PEMIMPIN YANG BERANI: EKSPOSISI HAKIM DEBORA
Hakim-Hakim 4’5
By. Michael Djawa Ma’o
(Perkantas Alor, 20 Oktober 2018)
INTRODUCTION
·
Pada tempat yang
pertama saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan
Pengrus PALKA yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan
Firman Tuhan pada kesempatan ini.
·
Perlu untuk digaris
bawahi bahwa saya ada di posisi ini (menjadi pembicara) bukan karena saya lebih
hebat atau bukan karena saya lebih baik dari rekan-rekan semua (Bisa jadi, di
antara rekan-rekan ada yang jauh lebih hebat ataupun jauh lebih baik dari saya).
Tetapi saya ada di posisi ini (menjadi pembicara) karena ‘kesempatan’. Oleh
karena itu ijinkan saya pada ‘kesempatan’ ini untuk berbagi kebenaran Firman
Tuhan.
·
Tema yang diberikan
kepada saya oleh Badan Pengurus PALKA adalah “Pemimpin Yang Berani: Eksposisi
Hakim Debora”. Berdasarkan tema ini ada beberapa hal penting yang ingin
saya bagikan buat rekan-rekan semua pada malam hari ini, mari kita perhatikan
satu persatu:
1.
GAMBARAN UMUM MENYAKUT KEADAAN BANGSA ISRAEL
· Setelah Yosua mati, bangsa Israel seperti anak ayam
kehilangan induk; mereka tidak punya pemimpin yang bisa menjadi panutan. Bahkan
dikatakan bahwa generasi Israel selanjutnya hidup ‘menghianati’ Tuhan yang
sesungguhnya telah membawa mereka masuk dalam Tanah Perjanjian (Kanaan) dan
tentunya hal ini ‘menyakiti’ hati Tuhan. Perhatikan ayat berikut ini
· Hak 2:11-12 – (11) Lalu orang
Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. (12) Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang
telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di
sekeliling mereka, dan sujud
menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.
· Perlu untuk
kita ketahui bahwa sesembahan Orang Israel pada waktu itu adalah Baal dan
Asytoret.
· Hak 2:13 - Demikianlah mereka meninggalkan
TUHAN dan beribadah kepada Baal dan
para Asytoret.
· Baal adalah
dewa tertinggi yang disembah di Kanaan, secara umum Baal dipercaya sebagai dewa
kesumburan, menurut mitologi Kanaan, Baal ialah anak laki-laki dari El, dewa
tertinggi dengan dewi laut yang bernama Asyera. Sedangkan Asytoret adalah Istri
(ada juga yang menyebut sebagai saudari) dari Baal, Asytoret juga dipercaya
sebagai dewi kesuburan, selain itu Asytoret juga dipercaya sebagai dewi cinta
(Asmara), dan juga dewi perang.
· Melihat keadaan
spiritual bangsa Israel yang ‘mengenaskan’ ini Allah kemudian membangkitkan
atau mengangkat Hakim-Hakim untuk memimpin
dan memerintah bangsa Israel agar mereka bisa kembali kepada ‘pola’ penyembahan yang
benar. Hakim yang pertama dipakai
Tuhan adalah Otniel, Ehud, dan Samgar. Meski berganti-ganti hakim, orang
Israel selalu melakukan kejahatan di mata Tuhan, termasuk generasi di mana
Debora dipilih Tuhan untuk menjadi hakim. Orang Israel tetap saja tidak
berubah sehingga Tuhan pun menghajar mereka dengan menyerahkannya ke dalam
tangan Yabin, raja Kanaan. Perhatikan ayat berikut ini:
· Hak 4: 2-3 – (2) Lalu TUHAN menyerahkan
mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor.
Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim. (3)...........
Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya ia
menindas orang Israel dengan keras.
· Dari sini kita
bisa melihat bahwa secara spiritual bangsa Israel mengalami ‘kemunduran’
(berapaling dari Allah yang sepatutnya mereka sembah) tidak hanya itu secara
sosial-politik meraka berada dalam keadaan ‘terjajah’ akibat dari perbuatan
mereka.
· Di sini ada
pelajaran yang sangat menarik yaitu “ketika bangsa Israel tidak lagi setia
kepada Allah yang benar, Allah kemudian ‘menyerahkan’ mereka ke dalam tangan
penjajah”. Saya berpikir bahwa hidup dalam keadaan terjajah adalah
hidup yang tidak mengenakkan atau bisa dikatakan hidup yang mengenaskan.
Perhatikan ayat berikut ini:
· Kel 2:23-24 – (23)
Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak
mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. (24)
Allah mendengar mereka
mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham,
Ishak dan Yakub.
