DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN
NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?
By Pdt. Esra Elfred Soru, S.Th, M.Pd.K
Sekarang ini Natal hampir-hampir
diidentikkan dengan Santa Claus. Di mana-mana (toko, jalan, mall, TV, dll)
orang-orang dengan kostum Santa Claus bermunculan. Bahkan tidak jarang
dihadirkan dalam gereja. Ada juga radio Kristen tertentu yang membuat acara
khusus jumpa Santa Claus. Siapakah Santa Claus ini? Dia tidak pernah muncul di Alkitab
dalam cerita-cerita Natal. Tetapi mengapa begitu populer? Encyclopedia
Britannica 2000 mengatakan bahwa : ‘Santa Claus’ berasal dari St. Nicholas,
yang keberadaannya tidak dibuktikan oleh dokumen sejarah manapun. Jadi tidak
ada yang pasti yang kita ketahui tentang hidupnya. Menurut tradisi, ia
dilahirkan di kota Lycia pelabuhan kuno di Patara (Asia Kecil), dan waktu muda
berkelana ke Palestina dan Mesir. dan sekembalinya ke Myra menjadi uskup Lycia
(abad-4). Ia dipenjara pada masa pemerintahan kaisar Diocletian, tetapi lalu
dibebaskan pada masa pemerintahan kaisar Konstantine yang Agung, dan menghadiri
Sidang Gereja Nicea (tahun 325 M.). Setelah kematiannya ia dikuburkan di Myra,
dan pada tahun 1087M seseorang mencuri jenazahnya dan membawanya ke Bari,
Italia. Ini menjadikan dia populer di Eropa dan Bari menjadi tempat yang
dipenuhi oleh orang-orang yang berziarah. Mengapa Nicholas kemudian terkenal
dan melegenda? Nicholas terkenal sebagai menggambarkan uskup yang ramah yang
suka menolong anak dan orang miskin dengan membagikan hadiah-hadiah. Reputasi
Nicholas berkenaan dengan kedermawanan dan kebaikannya menyebabkan munculnya
dongeng-dongeng berkenaan dengan mujizat-mujizat yang dilakukannya terhadap
orang-orang yang miskin/tidak bahagia, bahkan mujizat kebangkitan orang mati.
Legenda ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan lebih terkenal di Belanda
dengan nama SINTERKLAAS.
Di Belanda, cerita tentang
Sinterklaas ini akhirnya berkembang sehingga lebih berbau takhyul dan dongeng.
Sinterklaas digambarkan sebagai orang tua berjanggut putih panjang berpakaian
uskup menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah dibantu budaknya Swarte Piet
(Pit Hitam). Sinterklaas datang pada tanggal 5 Desember malam ke rumah-rumah
untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap. Cerita
Sinterklaas ini makin menjadi-jadi ketika bercampur baur dengan dongeng ‘pemberi
hadiah’ kafir yang sudah ada sebelumnya, seperti Befana (Roma), Berchta &
Knecht Ruprecht (Jerman), Odin (Norwegia) yang memiliki kekuatan sihir yang
menghukum anak-anak nakal & menghadiahi anak-anak yang baik, dan biasa
menaiki kereta terbang yang ditarik rusa kutub hingga Sinterklaas akhirnya
sering digambarkan naik kereta terbang ditarik rusa kutub (dongeng kafir).
Legenda Nicholas/Sinterklaas ini kemudian dibawa pada abad-17 ke koloni baru di
New Amsterdam (sekarang New York) di benua Amerika dan kemudian dikenal sebagai
Santa Claus yang merupakan orang gemuk berjanggut putih memakai mantel dan
kerpus berwarna merah yang menaiki kereta ditarik 8 rusa kutub yang bisa
terbang. Legenda Santa Claus ini mencapai bentuknya pada abad-19 yang kemudian
dirayakan dengan pemberian hadiah di malam Natal (24 malam). Legenda Santo
Nicholas ini di dirayakan sebagai Pere Noel di Perancis, Julenisse di Skandinavia,
Father Christmas di Inggris. Figur rusa ke-9 dinamakan Rudolph yang memiliki
hidung merah mengkilat diperkenalkan pada tahun 1939.
Dari semua ini kita bisa melihat
bahwa cerita SINTERKLAAS atau SANTA CLAUS ini jelas-jelas merupakan sesuatu
yang salah, karena bukan hanya tidak ada urusannya sama sekali dengan Natal,
tetapi bahkan bersifat dusta / takhyul / dongeng. Ir. Herlianto berkata :
“Sekalipun Santa Klaus dianggap sebagai lambang semangat memberi hadiah
khususnya untuk anak-anak, namun karena sifat pencampurannya dengan
cerita-cerita magis kafir, misalnya kehadiran Santa Klaus yang penuh mujizat
& naik kereta ditarik rusa terbang, dan peri bertongkat sihir dalam
perayaan ‘Magic Christmas’, banyak juga yang mempersoalkannya sebagai tidak
sesuai dengan semangat Natal dan mempromosikan ketamakan dan komersialisasi
yang telah dimanipulasikan oleh para pengusaha mainan anak-anak, makanan &
minuman, dan hiburan. (www.yabina.org). Ia melanjutkan : “Gambaran
‘Sinterklaas’ yang juga populer di Indonesia juga bukan contoh baik bagi
anak-anak karena dinilai banyak orang sebagai rasist, Orang tua kulit putih
yang pengasih dan budak kulit hitam yang kejam yang suka mencambuki anak-anak
nakal. Karena sejarah kehidupan Nicholas tidak jelas, Paus Paulus VI menanggalkan
perayaan Santo Nicholas dari kalender resmi gereja Roma Katolik pada tahun
1969. (www.yabina.org). Melihat cerita Santa Claus seperti ini maka menurut
saya Santa Claus / Sinterklaas, baik gambarnya, patung / bonekanya, beserta
lagu-lagunya, harus disingkirkan dari perayaan Natal. Gereja atau lembaga
Kristen tidak boleh memasukan dongeng Santa Claus ini dalam perayaan Natal.
Tidak perlu berpakaian Santa Claus dalam perayaan Natal, tidak perlu membuat
drama Natal yang menghadirkan tokoh Santa Claus, tidak perlu mengadakan
acara-acara SBSC (“SEMALAM BERSAMA SANTA CLAUS”) atau “JUMPA SANTA CLAUS” untuk
anak Sekolah Minggu (apalagi dipungut tiket). Bagi para orang tua, saran saya
tidak perlu mengantar anak saudara untuk hadir dalam acara-acara seperti itu. Semua
itu hanya mendidik anak Sekolah Minggu atau anak saudara untuk mempercayai
dongeng yang tidak ada kaitan dengan Natal. Ini semua adalah praktek yang salah
harus dibuang dari perayaan Natal. Ini fokus yang salah dalam perayaan Natal. Soli
Deo Gloria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar