Jumat, 17 Desember 2021

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

 

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

By Pdt. Esra Elfred Soru, S.Th, M.Pd.K

 

Sekarang ini Natal hampir-hampir diidentikkan dengan Santa Claus. Di mana-mana (toko, jalan, mall, TV, dll) orang-orang dengan kostum Santa Claus bermunculan. Bahkan tidak jarang dihadirkan dalam gereja. Ada juga radio Kristen tertentu yang membuat acara khusus jumpa Santa Claus. Siapakah Santa Claus ini? Dia tidak pernah muncul di Alkitab dalam cerita-cerita Natal. Tetapi mengapa begitu populer? Encyclopedia Britannica 2000 mengatakan bahwa : ‘Santa Claus’ berasal dari St. Nicholas, yang keberadaannya tidak dibuktikan oleh dokumen sejarah manapun. Jadi tidak ada yang pasti yang kita ketahui tentang hidupnya. Menurut tradisi, ia dilahirkan di kota Lycia pelabuhan kuno di Patara (Asia Kecil), dan waktu muda berkelana ke Palestina dan Mesir. dan sekembalinya ke Myra menjadi uskup Lycia (abad-4). Ia dipenjara pada masa pemerintahan kaisar Diocletian, tetapi lalu dibebaskan pada masa pemerintahan kaisar Konstantine yang Agung, dan menghadiri Sidang Gereja Nicea (tahun 325 M.). Setelah kematiannya ia dikuburkan di Myra, dan pada tahun 1087M seseorang mencuri jenazahnya dan membawanya ke Bari, Italia. Ini menjadikan dia populer di Eropa dan Bari menjadi tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang berziarah. Mengapa Nicholas kemudian terkenal dan melegenda? Nicholas terkenal sebagai menggambarkan uskup yang ramah yang suka menolong anak dan orang miskin dengan membagikan hadiah-hadiah. Reputasi Nicholas berkenaan dengan kedermawanan dan kebaikannya menyebabkan munculnya dongeng-dongeng berkenaan dengan mujizat-mujizat yang dilakukannya terhadap orang-orang yang miskin/tidak bahagia, bahkan mujizat kebangkitan orang mati. Legenda ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan lebih terkenal di Belanda dengan nama SINTERKLAAS.

Di Belanda, cerita tentang Sinterklaas ini akhirnya berkembang sehingga lebih berbau takhyul dan dongeng. Sinterklaas digambarkan sebagai orang tua berjanggut putih panjang berpakaian uskup menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah dibantu budaknya Swarte Piet (Pit Hitam). Sinterklaas datang pada tanggal 5 Desember malam ke rumah-rumah untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap. Cerita Sinterklaas ini makin menjadi-jadi ketika bercampur baur dengan dongeng ‘pemberi hadiah’ kafir yang sudah ada sebelumnya, seperti Befana (Roma), Berchta & Knecht Ruprecht (Jerman), Odin (Norwegia) yang memiliki kekuatan sihir yang menghukum anak-anak nakal & menghadiahi anak-anak yang baik, dan biasa menaiki kereta terbang yang ditarik rusa kutub hingga Sinterklaas akhirnya sering digambarkan naik kereta terbang ditarik rusa kutub (dongeng kafir). Legenda Nicholas/Sinterklaas ini kemudian dibawa pada abad-17 ke koloni baru di New Amsterdam (sekarang New York) di benua Amerika dan kemudian dikenal sebagai Santa Claus yang merupakan orang gemuk berjanggut putih memakai mantel dan kerpus berwarna merah yang menaiki kereta ditarik 8 rusa kutub yang bisa terbang. Legenda Santa Claus ini mencapai bentuknya pada abad-19 yang kemudian dirayakan dengan pemberian hadiah di malam Natal (24 malam). Legenda Santo Nicholas ini di dirayakan sebagai Pere Noel di Perancis, Julenisse di Skandinavia, Father Christmas di Inggris. Figur rusa ke-9 dinamakan Rudolph yang memiliki hidung merah mengkilat diperkenalkan pada tahun 1939.

Dari semua ini kita bisa melihat bahwa cerita SINTERKLAAS atau SANTA CLAUS ini jelas-jelas merupakan sesuatu yang salah, karena bukan hanya tidak ada urusannya sama sekali dengan Natal, tetapi bahkan bersifat dusta / takhyul / dongeng. Ir. Herlianto berkata : “Sekalipun Santa Klaus dianggap sebagai lambang semangat memberi hadiah khususnya untuk anak-anak, namun karena sifat pencampurannya dengan cerita-cerita magis kafir, misalnya kehadiran Santa Klaus yang penuh mujizat & naik kereta ditarik rusa terbang, dan peri bertongkat sihir dalam perayaan ‘Magic Christmas’, banyak juga yang mempersoalkannya sebagai tidak sesuai dengan semangat Natal dan mempromosikan ketamakan dan komersialisasi yang telah dimanipulasikan oleh para pengusaha mainan anak-anak, makanan & minuman, dan hiburan. (www.yabina.org). Ia melanjutkan : “Gambaran ‘Sinterklaas’ yang juga populer di Indonesia juga bukan contoh baik bagi anak-anak karena dinilai banyak orang sebagai rasist, Orang tua kulit putih yang pengasih dan budak kulit hitam yang kejam yang suka mencambuki anak-anak nakal. Karena sejarah kehidupan Nicholas tidak jelas, Paus Paulus VI menanggalkan perayaan Santo Nicholas dari kalender resmi gereja Roma Katolik pada tahun 1969. (www.yabina.org). Melihat cerita Santa Claus seperti ini maka menurut saya Santa Claus / Sinterklaas, baik gambarnya, patung / bonekanya, beserta lagu-lagunya, harus disingkirkan dari perayaan Natal. Gereja atau lembaga Kristen tidak boleh memasukan dongeng Santa Claus ini dalam perayaan Natal. Tidak perlu berpakaian Santa Claus dalam perayaan Natal, tidak perlu membuat drama Natal yang menghadirkan tokoh Santa Claus, tidak perlu mengadakan acara-acara SBSC (“SEMALAM BERSAMA SANTA CLAUS”) atau “JUMPA SANTA CLAUS” untuk anak Sekolah Minggu (apalagi dipungut tiket). Bagi para orang tua, saran saya tidak perlu mengantar anak saudara untuk hadir dalam acara-acara seperti itu. Semua itu hanya mendidik anak Sekolah Minggu atau anak saudara untuk mempercayai dongeng yang tidak ada kaitan dengan Natal. Ini semua adalah praktek yang salah harus dibuang dari perayaan Natal. Ini fokus yang salah dalam perayaan Natal. Soli Deo Gloria.



Jumat, 27 Desember 2019

RENUNGAN NATAL: IA DATANG KEPADA MILIK KEPUNYAANNYA



IA DATANG KEPADA MILIK KEPUNYAANNYA
Yohanes 1:11
“Melalui Perayaan Kelahiran Yesus, GKII Terpanggil Melayani Generasi Millenial”
By Michael Djawa Ma’o

INTRODUCTION
·Tema Natal GKII 2019 adalah “Ia Datang Kepada Milik Kepunyaan-Nya” yang dikutip dari Injil Yohanes 1:11. Mari kita perhatikan ayat berikut ini.
· Yoh 1:11– Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya
· Dengan Sub Tema yang disodorkan adalah “Melalui Perayaan Kelahiran Yesus, GKII (red. Kalabahi) Terpanggil Melayani Generasi Milenial”.
· Bagi saya secara pribadi tema ini (red. Ia Datang Kepada Milik Kepunyaan-Nya) syarat dengan muatan Theologis. Jadi itu tepat untuk dibahas dalam kalangan ‘Jemaat’. Hanya saja Sub Temanya “Melalui Perayaan Kelahiran Yesus, GKII Terpanggil melayani Generasi Millenial” Bagi saya, ini tidak relevan untuk dibicarakan dalam konteks ‘Jemaat’ sebab hasil yang diharapkan dari pembahasan Tema dan Sub Tema ini adalah ‘Gereja diharapkan untuk mampun mendesain starategi yang tepat guna menjangkau atau melayani generasi Millenial’ Jika demikian, maka Sub Tema ini cocok atau tepat dibicarakan dalam lingkup ‘pemimpim-pemimpin gereja’ atau ‘key person’ yang ada dalam gereja.
· Tetapi rupaya BP. GKII mempunyai pemikiran sendiri soal ini, sehingga merasa perlu untuk natal kali ini GKII memfokuskan pembahasan menyangku melayani Generasi Milenial, hal ini Nampak jelas dalam pokok pikiran latar belakang munculnya tema ini, yang kita bisa kita lihat di Fan Page Facebook milik GKII Pusat yang menyatakan demikian.
· GKII Pusat - Secara khusus GKII ingin mengarahkan pandangan ke generasi milenial yaitu anak, remaja, pemuda dan keluarga muda. Mereka adalah generasi kedua, ketiga bahkan mungkin keempat dalam Gereja Kemah Injil. Sangat besar kemungkinan mereka belum mengenal kasih Allah karena mereka sudah jauh dari gereja. Tugas kita mencari generasi baru ini yang adalah milik kepunyaan Allah sendiri. (Post 7 September 2019)
· Ini berarti ada ‘keresahan’ atau ada ‘keprihatinan’ yang dirasakan oleh BP. GKII maka dipandang perlu untuk ‘mendiskusikan’ Tema dan Sub Tema ini dalam perayaan Natal GKII di tahun 2019 ini. Untuk melihat jauh ke dalam saya akan coba menjelaskan Tema dan Sub Tema ini dalam beberapa poin yang saya anggap krisial untuk diketahui bersama. Mari kita perhatikan satu Persatu.

1.    YESUS DAN MILIK KEPUNYAANNYA
· Yoh 1:10-11 - (10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya. (11) Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.
· Teks yang barusan kita baca ini berbicara tentang ‘inkarnasi’ Yesus, di mana Yesus yang adalah Allah memilih untuk datang ke dalam dunia dalam wujud manusia (tanpa kehilangan hakikat-Nya sebagai Allah)
· Tujuan kedatangan Yesus sangat jelas telah disampaikan oleh Malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi ketika Yusuf sementara berpikir untuk ‘menceraikan’ Maria Sang Perawan. Perhatikan ayat berikut ini.
· Mat 1:20-21 – (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. (21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
· Dari sini tersirat bahwa dosa merupakan persoalan yang serius, maka Allah yang di sorga ‘HARUS’ turun ke dunia dalam wujud manusia untuk menyelesaikan persoalan dosa tersebut. Dari sini tersirat ide bahwa “Seandainya saja persoalan dosa itu dapat diselesaikan dengan mudah oleh manusia. Maka, Yesus tidak harus datang ke dalam dunia. Yesus harus datang ke Dunia ini membuktikan bahwa dosa tidak bisa diselesaikan oleh manusia yang berdosa”
· Dengan demikian semestinya dalam perayaan Natal ini membawa kita untuk kembali merenungkan betapa besarnya kasih Allah kepada kita yang berdosa, sehingga bisa menggerakkan Allah yang ada di singgah sana yang mulia relah hadir ke dalam dunia untuk membebaskan kita dari ‘belenggu’ dosa. Perhatikan beberapa komentar berikut ini.
· Andre Mafea - Karena begitu besar kasih Allah kepada umat manusia telah melahirkan suatu gerakan ilahi, gerakan Allah mencari manusia... Tanpa adanya gerakan ini mustahil manusia dapat menggapai surga mulia, melainkan hanya mendatangi neraka jahanam. (Status FB)
· Yvonne Wannaway - Natal adalah Kristus datang ke dunia untuk mati bagiku supaya oleh kematian-Nya aku yang tadinya pasti binasa karena dosa, beroleh hidup kekal karena pengorbanannya di kayu salib (Status FB)
· Ironisnya makna Natal akhir-akhirnya mengalami reduksi, Natal belakangan ini identic dengan suasana, baju baru atau pun kue-kue. Bahkan lagu-lagu lagu-lagu Natal sekarang banyak yang jauh dari pesan teologis.
· Kita kembali ke Injil Yohanes, dikatakan dengan jelas bahwa ‘ketiak Yesus datang ke dalam dunia’, ada respon yang tidak mengenakkan. Perhatikan ayat berikut ini.
· Yoh 1:11 - Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.
· Dalam teks ini dikatakan dengan jelas bahwa ‘milik kepunyaan-Nya menolak Dia’ Pertanyaannya adalah siapa itu milik kepunyaannya? Perhatikan komentar berikut ini.
· Budi Asali - Ada yang menganggap bahwa kata-kata ‘milik kepunyaanNya’ menun­juk kepada semua manusia……Tetapi mayoritas penafsir menganggap bahwa kata-kata ‘milik kepunyaanNya’ hanya menunjuk kepada orang-orang Yahudi. (Ekposisi Injil Yohanes – Golgota Ministry)
· Bagi saya ‘milik kepunyaan-Nya’ yang dibicarakan dalam konteks ini memang merujuk kepada orang-orang Yahudi karena merekalah yang sering disebut sebagai ‘milik kepunyaan-Nya’ pada waktu itu. Perhatikan ayat berikut ini:
· Ul 7:6 - Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.
· Maz 35:4 - Sebab TUHAN telah memilih Yakub bagi-Nya, Israel menjadi milik kesayangan-Nya.
·Santapan Harian - Pengalaman Rasul Yohanes yang pernah hidup bersama Yesus selama tiga setengah tahun membawanya pada kesimpulan bahwa manusia saat itu masih berada dalam keraguan tentang identitas Yesus sebagai Mesias. Sekalipun banyak mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, namun semuanya itu tidak membuka mata orang-orang Yahudi melihat Yesus sebagai Anak Allah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. (Pemilik yang Tidak Dikenali - Sabtu, 23 Desember 2017)
·Selain diberitakan bahwa ‘orang-orang Yahudi yang adalah milik kepunyaan-Nya menolak Dia’. Dalam Yohanes 10:1 menegaskan bahwa ‘dunia secara gelobal’ atau ‘orang-orang yang ada di dalam dunia’ pada kontes waktu itu juga tidak mengenal-Nya. Perhatikan ayat berikut ini.
·Yoh 1:10 - Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.
·Santapan Harian - Yohanes mempertegas kembali bahwa Yesus tidak dikenal oleh dunia dan ditolak oleh umat-Nya sendiri. Sangat ironis! Dari sejak dilahirkan sampai akhir hayat-Nya, Yesus terus menerus ditolak. (Tak mengenal, tak menerima. - Jumat, 25 Desember 1998)
·Jadi jelas bahwa Generasi waktu Yesus hidup di dalam dunia sebagai manusia terjadi penolakan yang begitu luas. Bahkan kalau mau jujur penolakan itu terjadi hingga generasi saat ini.
·Dikabarkan bahwa orang Yahudi memiliki kebiasaan berdoa di tembok ratapan (sisa tembok bait Allah yang di bangun oleh Herodes) dengan pokok doa utama yaitu memohon agar Bait Allah bisa dibangun kembali dan memohon agar Mesias segerah datang dan tentunya ada pokok-pokok doa yang lain.
·Selain itu fakta menunjukkan bahwa ada banyak orang yang mengaku Kristen (red. Pengikut Kristus) tetapi dalam kenyataannya ‘melakukan penolakan’ terhadap Yesus, melalui perkataan dan tindakan termasuk di dalamnya adalah Generasi Milenial.
·Generasi Milenial menganggap bahwa kehidupan yang lebih bebas adalah kehidupan yang lebih “manusiawi” dibanding hidup di dalam tekanan. Di dalam konteks zaman seperti ini, sering kali kehidupan rohani, yang dianggap menyulitkan dan mengekang, menjadi pilihan yang tidak favorit bagi mereka. Apalagi kehidupan yang benar-benar takluk di bawah otoritas kebenaran dan kehidupan rohani yang disiplin. Gaya hidup seperti ini dianggap sebagai kehidupan yang primitif.
·Maka tidak mengherankan Natal kali ini GKII harus membidik secara spesifik generasi milenial sehingga mereka tidak tergolong orang-orang yang menolak Yesus di era modern ini. Pertanyaannya adalah maukan kita sebagai gereja dalam wujud organisme maupun dalam wujud organisasi bersinergi melayani Generasi Milenial?

2.    GEREJA DAN KAUM MILENIAL
·Mari kita perhatikan kembali Sub Tema Natal kita ‘Melalui Perayaan Kelahiran Yesus, GKII Terpanggil Melayani Generasi Millenial’
·Ini berarti melalui momen Natal ini gereja (organisme dan organisasi) dalam lingkup gereja Kemah Injil Indonesia ‘dipacu’ untuk memikirkan secara serius untuk melayani generasi millenial. Pertanyaannya adalah ada apa dengan generasi millenial? Untuk menjawab itu kita harus melihat apa yang dimaksud dengan generasi millennial
· Perlu untuk diketahui bahwa para sosiolog membagi manusia ke dalam beberapa generasi, yakni: Generasi Era Depresi, Generasi Perang Dunia II, Generasi Pasca-PD II, Generasi Baby Boomer I, Generasi Baby Boomer II, Generasi X, Generasi Y, Generasi Z. Dan yang terbaru saat ini adalah Generasi Alpha.
·Wikipedia - Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran (Milenial)
·Ada sumber yang mengatakan bahwa ciri generasi millenial adalah ‘gampang bosan pada barang yang dibeli,  Ketergantungan terhadap Gedget (No Gadget No Life), Suka dengan yang serba cepat dan instan, Memilih pengalaman daripada asset, Jago multitasking (kerja rangkap), Kritis terhadap fenomena social, Dikit-dikit posting, Suka berbagi (sharing is cool)’
·Artikel - Generasi millennial merupakan generasi yang memiliki akses internet jauh lebih luas daripada generasi-generasi sebelumnya. Sadar atau tidak generasi millenial nyaris tidak dapat lepas dari dunia internet. Hampir semua aktivitas mereka berhubungan dengan akses internet dari perangkat smartphone mereka. Mulai dari mencari/menggali pengetahuan baru hingga bertransaksi di toko online, dapat mereka lakukan melalui kelihaian jari tangan mereka di atas smartphone. Namun konsumsi internet yang tanpa batas sering kali malah membuat generasi ini jatuh dalam hal-hal buruk; seperti pornografi dan kecanduan game online. (Student Corner - Pemuridan Era Millenial)
·Artikel - “……harus diakui bahwa  generasi milenial  adalah generasi yang unik, karena  mereka lahir dan hidup di era teknologi digital (on-line), dimana technologi cyber (internet, facebook/instagram) lebih mendominasi hidup mereka.  Mereka adalah generasi  yang dibanjiri  dengan lautan  informasi yang rentan mengalihkan perhatian mereka dari  pengetahuan yang  bernilai moral dan kekeluargaan yang tinggi”  (Apakah Alkitab Menjawab Kebutuhan Generasi Milenial)
·JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Jenderal‎ (Dirjen) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Kementerian Agama RI, ‎Prof. Dr.‎Thomas Pentury‎, M.Si., menyebutkan 50 persen generasi milenial penganut Kristen di Indonesia meninggalkan gereja.
·Bagi saya ini masalah serius! Coba renungkan apa jadinya jika Gereja (red. Organisasi) kehilangan Generasi Milenial? Atau dipersempit lagi, apa jadinya jika GKII Kalabahi kehilangan Generasi Milenial. Pikirkan ini ‘Eksistenti gereja 5, 10, 20 atau bahkan 30 tahun ke depan, dapat dilihat dari keadaan Generasi Milenial saat ini. Jika Generasi Milenial terhilang, apa jadinya gereja ke depan’ Makanya tidaklah berlebihan jika BP. GKII menetapkan Sub Tema ini (red.Melalui Perayaan Kelahiran Yesus, GKII Terpanggil Melayani Generasi Millenial). Saya sangat tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Pdt, Budiyono dalam khotbah Natalnya di STT Simpson Ungaran. Perhatikan ini.
·Pdt. Budiyono, S.Th - “……tema ini menunjukkan jika GKII sedang menjawab tantangan zaman. Generasi yang dilayani saat ini oleh GKII adalah generasi yang dipengaruhi oleh perkembangan dunia digital. Mereka mengadaptasi dunia digital secara alami, itu sebabnya GKII perlu menjawab tantangan tersebut. Ketika generasi milenial asik dengan media digital, mereka cenderung menjadi menutup telinga terhadap situasi sekitar” (https://sttsimpson.ac.id)
·Jika kita tidak ingin agar ‘Generasi Milenil’ menjadi ‘Generasi yang menolak Yesus’ maka sudah saatnya gereja secara organisme maupun secara organisasi memikirkan ini dengan serius. Perhatikan beberapa ayat berikut ini.
·Amsal 22:6 - Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
·Full Life – Kata Ibrani “Mendidik” berarti “Mengabdikan”. Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kita kepada Allah dan kehendak-Nya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia dan dengan mengajar mereka berprilaku saleh. (Didikalah Orang Muda Menurut Jalan Yang Patut Baginya)
·Kita harus jujur bahwa sampai pada titik ini, kita sebagai gereja baik organisme maupun organisasi belum serius untuk mengerjakan ini, apa lagi dalam lingkup GKII Daerah Alor, oleh karena itu pada momen perayaan kelahiran Yesus kali ini kita diajak untuk serius memikirkan ini.
·Artikel - Secara tidak sadar, masih banyak gereja yang lebih mementingkan tradisi dibandingkan kebutuhan jemaatnya. Banyak gereja yang berpikir bahwa masalah keuangan, gedung gereja, dan program-program penunjang sarana prasarana itu lebih penting ketimbang pertumbuhan kualitas jemaatnya. Sayangnya ini semakin diperparah dengan kurang adanya keikutsertaan generasi muda dalam berperan membangun pelayanan di gereja. (3 Fakta Kenapa Gereja Gagal Dalam Meraih Generasi Milenial)
·Mari kita simak bersama video berikut ini ‘ABBG - Engkau Kehilangan Kami’

3.    APA YANG HARUS DILAKUKAN GEREJA
·Nicolien Meggy Sumakul, M.Th - Di era milenial sekarang ini begitu banyak godaan dan tawaran bagi anggota jemaat untuk tidak menghadiri ibadah di gereja. Terlebih gereja yang ada di perkotaan pasti akan selalu berperang dengan banyaknya acara-acara hiburan televisi, game online, internet, kegiatan arisan, club-club hobby, undangan pesta dan sebagainya yang sangat kreatif dan menyenangkan untuk diikuti. Apabila gereja tidak siap dengan situasi di era milenial ini, maka acara ibadah di gereja praktis akan sepi bahkan mungkin hanya dihadiri oleh kelompok jemaat generasi baby boomers dan generasi X. (Penatalayanan Gereja Yang Efektif di Era Milenial)
·Nehemia Akanfani - “Kemajuan sebuah organisasi gereja tidak hanya terletak pada pemimpin gereja atau separuh orang saja dalam gereja, tetapi kemajuan dan keberhasilan sebuah organisasi gereja terletak atau ada di pundak semua elemen sumberdaya manusia yang berada dalam organisasi gereja. (Nehemia Akanfani, Tanggung Jawab Pemuda Kristen, Jakarta: Lembaga Pengembangan madia Masyarakat, 2006, hal. 77)
·Dari dasar pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa generasi milenial juga mempunyai peranan yang penting dalam kemajuan sebuah organisasi gereja. Perhatikan penyataan berikut ini.
·Drs.Yacob Tullur - Generasi muda saat ini merupakan harapan kita untuk dapat melanjutkan kepemimpinan pembangunan di masa mendatang. Oleh karenannya sudah tentu kita perlu mempersiapkan generasi muda kita guna menghadapi tantangan-tantangan pembangunan ke depannya, dan dalam hal ini. "Gereja (red. Organisasi) pun turut memiliki andil dalam mengupayakan pembentukan pribadi generasi muda tersebut dalam hal moral dan akhlaknya" (https://kaltim.tribunnews.com)
·Artikel - "Gereja! Bangkitlah dan pahami bahwa musuh kita bukanlah agama lain, dunia politik, atau rendahnya moralitas bangsa kita. Musuh kita yang terbesar adalah gagalnya kita untuk memuridkan anak-anak kita dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan yang radikal, yang penuh kuasa dan yang membentuk pola pikir mereka. (Kehilangan Generasi: Ancaman Terbesar Bagi Gereja Millenial Baru)
· Pdt. Budiyono, S.Th - Ketika gereja melayani generasi milenial maka pelayanan pemuda juga harus menjadi fokus gereja. Gereja mengembangkan pemuridan pemuda, sehingga mereka menerima anugerah Allah dan bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Allah. (https://sttsimpson.ac.id)
·Selain itu peran keluarga jugalah sangat penting dalam mendidik anak. Perhatikan hasil survei yang dilakukan oleh Bilangan Research Centel  (BRC) terhadap 4.095 remaja-pemuda Kristen berikut ini
·BRC - Sosok paling berjasa yang menuntun Generasi Muda Kristen di Indonesia pada Tuhan Yesus adalah Orang Tua (73.1%). Akan tetapi, hanya 23% orang tua yang dianggap baik dalam membimbing spiritualitas anak selanjutnya
·Dengan demikian orang tua harus memainkan peran yang lebih vital menyangkut perkembangan kerohanian Anak. Pertanyaannya adalah apakah kita sebagai para orang tua sudahkah kita memainkan peran kita dengan baik, yaitu membawa ‘anak-anak kita kepada Tuhan’. Perhatikan ayat berikut ini:
·Ul 11:19’20 – (19) Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu,
·Sesungguhnya jauh-jauh sebelumnya Yesus pernah memberikan tugas atau perintah ini kepada setiap orang percaya yang kita kenal dengan istilah ‘Amanat Agung’.
·Mat 28:19;20 – (19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa (termasuk Generasi Milenial) murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka (Termasuk generasi Milenial) melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu (Gereja dalam arti organisasi dan para orang tua Kristen) senantiasa sampai kepada akhir zaman."
·Pdt. Budiyono, S.Th - Generasi milenial membutuhkan kasih karunia Allah, oleh sebab itu setiap orang percaya harus siap menjadi perantara yang memberitakan kasih Allah di dalam Kristus Yesus bagi generasi milenial. (https://sttsimpson.ac.id)
·Akhir kata,  kiranya dalam momentum perayaan Natal kali Gereja sebagai Organisasi maupun Keluarga Kristen harus berkomitmen untuk melayani Generasi Milenial. Selain itu kita yang masuk dalam kategori Generasi Milenial, pesan saya tumbuhkan dalam diri Anda rasa mencintai Tuhan, mencintai gereja Tuhan, mencitai jiwa-jiwa (red. Pelayanan) dan mencintai bangsa. Tuhan memberkati.
· Soli Deo Gloria, Amin


Selasa, 04 Desember 2018

Renungan: Pemimpin Yang Berani


PEMIMPIN YANG BERANI: EKSPOSISI HAKIM DEBORA
Hakim-Hakim 4’5
By. Michael Djawa Ma’o
(Perkantas Alor, 20 Oktober 2018)

INTRODUCTION
·   Pada tempat yang pertama saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Pengrus PALKA yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan Firman Tuhan pada kesempatan ini.

·   Perlu untuk digaris bawahi bahwa saya ada di posisi ini (menjadi pembicara) bukan karena saya lebih hebat atau bukan karena saya lebih baik dari rekan-rekan semua (Bisa jadi, di antara rekan-rekan ada yang jauh lebih hebat ataupun jauh lebih baik dari saya). Tetapi saya ada di posisi ini (menjadi pembicara) karena ‘kesempatan’. Oleh karena itu ijinkan saya pada ‘kesempatan’ ini untuk berbagi kebenaran Firman Tuhan.

·   Tema yang diberikan kepada saya oleh Badan Pengurus PALKA adalah “Pemimpin Yang Berani: Eksposisi Hakim Debora”. Berdasarkan tema ini ada beberapa hal penting yang ingin saya bagikan buat rekan-rekan semua pada malam hari ini, mari kita perhatikan satu persatu:

1.   GAMBARAN UMUM MENYAKUT KEADAAN BANGSA ISRAEL
·   Setelah Yosua mati, bangsa Israel seperti anak ayam kehilangan induk; mereka tidak punya pemimpin yang bisa menjadi panutan. Bahkan dikatakan bahwa generasi Israel selanjutnya hidup ‘menghianati’ Tuhan yang sesungguhnya telah membawa mereka masuk dalam Tanah Perjanjian (Kanaan) dan tentunya hal ini ‘menyakiti’ hati Tuhan. Perhatikan ayat berikut ini

·   Hak 2:11-12 – (11)  Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. (12)  Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.
 
·   Perlu untuk kita ketahui bahwa sesembahan Orang Israel pada waktu itu adalah Baal dan Asytoret.

·   Hak 2:13 - Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret. 

·   Baal adalah dewa tertinggi yang disembah di Kanaan, secara umum Baal dipercaya sebagai dewa kesumburan, menurut mitologi Kanaan, Baal ialah anak laki-laki dari El, dewa tertinggi dengan dewi laut yang bernama Asyera. Sedangkan Asytoret adalah Istri (ada juga yang menyebut sebagai saudari) dari Baal, Asytoret juga dipercaya sebagai dewi kesuburan, selain itu Asytoret juga dipercaya sebagai dewi cinta (Asmara), dan juga dewi perang.

·   Melihat keadaan spiritual bangsa Israel yang ‘mengenaskan’ ini Allah kemudian membangkitkan atau mengangkat Hakim-Hakim untuk memimpin dan memerintah bangsa Israel agar mereka bisa kembali kepada ‘pola’ penyembahan yang benar.  Hakim yang pertama dipakai Tuhan adalah Otniel, Ehud, dan Samgar.  Meski berganti-ganti hakim, orang Israel selalu melakukan kejahatan di mata Tuhan, termasuk generasi di mana Debora dipilih Tuhan untuk menjadi hakim.  Orang Israel tetap saja tidak berubah sehingga Tuhan pun menghajar mereka dengan menyerahkannya ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 4: 2-3 – (2) Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim. (3)........... Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya ia menindas orang Israel dengan keras.

·   Dari sini kita bisa melihat bahwa secara spiritual bangsa Israel mengalami ‘kemunduran’ (berapaling dari Allah yang sepatutnya mereka sembah) tidak hanya itu secara sosial-politik meraka berada dalam keadaan ‘terjajah’ akibat dari perbuatan mereka.

·   Di sini ada pelajaran yang sangat menarik yaitu “ketika bangsa Israel tidak lagi setia kepada Allah yang benar, Allah kemudian ‘menyerahkan’ mereka ke dalam tangan penjajah”. Saya berpikir bahwa hidup dalam keadaan terjajah adalah hidup yang tidak mengenakkan atau bisa dikatakan hidup yang mengenaskan. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Kel 2:23-24 – (23)  Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. (24)  Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.

·   Konteks ayat ini berbicara tentang pasca kematian Raja Mesir yang mengenal Yusuf. Maka,  bangkitlah raja Mesir yang beru yang tidak mengenal Yusuf dan selanjutnya raja baru itu kemudian menjadikan orang Israel sebagai budak di Mesir. Satu hal yang mestinya kita ingat dalam konteks ini adalah ‘penjajahan’ dan ‘perbudakan’ ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan sama-sama hidup dalam keadaan menderita sehingga tidak heran bangsa Israel sangat mengeluh dengan situasi atau kondisi waktu itu, mereka kemudian berseru-seru bahkan dikatakan mereka teriak dan juga mereka mengerang. Ini adalah gambaran seseorang atau satu bangsa yang berada dalam posisi terjajah (diperbudak).

·   Kita kembali pada konteks pembahasan kita bahwa “ketika bangsa Israel tidak lagi setia kepada Allah yang benar, Allah kemudian ‘menyerahkan’ mereka ke dalam tangan penjajah”. Kita bisa katakan di sini bahwa “ketidak setiaan kepada Allah, bisa ‘melahirkan’ keadaan terpuruk atau bisa ‘mendatangkan’ malapetaka”. Banyak fakta, tentang hal ini, baik yang ada tercatat di dalam Alkitab maupun di dalam peradaban kehidupan manusia “

·   Oleh karena itu jangan coba-coba berpaling dari Allah yang benar atau jangan coba-coba tidak setia lagi kepada Allah karena konsekuensi dari itu, kita bisa jatuh dalam keadaan terpuruk atau bisa ada malapeta yang menimpa kita.

·   Pertanyaan untuk kita renungkan bersama adalah maukah kita berpaling dari Allah yang benar? Maukah kita tidak setia kepada Allah. Saya rasa hanya orang tidak waras sajalah yang menjawab Mau!

·   Itulah sedikit gambaran tentang bangsa Israel pada masa itu. Mari kita perhatikan bagian kedua.

2.   TAMPILNYA HAKIM DEBORA
·   Pada poin pertama sudah saya katakan tadi bahwa secara Spiritual bangsa Israel tidak lagi setia kepada Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir menujuh tanah perjanjian. Akibat dari itu, Allah kemudian meyerahkan mereka ke tangan penjajah. Perhatikan ayat berikut.

·   Hak 1:1-2 – (1)  Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN. (2)  Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim.

·   Perlu untuk diketahui bahwa dalam kondisi ini bangsa Israel tidak mempu melawan Kanaan karena Kanaan memiliki pasukan perang yang cukup tangguh nama panglima perang Kanaan adalah Sisera, perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 4:1- (1)  Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN. (2)  Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim. (3)  ............ Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi.....”

·   Ada yang mengatakan bahwa jika di samakan dengan konteks sekarang maka Sisera mempunyai 900 Tank atau Panzer yang canggih (red. Kenderaan tempur lapis baja). Tentu keadaaan ini menyulitkan bangsa Israel untuk menumbangkan Raja Kanaan, ahkirnya mereka terus hidup dalam keadaan terjajah. Sekali lagi ingin saya tegaskan bahwa hidup dalam keadaan terjajah adalah hidup yang penuh dengan penderitaan. Dan Penderitaan itu berlangsung selama kurung waktu 20 tahun.

·   Hak 4:3 – “...... dua puluh tahun lamanya ia (bangsa Kanaan) menindas orang Israel dengan keras.

·   Dapat dipastikan bahwa bangsa Israel sudah tidak mampu atau tidak sanggup berada dalam keadaan terjajah! Maka dari itu mereka berseru kepada Tuhan dengan harapan bahwa Tuhan dapat melepaskan mereka. Perhatikan ayat ini:

·   Hak 4:3 - Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, sebab Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya ia menindas orang Israel dengan keras.

·   Inilah kebiasaan bangsa Israel! Ketika dalam situasi aman atau nyaman mereka mulai meninggalkan Allah mereka, tetapi ketika ada masalah atau ketika berada dalam penderitaan, mereka kemudian kembali berseru atau memohon kepada Allah yang tadinya telah mereka tinggalkan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa gambaran keadaan Israel ini adalah gambaran kebanyakkan manusia pada umumnya. Ketika situasi aman manusia dapat dengan mudah melupakan atau bahkan meninggalkan Tuhannya, tetapi dalam keadaan sulit atau berada dalam masalah ataupun penderitaan mereka kemudian datang kepada Tuhan, dan memohon pertolongan kepada Allah.

·   Ev. Thomy J. Matakupan  - Karena jadi liar, Tuhan menghajar Israel dengan mengirim bangsa lain untuk menyerang, menjajah, mengintimidasi, menekan dan menaklukkan mereka. Akibatnya, mereka dengan hati terdalam berseru minta pertolonganNya. Allah mendengar lalu membangkitkan hakim baru yang akan memegang tampuk kepemimpinan. Maka suasana jadi aman dan teratur. Tanpa hakim, pola lama mulai lagi. Mereka mengabaikan, meninggalkan dan hidup tanpa Dia. Akibatnya, peristiwa tak mengenakkan terulang kembali. Demikian seterusnya. (Dinamika Iman Barak & Debora)

·   Alkitab dengan jelas mencatat nama Debora istri Lapidot seorang nabiah sekaligus sebagai Hakim atas Israel yang menjadi sorotan pembelajaran kita kali ini. Perhatikan ayat berikut ini:
·   Hak 4:4 – Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.

