(Pelayanan
Dan Akhir Hidupnya)
Yoh 1:41-42
INDRODUCTION
Pada kesempatan ini saya akan kembali
mengajak kita untuk belajar dari salah satu murid Yesus yang bernama Andreas.
Beberapa minggu yang lalu kita sudah belajar menyangkut panggilan Andreas untuk
masuk dalam ‘kelompok’ murid Yesus. Dan untuk saat ini saya ingin mengajak kita
melihat seputar pelayanan dan akhir hidup Andreas. Oleh karena itu mari kita perhatikan
satu persatu:
1.
KEPRIBADIAN ANDREAS
Yoh 1:40 – Salah seorang dari keduanya
yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas saudara Simon Perus.
Secara sepintas kita tidak menemukan
sesuatu yang aneh dari ayat ini! Tetapi jika kita perhatikan nama Andreas yang
disebutkan di dalam teks ini disandingkan dengan nama Simon Petrus saudaranya.
Menariknya lagi ini bukan satu-satunya
teks yang menyebutkan nama Andreas yang disandingkan dengan nama Simon Petrus.
Perhatikan beberapa ayat beriku ini:
Mat 4:18 - Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur
danau Galelea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka
sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
Mat 10:2 – Inilah nama kedua belas
rasul itu: Pertama Simon yang disebut
Petrus dan Andreas saudaranya, dan yakobus anak Zebedeus dan Yohanes
saudaranya.
Merk 1:16 – Ketika Yesus sedang
berjalan menyusur danau Galelea, Ia melihat Siamon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan
jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
Luk 6:14 – Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon,
Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bertolomeus
Yoh 6:8 – “Seorang dari murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus,
berkata kepadanya….”
Pertanyaannya mengapa bisa demikian?
(nama Andreas disandingkan dengan nama Simon Petrus saudaranya). Kemungkinan
besar Andreas tidak terlalu dikenal oleh public maka dari itu Penulis Injil
merasa perlu memasang nama Andreas dengan nama Simon Petrus, saudaranya,
sehingga dapat memudahkan orang untuk mengetahui siapa itu Andreas.
Esra
A. Soru
– Ini menunjukkan bahwa Andreas selalu hidup di bawah bayang-bayang Petrus.
Orang mungkin tidak mengenal Andreas tetapi selalu mengenal Petrus. Oleh karena
itu jika mereka berbicara tentang Andreas mereka selalu meyebutkan saudara
Simon Petrus, (Jesus’
Desciples, Pelangi Kasih Ministry, Kupang 2014, hal. 192)
Jika kita tarik ke belakang maka kita
dapat temukan bahwa Andreas lah yang pertama kali membawa Petrus kepada Yesus,
kemudian Petrus lah yang lebih terkenal ketimbang Andreas. Perhatikan ayat
berikut ini:
Yoh 1:41-42 – (41) Andreas mula-mula
bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “kami telah
menemukan mesias (artinya: Kristus)” (42) Ia
membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan barketa: “Engkau
Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan kefas (artinya: Petrus).”
Andreas yang membawa Petrus kepada
Yesus tetapi justrus Petrus lah yang menjadi lebih ‘dekat’ dengan Yesus
ketimbang Andreas. Bahkan Petrus lebih sering dilibatkan dalam beberapa
aktifitas yang Yesus lakukan ketimbang Andreas.
Pada saat penyembuhan anak Perempuan
Yairus, Petrus ‘dilibatkan’ oleh Yesus sedangkan Andreas tidak (Bdk. Mark
5:35-37); Ketika Yesus pergi ke taman Getsemani, Petrus di bawah (ikut)
sedangkan Andreas tidak (Bdk. Mat 26:36-37).