· Konteks ayat
ini berbicara tentang pasca kematian Raja Mesir yang mengenal Yusuf. Maka, bangkitlah raja Mesir yang beru yang tidak
mengenal Yusuf dan selanjutnya raja baru itu kemudian menjadikan orang Israel
sebagai budak di Mesir. Satu hal yang mestinya kita ingat dalam konteks ini
adalah ‘penjajahan’ dan ‘perbudakan’ ibarat dua sisi mata uang yang tidak
terpisahkan sama-sama hidup dalam keadaan menderita sehingga tidak heran bangsa
Israel sangat mengeluh dengan situasi atau kondisi waktu itu, mereka kemudian
berseru-seru bahkan dikatakan mereka teriak dan juga mereka mengerang. Ini
adalah gambaran seseorang atau satu bangsa yang berada dalam posisi terjajah
(diperbudak).
· Kita kembali
pada konteks pembahasan kita bahwa “ketika bangsa Israel tidak lagi setia
kepada Allah yang benar, Allah kemudian ‘menyerahkan’ mereka ke dalam tangan
penjajah”. Kita bisa katakan di sini bahwa “ketidak setiaan kepada Allah,
bisa ‘melahirkan’ keadaan terpuruk atau bisa ‘mendatangkan’ malapetaka”.
Banyak fakta, tentang hal ini, baik yang ada tercatat di dalam Alkitab maupun di
dalam peradaban kehidupan manusia “
· Oleh karena itu
jangan coba-coba berpaling dari Allah yang benar atau jangan coba-coba tidak
setia lagi kepada Allah karena konsekuensi dari itu, kita bisa jatuh dalam
keadaan terpuruk atau bisa ada malapeta yang menimpa kita.
· Pertanyaan
untuk kita renungkan bersama adalah maukah kita berpaling dari Allah yang
benar? Maukah kita tidak setia kepada Allah. Saya rasa hanya orang tidak waras
sajalah yang menjawab Mau!
· Itulah sedikit
gambaran tentang bangsa Israel pada masa itu. Mari kita perhatikan bagian
kedua.
2.
TAMPILNYA HAKIM DEBORA
· Pada poin
pertama sudah saya katakan tadi bahwa secara Spiritual bangsa Israel tidak lagi
setia kepada Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir menujuh
tanah perjanjian. Akibat dari itu, Allah kemudian meyerahkan mereka ke tangan
penjajah. Perhatikan ayat berikut.
· Hak 1:1-2 – (1)
Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata
TUHAN. (2)
Lalu TUHAN menyerahkan mereka
ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima
tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim.
· Perlu untuk diketahui
bahwa dalam kondisi ini bangsa Israel tidak mempu melawan Kanaan karena Kanaan
memiliki pasukan perang yang cukup tangguh nama panglima perang Kanaan adalah
Sisera, perhatikan ayat berikut ini:
· Hak 4:1- (1) Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan
pula apa yang jahat di mata TUHAN. (2)
Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang
memerintah di Hazor. Panglima
tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim. (3) ............ Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi.....”
· Ada yang
mengatakan bahwa jika di samakan dengan konteks sekarang maka Sisera mempunyai
900 Tank atau Panzer yang canggih (red. Kenderaan tempur lapis baja). Tentu
keadaaan ini menyulitkan bangsa Israel untuk menumbangkan Raja Kanaan, ahkirnya
mereka terus hidup dalam keadaan terjajah. Sekali lagi ingin saya tegaskan
bahwa hidup dalam keadaan terjajah adalah hidup yang penuh dengan penderitaan.
Dan Penderitaan itu berlangsung selama kurung waktu 20 tahun.
· Hak 4:3 – “......
dua
puluh tahun lamanya ia (bangsa Kanaan)
menindas
orang Israel dengan keras.
· Dapat
dipastikan bahwa bangsa Israel sudah tidak mampu atau tidak sanggup berada
dalam keadaan terjajah! Maka dari itu mereka berseru kepada Tuhan dengan
harapan bahwa Tuhan dapat melepaskan mereka. Perhatikan ayat ini:
· Hak 4:3 - Lalu orang
Israel berseru kepada TUHAN, sebab Sisera mempunyai sembilan ratus
kereta besi dan dua puluh tahun lamanya ia menindas orang Israel dengan keras.