·   Perlu untuk kita ketahui bahwa data menyangkut biorgafi Debora terbilang sangat minim, Kalau kita memeriksa Alkitab nama Debora pun disebut HANYA sebanyak lima kali dan kesemuanya dalam kitab Hakim-Hakim. Selain itu, kitab Hakim-Hakim juga tidak memberikan keterangan kepada kita menyangkut asal usul ataupun masa kecil Debora (seperti apakah Dia pada masa kecilnya). Alkitab hanya memberikan kita data bahwa Debora memiliki seorang suami yang bernama Lapidot, selain itu Alkitab juga mengatakan bahwa Debora adalah seorang nabiah dan juga sekaligus menjadi seorang Hakim. Tetapi data yang minim bukan menjadi suatu penghalang atau suatu penghambat bagi kita untuk belajar dari Debora. Terlepas dari itu, saya sangat yakin bahwa Debora ‘ditampilkan’ Tuhan untuk menjadi ‘juruselamat’ bagi bangsa Israel dan juga saya sangat yakin bahwa Debora memang dipersiapkan oleh Tuhan untuk menjadi jawaban doa bangsa Israel meskipun dia hanyalah seorang Perempuan. Perhatikan pendapat berikut ini:

·   Samgar Theophilus - Debora hidup pada masa sejarah Israel yang tragis. Kerohanian mengalami keterpurukan. Standar perilakunya anarki. Pada masa itu, bangsa ini ditekan dan ditindas oleh penguasa Kanaan (Hak. 4: 1-3). Penindasan terhadap orang Israel secara langsung dihubungkan dengan kebusukan rohani yang telah menghancurkan bangsa itu. Kemudian Allah mengangkat Debora menjadi hakim untuk memimpin dan membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa asing. (Kehidupan yang Memberikan Inspirasi: Debora)

·   Ada pelajaran menarik di sini bahwa ‘menjadikan seseorang sebagai pemimpin adalah hak prerogatif Tuhan dan dengan cara Tuhan sendiri. Hak ini, tidak bisa diinterfensi oleh satu kuasa atau kekuatan manapun. Terbukti Meskipun Debora hanyalah seorang perempuan tetapi Allah menghadirkannya sebagai seorang pemimpin di tanah yang menjunjung tinggi budaya paternalisatik atau patriakh. Yang hendak saya tekankan di sini adalah siapapun orangnya (entah dia perempuan ataupun laki-laki, dari mana asal keluarganya), jika Tuhan menghendaki ia menjadi pemimpin maka jadilah dia pemimpin dan sebaliknya, jika Tuhan tidak menghendaki dia menjadi pemimpin. Apapun cara yang akan dia tempuh untuk menjadi pemimpin tidak akan berhasil jadi pemimpin. Konsekuensi logisnya, saya dan saudara bisa jadi pemimpin jika memang Tuhan menghendakinya, ada amin!’

·   Menjalankan peran sebagai Hakim pada waktu itu bukanlah pekerjaan mudah, apalagi Debora adalah seorang Perempuan yang menjadi hakim dalam budaya paternalistik atau patriakh. Tetapi Alkitab mencatat bahwa tugas itu dilakukan dengan baik. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 4:4-5 – (4) Pada waktu itu Debora…....memerintah sebagai hakim atas orang Israel. (5)  Ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya.

·   Ev. Thomy J. Matakupan  - Hakim ialah orang yang dipanggil oleh Tuhan untuk menyatakan dan menegakkan hukumNya. Maka seluruh rakyat harus tunduk melaksanakan perintahnya. Sehari-hari atau ketika ada perdebatan, perselisihan dan perbedaan pandangan, mereka harus bertemu lalu bertanya padanya. (Dinamika Iman Barak & Debora)

·   Tugas Hakim zaman sekarang hanya mengurusi masalah hukum untuk memutuskan suatu perkara. Namun, para Hakim pada zaman lampau memiliki tugas yang jauh lebih luas dari pada itu, di antaranya adalah seorang Hakim harus mampu menyelamatkan orang Israel secara militer dari tangan para penindas mereka. Perhatikan beberapa ayat berikut ini:

·   Hak 2:16’18(16) Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu. (18)  Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.

·   Hak 3:10 - Roh TUHAN menghinggapi dia dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berperang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim.

·   Setelah situasi aman dan orang Israel bebas dari musuh, Hakim tidak kehilangan fungsinya, dengan kata lain Hakim tetap berfungsi sebagai pemimpin (10:2, 3; 12:7; 12:11, 13; 15:20; 16:31).  

·   Hak 10:2 (2) dan ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di Samir. (3)  Sesudah dia, bangkitlah Yair, orang Gilead, yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh dua tahun lamanya. (Bdk. Hak 12:11’13; 15:20; 16:31)

·   Ada yang mengatakan bahwa dalam konteks kuno tidak terlalu membedakan antara aspek legislatif, eksekutif, dan yudikatif, dalam Artian bahwa tugas itu bisa dimainkan oleh seorang Hakim”
 
·   Berarti pekerjaan seorang Hakim adalah pekerjaan yang cukup berat, tetapi sekali lagi saya tegaskan bahwa pekerjaan itu sanggup dimainkan oleh Debora yang adalah seorang perempuan dengan sangat baik, hal itu terbukti pasca penundukan Yabin Raja Kanaan, Israel hidup dengan aman selama 40 tahun. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 5:31 - Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.

·   Dari sini kita bisa melihat bahwa Debora adalah sosok pemimpin yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai hakim yang dipercayakan kepadanya, ini mestinya menjadi pelajara berharga bagi kita semua agar mampu bertanggung jawab atas tugas atau pekerjaan yang telah diberikan kepada kita (apapun itu). Kiranya ayat ini bisa menjadi penyemangat kita dalam menjalankan tugas yang diberikan.

·   Pkh 9:10 - Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.

3.   HAKIM DEBORA DAN BARAK
·   Ketika kita membahas tentang Debora maka sangat sulit jika kita menghindari pembahasan tentang Barak karena bagi saya jika menghilangkan Barak dalam pembahasan ini maka kita tidak bisa melihat gambaran utuh menyangkut kepemimpinan seorang perempuan yang bernama Debora. Kita sudah mengetahi bahwa Debora adalah seorang hakim! Pertanyaannya Siapa itu orang yang bernama Barak? Perlu untuk kita ketahui bahwa Alkitab tidak berbicara tetang identitas Barak lebih jauh (red. Dalam), Hanya dikatakan bahwa Hakim Debora memanggil Barak bin Abinoam dari kadesh di daerah Naftali, untuk berperang melawan Yabin Raja Kanaan beserta antek-anteknya.

·   Hak 4:6’7 – (6)  Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, (7)  dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu."

·   Sebagian penafsir sepakat bahwa Barak adalah seorang jendral tentara atau bisa kita katakan bahwa Barak adalah panglima militer pada waktu itu. Sehingga tidak heran untuk urusan ‘pertempuran’ Debora harus melibatkan Barak. 

·   Ini luar biasa bagi saya karena Debora tahu menempatkan diri! Dia tidak mau menjadi yang superior. Maksud saya adalah Debora tahu yang harus di depan dalam pertempuran itu semestinya panglima militer yaitu Barak. Selain itu yang harus digaris bawahi adalah ini merupakan perintah Tuhan lewat Debora yang sesungguhnya juga merupakan seorang nabiah. Tetapi apa yang terjadi, jawaban Barak adalah jawaban yang tidak diharapkan oleh Debora sang nabiah sekaligus merupakan sang Hakim pada waktu itu. Perhatikan ini.

·   Hak 4:6-8 – (6) Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, (7)  dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu." (8)  Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju."

·   Ada anggapan yang muncul bahwa apa yang dilakukan Barak adalah tindakan terpuji dengan kata lain Barak tidak minder kalau harus dipimpin oleh Debora, seperti pendapat di bawah ini:

·   Samgar Theophilus - Alkitab mencatat Barak tidak ingin maju sendiri malah meminta Debora untuk menyertainya berperang (ayat 8). Yang menariknya, kita melihat tidak ada kesan Barak malu atau minder, bahwa dia harus dipimpin oleh Debora. Penyertaan Allah di dalam diri Debora yang membuat Barak bersikap jujur. Rasa percaya diri Barak tumbuh ketika seorang perempuan bernama Debora mendampingi dia terjun ke medan perang. (Kehidupan yang Memberikan Inspirasi: Debora)

·   Saya tidak sependapat, bagi saya apa yang dilakukan Barak sebagai panglima militer tidaklah tepat! Semestinya dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Debora. Jadi maksud saya ada kemungkinan Barak takut melihat keperkasaan Yabin dan antek-anteknya. Perhatikan komenar berikut ini:

·   Benni Maklianto - Menurut laporan kitab Hakim-hakim ini, sebenarnya Barak merasa takut. Ia tidak percaya kepada janji Tuhan, lalu dijawabnya, bahwa ia baru berangkat, kalau Debora ikut serta. (Debora)

·   ArtikelDebora memerintahkan Barak, pemimpin prajurit di Israel, untuk menyerang Sisera, panglima tentara musuh yang melawan Israel. Barak takut untuk maju berperang dan mendesak Debora untuk ikut serta dengannya........ (Debora - Wanita Dalam Alkitab)

·   Ev. Thomy J. Matakupan  - Barak berarti memberi cahaya (lightening) dan juga mempunyai pengertian sesuai peranannya sebagai pemimpin Israel. Tapi imannya cenderung ragu atau plin-plan. (Dinamika Iman Barak & Debora)

·   Tetapi ada hal yang luar biasa bahwa hakim Debora tidak marah terhadap panglima Militer Barak dengan kata lain hakim Debora mengambil tanggung jawab itu, hanya saja ada peringatan yang hakim Debora sampaikan kepada Barak. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 4:9 - Kata Debora: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.

Note: Perempuan yang dimaksud adalah Yael Istri Heber (Bdk.Hak 4:21)

·   Ivan Talakua - “........sebagai pemimpin dan sebagai seorang wanita, Debora tidak acuh terhadap krisis yang sedang dihadapi bangsanya dan sebagai seorang wanita Debora merupakan seorang pemberani yang tidak takut untuk ikut berperang.  (Teladan Kepemimpinan Debora)
·   Hakim Debora bukan hanya Hakim pemberani, melainkan Hakim Debora juga merupakan Hakim yang Optimis. Saya pernah membaca satu tulisan yang kira-kira bunyinya begini “Sikap optimis merupakan komponen penting dalam menghadapi stres”. Coba kita bayangkan situasi yang dihadapi hakim Debora pada waktu itu, sebagai manusia biasa pasti stres memikirkan persoalan ini tetapi rupayanya itu tidak bertahan lama dalam diri hakim Debora. Ia tahu bahwa Ia mampu menaklukkan Sisera panglima perang Kanaan. Perhatikan komentar berikut ini:

·   Pdt. Nicolas St. E. Lumba kaana, M.Si.Teol - Debora menunjukkan keteladanan sebagai orang yang berani menghadapi tantangan. Betapa pun besarnya tantangan itu. Betapa pun pandangan sekitar, tidak cukup mendukungnya untuk turun ke medan perang. Bahkan sebuah optimisme ditunjukkan Debora, sebuah keyakinan bahwa Ia akan menaklukan Sisera. (Menghadapi Tantangan)

·   Bahkan jika kita cermati lebih jauh sikap optmis hakim Debora timbul bukan karena hakim Debora terlalu percaya diri (red. Percaya pada kemampuan atau skill dirinya) melainkan karena hakim Debora tahu bahwa inilah waktunya TUHAN memulihkan keadaan sosial-politik bangsa Israel, sehingga ia mengajak Barak untuk turun dalam medan tempur. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 4:14 - Lalu berkatalah Debora kepada Barak: "Bersiaplah, sebab inilah harinya TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah TUHAN telah maju di depan engkau?" Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia,

·   Artikel - Keberanian Debora adalah karena kebenaran yang diyakini sesuai dengan pernyataan Tuhan.  Dalam menjalankan tugas ini Debora tidak sendiri.  Mereka bekerja sama untuk menjalankan tugas tersebut.  Keberanian Debora tidak diragukan lagi, keyakinannya akan kebenaran TUHAN yang membuatnya mengambil bertindak benar (Debora dan Paulus)

·   Pdt. Nicolas St. E. Lumba kaana, M.Si.Teol - Debora menyambut tantangan yang diperhadapkan Barak kepadanya. Ia turun ke medan perang, sebagai kesaksian mengenai keyakinannya bahwa Tuhan akan menyerahkan Sisera (Menghadapi Tantangan)

·   Singkat cerita kita bisa melihat bahwa kemenangan ada di Pihak Israel (di bawah pimpinan Hakim Debora dan juga Panglima Barak). Alkitab mencatat bahwa kemenangan yang di dapati oleh hakim Debora dan panglima Barak bukan karena ‘skill’ mereka melainkan karena Allah. Perhatikan ayat berikut ini:

·   Hak 4:23-24 – (23)  Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel. (24)  Dan kekuasaan orang Israel kian keras menekan Yabin, raja Kanaan, sampai mereka melenyapkan Yabin, raja Kanaan itu.

4.   PELAJARAN TENTANG KEPEMIMPINAN
·   Pada bagian terakhir ini saya ingin mengajak kita melihat pelajaran yang berhubungan dengan kepemimpinan (Leadership) dalam hal ini tentunya kita harus berkaca dari Hakim Debora, meri kita perhatikan satu persatu:

·   Pertama; Kepemimpinan tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Dalam artian bahwa siapapun manusia di muka bumi ini bisa menjadi pemimpin. 

·   Sebagai mana yang terjadi dalam diri Debora! Meskipun ada orang yang berasumsi bahwa Kepemimpinan Debora yang adalah seorang perempuan pada waktu itu adalah kepemimpinan yang sifatnya situasional atau kondisional bukan universal dalam artian bahwa mereka menolak kepemimpinan seorang wanita (karena tidak ada laki-laki yang bersedia menjadi pemimpin pada masa itu). Tetapi saya tidak sependapat dengan pandangan tersebut, bagi saya kepemimpinan Debora adalah kehendak Tuhan untuk menunjukkan kepada manusia bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin. 

·   Bercermin dari kisah Debora, kita bisa melihat bahwa sejak zaman dulu Allah sudah memakain Wanita untuk menjadi pemimpin yang membawa perubahan. Oleh karena itu, bagi kaum ‘hawa’ di sini maukah Anda menjadi Pemimpin, selanjutnya bagi kaum ‘Adam’ maukah Anda memberikan dukungan jika pacarmu apalagi istrimu menjadi pemimpin (entah itu dalam bidang pekerjaan tertentu ataupun dalam bidang pelayanan)

·   Artikel - Jauh sebelum adanya gerakan emansipasi Alkitab sudah mencatat adanya perempuan-perempuan yang dipakai Tuhan luar biasa untuk menyatakan rencana dan kuasaNya. Tuhan tidak hanya memakai para pria. Tetapi Tuhan juga memakai para wanita. Salah satunya adalah Debora (Debora Wanita Bijaksana Dan Serba Bisa)

·   Saya rasa inilah merupakan konsep kesetaraan gender atau bisa kita katakan sebagai konsep emansipasi wanita yang Allah selipkan dalam kisah hidup seorang yang bernama Debora. Maksud saya di sini adalah semestinya seorang wanita juga bisa menjadi pemimpin jika Tuhan memang berkenan untuk menjadikan dia pemimpin.