Coba kita pikirkan sekarang! Jika kita
punya andil membawa seseorang untuk masuk dalam suatu kelompok ataupun
komunitas. Tetapi kemudian orang yang kita bawah itu lebih menonjol ataupun
lebih terkenal bahkan sering dilibatkan dalam berbagai aktifitas kelompok atau
komunitas ketimbang kita. Apa yang ada dipikiran atau hati kita? Saya
berpendapat sebagian besar ‘akan ada kecemburuan social atau iri hati bahkan
bisa timbul kebencian terhadap orang yang kita bawah’. Tetapi kita perhatikan
Andreas, ternyata ia tidak terganggu atau bisa kita katakan ia tenang-tenang
saja dengan kondisi yang ada. Perhatikan komentar berikut ini:
Esra
A. Soru
– Sangat masuk akal jika Andreas akhirnya menjadi iri hati, benci,
jengkel/cemburu pada Petrus dan menyesali mengapa membawa Petrus pada Yesus.
Bukankah Andreas dapat merasa lebih layak mendampingi Yesus karena ia adalah
salah satu dari murid-murid Yesus yang pertama? Namun pikiran-pikiran seperti
itu tidak ada dalam hati dan kepala Andreas (Jesus’ Desciples, Pelangi Kasih
Ministry, Kupang 2014, hal.
194)
Semua ini menunujukkan betapa mulianya
hati Andreas, ia tidak merasa terganggung ketika orang yang dibawahnya lebih
menonjol ketimbang dirinya. Saya yakin
jika semua orang Kristen memiliki hati sebagai mana yang dimiliki Andreas maka
kemungkinan besar gesekan antara sesama orang Kristen akan jarang terjadi. Saya
rasa persangain yang tidak sehat di antara pemimpin gereja akan bisa
diminimalisir, dan tidak akan ada upaya pembunuhan karakter sesama anak Tuhan.
Atau pun tidak akan ada upaya ‘penghentian’ terdap karir/pelayanan sesorang
yang lagi melejit.
Mari belajarlah dari Andreas, jalan
hidup kita berbeda. Jika ada yang lebih terkenal/menonjol dari kita, santai
saja atau jika ada yang lebih maju/melejit dari kita semestinya kita syukuri.
Intinya “jangan susah melihat orang senang dan jangan senang melihat orang
susah”
2. PELAYANAN ANDREAS
Kita sudah belajar menyangkut
kepribadian Andreas dan kini saya ingin mengajak kita melihat pelayanan yang
dimainkan Andreas. Perlu untuk kita ketahui bahwa data Alkitab yang
mengungkapkan tentang pelayanan Anderas cukup minim sehingga ada teolog yang berpandangan
bahwa Andreas merupakan salah satu murid Yesus yang tidak terkenal. Meskipun
demikian pelayanan yang dimainkan Andreas punya dampak yang cukup besar. Perhatikan
komentar berikut ini:
Artikel - Andreas adalah
salah satu dari rasul Yesus yang kurang “tampil” di dalam cerita-cerita
Alkitab. Kemunculannya di beberapa cerita Alkitab seringkali bukan sebagai
seorang yang berperan banyak, tetapi seorang yang tampaknya berperan kecil
namun dapat memberikan dampak yang besar. (Ulasan Buku “Sorotan Iman”: Andreas, Saudara yang
Kurang Dikenal)
Berikut ini saya ingin mengangkat
beberapa kasus di mana Andreas punya kontribusi membawa seseorang datang/berjumpa
dengan Kristus. Oleh karena itu mari kita perhatikan satu persatu:
Pertama; Setelah Andreas bertemu dengan Yesus
sang Mesias, ia kemudian membawa saudaranya (Simon Petrus) kepada Yesus sang
Mesias itu. Perhatikan ayat berikut ini:
Yoh 1:41-42 – (41) Andreas mula-mula
bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah
menemukan Mesias (artinya: Kristus)." (42)
Ia membawanya kepada Yesus.
Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan
dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."