· Inilah
kebiasaan bangsa Israel! Ketika dalam situasi aman atau nyaman mereka mulai
meninggalkan Allah mereka, tetapi ketika ada masalah atau ketika berada dalam
penderitaan, mereka kemudian kembali berseru atau memohon kepada Allah yang
tadinya telah mereka tinggalkan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa gambaran
keadaan Israel ini adalah gambaran kebanyakkan manusia pada umumnya. Ketika
situasi aman manusia dapat dengan mudah melupakan atau bahkan meninggalkan
Tuhannya, tetapi dalam keadaan sulit atau berada dalam masalah ataupun
penderitaan mereka kemudian datang kepada Tuhan, dan memohon pertolongan kepada
Allah.
· Ev. Thomy J.
Matakupan - Karena jadi liar, Tuhan
menghajar Israel dengan mengirim bangsa lain untuk menyerang, menjajah,
mengintimidasi, menekan dan menaklukkan mereka. Akibatnya, mereka dengan hati
terdalam berseru minta pertolonganNya. Allah mendengar lalu membangkitkan hakim
baru yang akan memegang tampuk kepemimpinan. Maka suasana jadi aman dan
teratur. Tanpa hakim, pola lama mulai lagi. Mereka mengabaikan, meninggalkan
dan hidup tanpa Dia. Akibatnya, peristiwa tak mengenakkan terulang kembali.
Demikian seterusnya. (Dinamika Iman Barak & Debora)
· Alkitab dengan
jelas mencatat nama Debora istri Lapidot seorang nabiah sekaligus sebagai Hakim
atas Israel yang menjadi sorotan pembelajaran kita kali ini. Perhatikan ayat
berikut ini:
· Hak 4:4 – Pada waktu itu
Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang
Israel.
· Perlu untuk
kita ketahui bahwa data menyangkut biorgafi Debora terbilang sangat minim, Kalau
kita memeriksa Alkitab nama Debora pun disebut HANYA sebanyak lima kali dan
kesemuanya dalam kitab Hakim-Hakim. Selain itu, kitab Hakim-Hakim juga tidak
memberikan keterangan kepada kita menyangkut asal usul ataupun masa kecil
Debora (seperti apakah Dia pada masa kecilnya). Alkitab hanya memberikan kita
data bahwa Debora memiliki seorang suami yang bernama Lapidot, selain itu
Alkitab juga mengatakan bahwa Debora adalah seorang nabiah dan juga sekaligus
menjadi seorang Hakim. Tetapi data yang minim bukan menjadi suatu penghalang
atau suatu penghambat bagi kita untuk belajar dari Debora. Terlepas dari itu,
saya sangat yakin bahwa Debora ‘ditampilkan’ Tuhan untuk menjadi ‘juruselamat’
bagi bangsa Israel dan juga saya sangat yakin bahwa Debora memang dipersiapkan
oleh Tuhan untuk menjadi jawaban doa bangsa Israel meskipun dia hanyalah
seorang Perempuan. Perhatikan pendapat berikut ini:
· Samgar Theophilus - Debora hidup pada masa sejarah
Israel yang tragis. Kerohanian mengalami keterpurukan. Standar perilakunya anarki. Pada masa itu, bangsa ini ditekan dan ditindas oleh penguasa
Kanaan (Hak. 4: 1-3). Penindasan terhadap orang Israel secara langsung
dihubungkan dengan kebusukan rohani yang telah menghancurkan bangsa itu.
Kemudian Allah mengangkat Debora menjadi hakim untuk memimpin dan membebaskan
bangsa Israel dari penindasan bangsa asing. (Kehidupan yang Memberikan Inspirasi: Debora)
· Ada pelajaran menarik di sini bahwa ‘menjadikan seseorang sebagai
pemimpin adalah hak prerogatif Tuhan dan dengan cara Tuhan sendiri. Hak ini,
tidak bisa diinterfensi oleh satu kuasa atau kekuatan manapun. Terbukti
Meskipun Debora hanyalah seorang perempuan tetapi Allah menghadirkannya sebagai
seorang pemimpin di tanah yang menjunjung tinggi budaya paternalisatik atau
patriakh. Yang hendak saya tekankan di sini adalah siapapun orangnya (entah dia
perempuan ataupun laki-laki, dari mana asal keluarganya), jika Tuhan
menghendaki ia menjadi pemimpin maka jadilah dia pemimpin dan sebaliknya, jika
Tuhan tidak menghendaki dia menjadi pemimpin. Apapun cara yang akan dia tempuh untuk
menjadi pemimpin tidak akan berhasil jadi pemimpin.
Konsekuensi logisnya, saya dan saudara
bisa jadi pemimpin jika memang Tuhan menghendakinya, ada amin!’