·   Kedua; Kepemimpinan berarti berani menghadapi tantangan. Perhatikan komentar beriku ini: 

·   Ivan Talakua - Peran Debora sebagai hakim dan nabiah di tengah-tengah umat Allah tentu tidak selalu berjalan dengan baik, walaupun dalam beberapa referensi…....menyebutkan bahwa Debora merupakan tokoh yang dihormati, namun semua itu tidak menjamin bahwa tidak ada tantangan dalam kepemimpinannya.  Perlu diingat bahwa Debora adalah seorang wanita dan sepanjang tradisi bangsa Israel belum pernah seorang wanita menjadi pemimpin yang mengalahkan pengaruh seorang laki-laki. (Teladan Kepemimpinan Debora)

·   Meskipun tidak dicatat prihal tantang yang dihadapi Debora dalam menjalankan tugasnya sebagai nabiah dan hakim, tetapi perlu kita ingat bahwa sistem patriakh zaman itu cukup kuat dengan kata lain laki-laki memiliki kedudukan yang cukup istimewa atau lebih tinggi pada waktu itu, ini sudah cukup menjadi tantangan bagi Debora, tetapi dari kisah ini kita bisa belajar bahwa Allah itu berdaulat sehingga Dia bebas memakai siapa saja, kapan saja dan dalam situasi apa saja untuk mewujudkan rencana-Nya. Termasuk menjadikan Debora pemimpin atas Israel.

·   Ada yang berkata demikianDebora tidak mau keberadaannya sebagai wanita merintangi pelayanannya. Dia adalah hakim wanita pertama (dan satu-satunya) di Israel. Walaupun kenyataannya dia hidup pada satu masa di mana pria nampaknya mendominasi segala hal, dia tidak membiarkan kenyataan ini menghalanginya” (Debora Dengan Multi Peran)

·   Ketiga; Kepemimpinan berhubungan dengan berani mengambil keputusan yang tepat. Jika kita berkaca dari hakim Debora, Alkitab mencatat bahwa sudah menjadi kebiasaan Debora duduk di bawah pohon Korma antara Rama dan Betel di Pegunungan Efraim untuk mengrus ‘perkara’ orang Israel yang datang kepadanya.

·   Hak 4:5 -  Debora biasa duduk di bawah pohon korma antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya

·   Jika seandainya keputusan yang dibuat oleh hakim Debora terhadap perkara orang Israel yang datang pada waktu itu, saya yakin bahwa orang tidak akan datang lagi kepada hakim Debora, tetapi nyatanya banyak orang datang kepada Debora untuk mencari keadilan, hal ini nampak jelas dalam kalimat “Debora biasa duduk..............”

·   Hak 4:5 -  Debora biasa duduk di bawah pohon korma antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya
 
·   Maksud saya sudah menjadi ‘kewajiban’ untuk seorang pemimpin untuk berani membuat keputusan-kepusan yang tepat. Jika tidak maka ini akan mempertaruhkan reputasinya dirinya sebagai seorang pemimpin. 

·   Renungan Harian Air Hidup - Debora, meski seorang wanita dan berstatus seperti ibu rumah tangga, mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya yaitu sebagai hakim atas umat Israel.  Ruang kerja Debora tidak berada di istana atau di kantor yang bertingkat, melainkan di bawah pohon kurma di pegunungan Efraim.  Di situlah ia biasa menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya, di mana banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan juga solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi.  (Debora: Tidak Ada Yang Mustahil 1 – Edisi 9 Mei 2012)

·   Ada beberapa faktor yang bisa menjadikan seseorang pemimpin yaitu faktor agama, faktor kekuatan (kekuatan fisik), faktor uang (ini berbicara tentang harta yang ia miliki), faktor Group (Seorang bisa saja tampil sebagai pemimpin karena ia termasuk dalam group atau kelompok penentu), faktor keluarga (seorang bisa saja menjadi pemimpin karena koneksi/femiliar sebagai penentu), faktor Asal Bapak Senang (ia karena ia pintar untuk ‘menjilat’), faktor jalan pintas, faktor prestasi atau kemampuan yang ada dalam dirinya dan saya sangat yakin Debora bisa menjadi pemimpin karena faktor yang terakhir ini (prestasi atau kemampuan yang dimilikinya), hal ini terbukti dengan keputusan-keputasan yang telah ia buat.

·   Keempat; Kepemimpinan erat kaitannya dengan keberanian berkontribusi dalam pemecahan masalah. Seorang pemimpin harus berani berkontribusi untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi oleh negara atau organisasi yang dipimpinnya. Hal ini ada dalam diri hakim Debora, dia juga turut berpikir untuk pembebasan bangsa Israel dari tangan penjajah. Bahkan tidak hanya itu, ia juga berani turun langsung ke lapangan demi mengatasi maslah yang dihadapi oleh bangsanya. 




·   Hak 4:9 - Kata Debora: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.

·   Jadi jangan bermimpi jadi pemimpin jika kita tidak berani berkontribusi untuk mengatasi semua promlem yang sadang dihadapi oleh team yang kita pimpin atau pun jangan bermimpi untuk menjadi pemimpin jika kita tidak berani turun lapangan guna mengatasi masalah yang dihadapi oleh team yang kita pimpin.

·   Kelima; Kepemimpinan berarti berani memberikan kesempatan atau peluang bagi orang lain untuk berkarya. Kepemimpinan yang berani memberikan kesempatan atau peluang kepada orang lain ada dalam diri Debora, hal ini tercatat jelas dalam ayat berikut ini:

·   Hak 4:6 - Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinaom dari Kedesy di daerah Naftali lalu berkata kepadanya: "Bukankah Tuhan, Allah Israel memerintahkan demikian: "Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor

·   Artikel - Debora tidak mengutamakan diri sendiri, Debora ingin Barak mejadi pemimpin yang besar, karena Barak menolak ahkirnya Debora maju dan tepat bahwa Deboralah yang dikenang sepanjang sejarah dalam kitab Hakim-hakim sebagai pahlawan bagi bangsa Israel. Debora tidak hanya mengutamakan orang lain dengan cara mendahulukannya supaya menjadi besar, melainkan Debora mengutamakan damai sejahtera bagi bangsa Israel. (Debora Dengan Multi Peran)

·   Maka dari itu, jika ada pemimpin yang tidak berani memberikan peluang atau kesempatakan kepada orang lain untuk berkarya maka, saya rasa dia perlu belajar dari Debora karena pada hakikatnya pemimpin semestinya adalah seorang yang berani memberikan peluang kepada yang lain.

·   Keenam; Kepemimpinan berarti berani mengadalkan Tuhan. Saya rasa hal-hal di atas yang telah saya sampaikan adalah hal-hal ikutan yang mestinya ada dalam diri seorang pemimpin. Yang terpenting adalah seorang pemimpin mestinya hidup takut akan Tuhan karena jika pemimpin tersebut adalah orang yang takut akan Tuhan maka hal-hal di atas akan menjadi ikutannya.

·   Benni Maklianto - Orang-orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan rohaninya. Artinya mereka, perempuan ataupun pria harus memiliki hubungan pribadi yang dalam, dengan Allah, yang meliputi mengutamakan Allah dalam setiap bidang hidupnya. (Debora)

·   Tuhan memberkati, Soli Deo Gloria.





DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

  DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS? By Pdt. Esra El...