Tindakan ini yang dilakukan Andreas ini
menunjukkan kepeduliannya terhadap keselamatan tiap pribadi. Perhatikan
komentar berikut ini:
Rm. Rafael
Isharianto, CM
- pemuridan tidak pernah berhenti antara aku dan Tuhan. Andreas dibawa Yohanes
kepada Yesus, setelah Andreas mengenal Yesus secara pribadi, dia membawa Petrus
kepada Yesus (Panggilan Menjadi Murid Yesus)
P. John Laba, SDB - Pengalaman
kebersamaan dengan Yesus bukanlah menjadi milik pribadi. Andreas…….menjadi
misionaris yang mewartakan pengalaman kebersamaan mereka dengan Yesus Kristus,
sang Mesias kepada sesama saudara yang lain. (Kami Telah Menemukan Mesias)
Pertanyaan untuk direnungkan “Apakah
kita bisa seperti Andreas? Membawa orang (minimal) yang dekat dengan kita untuk
datang kepada Yesus. Atau maukah kita memberitakan tentang Yesus kepada orang-orang
yang dekat dengan kita?
Andreas menjadi teladan bahwa kita
tidak boleh memiliki Yesus hanya untuk diri kita sendiri. Malah, walaupun
Petrus nantinya lebih dekat dengan Yesus, tidak membuat ia kecil hati, yang
terpenting baginya membawa dan memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Ini
semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak memperhatikan
keselamatan diri kita sendiri tetapi juga harus memperhatikan keselamatan
saudara/i atau pun family kita (umumnya orang-orang yang dekat dengan kita).
Kedua; Andreas membawa seorang Anak kecil
kepada Yesus ketika mereka kesulitan makanan. Kemudian dengan kontribusi
Andreas inilah masalah kasulitan makanan teratasi. Perhatikan ayat berikut ini:
Yoh 6:8-9 – (8) Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas,
saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: (9)
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua
ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Meskipun kita bisa melihat bahwa dalam
teks ini tersirat ‘keraguan’ yang ditunjukkan Andreas karena mana mungkin 5
roti jelai dan 2 ekor ikan bisa memberi makan 5000 orang (bahkan lebih). Tetapi
ia tetap membawa anak itu kepada Yesus, al hasil apa yang terjadi? Dari 5 roti
dan 2 ekor ikan, mujizad besar terjadi. Perhatikan ayat berikut ini:
Yoh 6:11-13 – (11) Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap
syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga
dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. (12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak
ada yang terbuang." (13) Maka
merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan
potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
Ini bermula dari kontribusi Andreas
yang sederhana kemudian melahirkan perkara yang tidak sederhana (red. Menakjubkan)
Dari sini kita bisa menarik pelajaran
penting yaitu tetap lakukan ‘pekerjaan baik’ meskipun itu terlihat sederhana
(red. Sepele) karena bisa jadi dari hal sederhana (sepeleh) ini bisa melahirkan
perkara-perkara yang menakjubkan dikemudian hari. Intinya tetap lakukan
‘pekerjaab baik’ meskipun situasi dan kondisi tidak ‘bersahabat’.
Ketiga; Andres membawa sekelompok orang Yunani
kepada Yesus. Perhatikan ayat berikut ini:
Yoh 20:21-22 – (20) Di antara mereka
yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang
Yunani. (21) Orang-orang itu pergi
kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya:
"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." (22) Filipus pergi memberitahukannya kepada
Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.
Dr. W. A. Criswell - Andreas
digambarkan dalam sebuah cahaya yang luar biasa di dalam kisah Injil. Di mana
pun dia berada, dia selalu berusaha membawa seseorang kepada Tuhan. Dia selalu
memperkenalkan seseorang kepada Yesus Kristus. (Andrew: Jesus' First Soul Winner)
Ini
semestinya juga menjadi pelajaran bagi kita bahwa memperkenalkan/membawa
seseorang kepada Kristus itu merupakan tanggung jawab kita semua yang mengaku
sebagai murid Yesus/orang yang percaya kepada Yesus. Perhatikan ayat berikut
ini:
Mat 28:19-20 – (19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Bagaimana dengan kita? Maukah kita
membawa orang lain datang kepada Yesus! Jika Andreas bisa lakukan seperti ini,
maka saya dan saudara pun bisa lakukan hal serupa juga. Semangat Andreas inilah
yang dijadikan oleh warga gereja GKII Watatuku (Daerah Alor Baru) untuk mengajak
sebanyak mungkin jemaat (dengan cara dor to dor) untuk datang ke gereja yang
dikenal dengan nama ‘operasi Andreas’
Semestinya semangat Andreas seperti ini
harus kita hidupi dalam keseharian hidup kita untuk mengajak atau membawa
sebanyak mungkin orang datang kepada Kristus!
3.
AKHIR HIDUP ANDREAS
Menurut
catatan sejarah (tidak termuat di dalam Alkitab) menceritakan
tentang misi Andreas di Achaia (Patras – Yunani) di mana dia melakukan banyak
mukjizat dan penyembuhan dalam nama Yesus Kristus serta mempertobatkan banyak
penyembah berhala, termasuk istri Aeges, prokonsul Roma dan Stratoklis, saudara
yang paling pandai dari prokonsul Roma. Andreas mengangkat Stratoklis menjadi
uskup Patras yang pertama.
Aeges
menjadi marah dan atas desakan para penyembah berhala dia memaksa orang-orang
kristen untuk menyembah berhala. Andreas menghadap kepadanya dan menjelaskan
bahwa hanya Tuhanlah yang patut disembah dan bahwa Kristuslah putra Allah yang
telah datang ke dunia. Semua penyembahan berhala memurkakan Tuhan. Aeges
mengatakan karena kesia-siaan yang diwartakan-Nya itulah maka Yesus harus
menanggung akibatnya: harus menderita sengsara dan disalibkan. Andreas
mengatakan bahwa Yesus disalibkan bukan secara terpaksa, tapi Dia dengan
sukarela memanggul, menderita dan disalibkan demi keselamatan kita.
Andreas
menegaskan bahwa dirinya adalah saksi atas semuanya itu karena dia hadir pada
semua peristiwa ini. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa salib adalah misteri
yang sungguh agung. Aeges menghinanya dan mengatakan bahwa itu bukan misteri
yang agung melainkan kesengsaraan dan jika Andreas tidak mau menerima
kata-katanya, Andreas akan dijadikannya sebagai bukti. Dengan berani, Andreas
mengatakan bahwa jika dia mencemooh dan mengejek salib, dia tidak akan
mewartakan kemuliaannya. Secara jujur, dia ungkapkan harapannya agar Aeges
mendengar misteri salib ini sehingga percaya dan diselamatkan.
Aeges
memerintahkan untuk menyalibkan Andreas. Andreas dengan gembira mendatangi kayu
salibnya. Saat dari jauh dilihat kayu salibnya, dia memberi salam:
“Salam hai Salib Suci,
engkau yang telah disucikan oleh tubuh Tuhanku, dan dihiasi oleh tungkai dan
lengan-Nya bagai permata yang mahal. Aku datang kepadamu dengan bersorak
gembira. Terimalah aku dengan gembira di tanganmu. O kayu salib yang baik, yang
telah menerima keindahan dari tangan Tuhan; telah lama aku mengasihimu dan
medambakanmu: sekarang engkau telah kutemukan dan engkau siap menerima
kerinduan jiwaku; terimalah aku di tanganmu, ambillah aku dari antara manusia,
dan hantarlah aku ke Tuhanku; agar Dia yang telah menebusku di atasmu, berkenan
menerimaku melalui dirimu.”
Andreas
bahagia karena boleh semakin serupa dengan Kristus, Guru-Nya dan karena tahu
bahwa salib itu akan mengantarnya kepada-Nya. Dia menanggalkan jubahnya dan
memberikannya kepada para algojonya. Mereka lalu mengikat dia pada sebuah saltire (kayu salib yang berbentuk huruf X ) dengan posisi kepala di
bawah. Atas perintah Aeges mereka tidak memakukan dia agar penderitaannya lebih
lama. Di sana dia bergantung selama dua hari dengan tetap berkotbah kepada
kerumunan orang yang datang melihatnya.
Dari
salibnya, ia melihat langit dengan gembira sebagai surga di mana dia akan
bertemu dengan Tuhan. Atas desakan banyak orang maka Aeges dan beberapa orang
datang kepadanya untuk membebaskannya. Namun Andreas menolaknya. Karena doanya,
tangan orang-orang yang hendak membuka ikatannya menjadi lemas, tak bertenaga.
Andreas
tidak ingin turun dari salib dalam keadaan hidup. Dia mohon agar jiwanya boleh
melayang kepada Sang Sumber Kebahagiaan. Pada saat itu dari langit muncullah
suatu sinar yang sangat terang menyelimuti dirinya selama setengah jam sehingga
tak seorangpun bisa melihatnya. Ketika sinar itu hilang, jiwa sang Rasul
melayang bersatu dengan Tuhan yang dicinta dan dirindukannya. Jenasahnya
diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh Maximila dan uskup Stratoklis. Dengan
segera banyak orang berdatangan ke makamnya. Menyadari bahwa orang yang
dibunuhnya sesungguhnya benar-benar seorang utusan Tuhan yang suci, Aeges
akhirnya bunuh diri.
Kemudian
Saltire (Salib yang berbentuk huruf X) dikenal dengan nama "Salib Santo
Andreas".
Ada hal menarik yang berhubungan dengan “Salib Santo Andreas”, yaitu Santo Andreas juga dihormati sebagai Santo Pelindung Negara Scotlandia. Sehingga tidak heran pada tahun 1385 Saltire (Salib X atau salib Santo Andres) diresmikan menjadi gambar bendera Skotlandia.
Perlu untuk kita
ketahui bahwa kini relikwi (jasad/tulang beluleng) Andreas dan juga sisa-sisa
Saltire (salib X) disimpan di Gereja St.
Andreas Patras - Yunani; di sebuah Altar khusus dan dihormati dalam sebuah
upacara khusus setiap 30 November hari pestanya. (sebelumnya berada terpisah, relikwinya
di vatikan sedangkan Saltire berda di Perancis)
Terlepas dari soal bendera Skotlandia dan persoalam
relikwi dan saltire, dari kisah ini (jika cerita di atas menyangkut akhir hidup Andreas benar) kita bisa simpulkan bahwa
Andreas adalah pribadi yang setia kepada Yesus meskipun nyawa menjadi
taruhannya. Bahkan bagi dia menderita karena pekerjaan Tuhan adalah suatu
‘kebahagiaan’.
Bagaimana dengan kita
apakah kita cukup setia kepada Kristus atau tidak? Beranikah kita relah
berkorban untuk sebua kebenaran dan beranikah kita berkorban untuk pekerjaan
Tuhan?
Disini saya tidak
berbicara tentang mempertaruhkan nyawa melainkan beranikan kita
‘mempersembahkan’ sesuatu yang terbaik dari diri kita untuk pekerjaan Tuhan.
Andreas telah melakukan bagiannya dan saya dan saudara harus melakukan bagian kita.
PENUTUP
Andresa adalah rasul yang kurang terkenal, tetapi
ia punya kontribusi membawa orang untuk datang kepada Yesus, bahkan pada saat
kesesakan ia tetap setiap mewartakan Injil meskipun resiko yang ia alami adalah
kehilangan nyawanya. Tetapi menariknya di sini dia tidak bersungut maupun
mengeluh atas penderitaan yang ia alami sebagai konsekuensi dari kesetiaannya
pada Kristus, malahan penderitaan bahkan kematian yang ia alami dipandang
sebagai suatu kebahagiaan ataupun suatu berkat.
Beranikah kita menjalani hidup seperti Andreas meskipun
kurang disoroti tetapi ‘mampu’ membawa orang datang kepada Kristus, semangat
mewartakan injil meskipun ada resiko dan bersediakan berkorban ataupun menderita
untuk untuk pekerjaan Tuhan. Renungkan ini. Tuhan memberkati. Soli Deo Gloria, amen.