· Menjalankan
peran sebagai Hakim pada waktu
itu bukanlah pekerjaan mudah, apalagi Debora adalah seorang Perempuan yang
menjadi hakim dalam budaya paternalistik atau patriakh. Tetapi Alkitab mencatat
bahwa tugas itu dilakukan dengan baik. Perhatikan ayat berikut ini:
· Hak 4:4-5 – (4) Pada waktu itu Debora…....memerintah sebagai hakim
atas orang Israel. (5) Ia
biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di
pegunungan Efraim, dan orang Israel
menghadap dia untuk berhakim kepadanya.
· Ev. Thomy J.
Matakupan - Hakim ialah orang yang
dipanggil oleh Tuhan untuk menyatakan dan menegakkan hukumNya. Maka seluruh
rakyat harus tunduk melaksanakan perintahnya. Sehari-hari atau ketika ada
perdebatan, perselisihan dan perbedaan pandangan, mereka harus bertemu lalu
bertanya padanya. (Dinamika Iman Barak & Debora)
· Tugas Hakim zaman sekarang
hanya mengurusi masalah hukum untuk memutuskan suatu perkara. Namun, para Hakim
pada zaman lampau memiliki
tugas yang jauh lebih luas dari pada itu, di antaranya adalah seorang
Hakim harus mampu menyelamatkan orang Israel secara militer dari tangan para
penindas mereka. Perhatikan beberapa ayat berikut ini:
· Hak 2:16’18 – (16) Maka TUHAN membangkitkan
hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka
dari tangan perampok itu. (18) Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan
seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh
mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar
rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.
· Hak 3:10 - Roh TUHAN menghinggapi dia
dan ia menghakimi orang Israel. Ia
maju berperang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke
dalam tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim.
· Setelah situasi aman dan orang
Israel bebas dari musuh, Hakim tidak
kehilangan fungsinya, dengan kata lain Hakim tetap berfungsi sebagai
pemimpin (10:2, 3; 12:7; 12:11, 13; 15:20; 16:31).
· Hak 10:2 – (2) dan ia memerintah sebagai
hakim atas orang Israel dua puluh tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu
dikuburkan di Samir. (3) Sesudah dia, bangkitlah Yair, orang Gilead,
yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh dua tahun lamanya. (Bdk. Hak 12:11’13; 15:20; 16:31)
· Ada yang mengatakan bahwa “dalam konteks kuno tidak terlalu membedakan antara aspek
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, dalam Artian bahwa tugas itu bisa dimainkan oleh seorang Hakim”
· Berarti
pekerjaan seorang Hakim adalah pekerjaan yang cukup berat, tetapi sekali lagi
saya tegaskan bahwa pekerjaan itu sanggup dimainkan oleh Debora yang adalah
seorang perempuan dengan sangat baik, hal itu terbukti pasca penundukan Yabin
Raja Kanaan, Israel hidup dengan aman selama 40 tahun. Perhatikan ayat berikut
ini:
· Hak 5:31 - Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN!
Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya.
Lalu amanlah negeri itu empat puluh
tahun lamanya.
· Dari sini kita
bisa melihat bahwa Debora adalah sosok pemimpin yang bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas sebagai hakim yang dipercayakan kepadanya, ini mestinya
menjadi pelajara berharga bagi kita semua agar mampu bertanggung jawab atas
tugas atau pekerjaan yang telah diberikan kepada kita (apapun itu). Kiranya
ayat ini bisa menjadi penyemangat kita dalam menjalankan tugas yang diberikan.
· Pkh 9:10 - Segala
sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,
karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam
dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
3.
HAKIM DEBORA DAN BARAK
·
Ketika kita
membahas tentang Debora maka sangat sulit jika kita menghindari pembahasan
tentang Barak karena bagi saya jika menghilangkan Barak dalam pembahasan ini
maka kita tidak bisa melihat gambaran utuh menyangkut kepemimpinan seorang
perempuan yang bernama Debora. Kita sudah mengetahi bahwa Debora adalah seorang
hakim! Pertanyaannya Siapa itu orang yang bernama Barak? Perlu untuk kita
ketahui bahwa Alkitab tidak berbicara tetang identitas Barak lebih jauh (red.
Dalam), Hanya dikatakan bahwa Hakim Debora memanggil Barak bin Abinoam dari
kadesh di daerah Naftali, untuk berperang melawan Yabin Raja Kanaan beserta
antek-anteknya.
·
Hak 4:6’7 – (6) Ia
menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali,
lalu berkata kepadanya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan
demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu
orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, (7) dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima
tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke
sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu."
