sumber Kebahagiaan. Pada saat itu dari langit muncullah suatu sinar yang sangat terang menyelimuti dirinya selama setengah jam sehingga tak seorangpun bisa melihatnya. Ketika sinar itu hilang, jiwa sang Rasul melayang bersatu dengan Tuhan yang dicinta dan dirindukannya. Jenasahnya diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh Maximila dan uskup Stratoklis. Dengan segera banyak orang berdatangan ke makamnya. Menyadari bahwa orang yang dibunuhnya sesungguhnya benar-benar seorang utusan Tuhan yang suci, Aeges akhirnya bunuh diri.

Kemudian Saltire (Salib yang berbentuk huruf X) dikenal dengan nama "Salib Santo Andreas". 

Ada hal menarik yang berhubungan dengan “Salib Santo Andreas”, yaitu Santo Andreas juga dihormati sebagai Santo Pelindung Negara Scotlandia. Sehingga tidak heran pada tahun 1385 Saltire (Salib X atau salib Santo Andres) diresmikan menjadi gambar bendera Skotlandia.

Perlu untuk kita ketahui bahwa kini relikwi (jasad/tulang beluleng) Andreas dan juga sisa-sisa Saltire (salib X)  disimpan di Gereja St. Andreas Patras - Yunani; di sebuah Altar khusus dan dihormati dalam sebuah upacara khusus setiap 30 November hari pestanya. (sebelumnya berada terpisah, relikwinya di vatikan sedangkan Saltire berda di Perancis)

Terlepas dari soal bendera Skotlandia dan persoalam relikwi dan saltire, dari kisah ini (jika cerita di atas menyangkut akhir hidup Andreas benar) kita bisa simpulkan bahwa Andreas adalah pribadi yang setia kepada Yesus meskipun nyawa menjadi taruhannya. Bahkan bagi dia menderita karena pekerjaan Tuhan adalah suatu ‘kebahagiaan’.

Bagaimana dengan kita apakah kita cukup setia kepada Kristus atau tidak? Beranikah kita relah berkorban untuk sebua kebenaran dan beranikah kita berkorban untuk pekerjaan Tuhan? 

Disini saya tidak berbicara tentang mempertaruhkan nyawa melainkan beranikan kita ‘mempersembahkan’ sesuatu yang terbaik dari diri kita untuk pekerjaan Tuhan. Andreas telah melakukan bagiannya dan saya dan saudara harus melakukan bagian kita.


PENUTUP
Andresa adalah rasul yang kurang terkenal, tetapi ia punya kontribusi membawa orang untuk datang kepada Yesus, bahkan pada saat kesesakan ia tetap setiap mewartakan Injil meskipun resiko yang ia alami adalah kehilangan nyawanya. Tetapi menariknya di sini dia tidak bersungut maupun mengeluh atas penderitaan yang ia alami sebagai konsekuensi dari kesetiaannya pada Kristus, malahan penderitaan bahkan kematian yang ia alami dipandang sebagai suatu kebahagiaan ataupun suatu berkat.

Beranikah kita menjalani hidup seperti Andreas meskipun kurang disoroti tetapi ‘mampu’ membawa orang datang kepada Kristus, semangat mewartakan injil meskipun ada resiko dan bersediakan berkorban ataupun menderita untuk untuk pekerjaan Tuhan. Renungkan ini. Tuhan memberkati. Soli Deo Gloria, amen.

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

  DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS? By Pdt. Esra El...