·
Sebagian penafsir
sepakat bahwa Barak adalah seorang jendral tentara atau bisa kita katakan bahwa
Barak adalah panglima militer pada waktu itu. Sehingga tidak heran untuk urusan
‘pertempuran’ Debora harus melibatkan Barak.
·
Ini luar biasa bagi
saya karena Debora tahu menempatkan diri! Dia tidak mau menjadi yang superior.
Maksud saya adalah Debora tahu yang harus di depan dalam pertempuran itu
semestinya panglima militer yaitu Barak. Selain itu yang harus digaris bawahi
adalah ini merupakan perintah Tuhan lewat Debora yang sesungguhnya juga
merupakan seorang nabiah. Tetapi apa yang terjadi, jawaban Barak adalah jawaban
yang tidak diharapkan oleh Debora sang nabiah sekaligus merupakan sang Hakim
pada waktu itu. Perhatikan ini.
·
Hak 4:6-8 – (6) Ia
menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu
berkata kepadanya: "Bukankah
TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung
Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon
bersama-sama dengan engkau, (7)
dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan
kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku
akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu." (8) Jawab
Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika
engkau tidak turut maju akupun tidak maju."
·
Ada anggapan yang
muncul bahwa apa yang dilakukan Barak adalah tindakan terpuji dengan kata lain
Barak tidak minder kalau harus dipimpin oleh Debora, seperti pendapat di bawah
ini:
·
Samgar Theophilus -
Alkitab mencatat Barak tidak ingin maju sendiri malah meminta Debora untuk menyertainya berperang
(ayat 8). Yang menariknya, kita melihat tidak
ada kesan Barak malu atau
minder, bahwa dia harus dipimpin oleh Debora. Penyertaan Allah di dalam diri Debora yang membuat Barak
bersikap jujur. Rasa percaya diri Barak tumbuh ketika seorang perempuan bernama
Debora mendampingi dia terjun ke medan perang. (Kehidupan yang Memberikan Inspirasi: Debora)
·
Saya tidak
sependapat, bagi saya apa yang dilakukan Barak sebagai panglima militer
tidaklah tepat! Semestinya dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Debora. Jadi
maksud saya ada kemungkinan Barak takut melihat keperkasaan Yabin dan
antek-anteknya. Perhatikan komenar berikut ini:
·
Benni Maklianto - Menurut laporan
kitab Hakim-hakim ini, sebenarnya Barak merasa takut. Ia tidak percaya kepada
janji Tuhan, lalu dijawabnya, bahwa ia baru berangkat, kalau Debora ikut serta.
(Debora)
·
Artikel
– “Debora memerintahkan Barak, pemimpin prajurit di Israel,
untuk menyerang Sisera, panglima tentara musuh yang melawan Israel. Barak takut
untuk maju berperang dan mendesak Debora untuk ikut serta dengannya........” (Debora - Wanita Dalam Alkitab)
·
Ev.
Thomy J. Matakupan - Barak berarti memberi cahaya (lightening)
dan juga mempunyai pengertian sesuai peranannya sebagai pemimpin Israel. Tapi
imannya cenderung ragu atau plin-plan. (Dinamika Iman Barak
& Debora)
·
Tetapi ada hal yang
luar biasa bahwa hakim Debora tidak marah terhadap panglima Militer Barak
dengan kata lain hakim Debora mengambil tanggung jawab itu, hanya saja ada
peringatan yang hakim Debora sampaikan kepada Barak. Perhatikan ayat berikut
ini:
·
Hak 4:9 - Kata
Debora: "Baik, aku turut! Hanya,
engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini,
sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan."
Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.
Note: Perempuan yang
dimaksud adalah Yael Istri Heber (Bdk.Hak 4:21)
·
Ivan Talakua - “........sebagai pemimpin dan sebagai seorang wanita, Debora tidak
acuh terhadap krisis yang sedang dihadapi bangsanya dan sebagai seorang wanita
Debora merupakan seorang pemberani yang tidak takut untuk ikut berperang.
(Teladan
Kepemimpinan Debora)
·
Hakim Debora bukan hanya Hakim pemberani, melainkan Hakim
Debora juga merupakan Hakim yang Optimis. Saya pernah membaca satu tulisan yang
kira-kira bunyinya begini “Sikap optimis merupakan komponen penting
dalam menghadapi stres”. Coba kita bayangkan situasi yang dihadapi hakim
Debora pada waktu itu, sebagai manusia biasa pasti stres memikirkan persoalan
ini tetapi rupayanya itu tidak bertahan lama dalam diri hakim Debora. Ia tahu
bahwa Ia mampu menaklukkan Sisera panglima perang Kanaan. Perhatikan komentar
berikut ini:
·
Pdt. Nicolas St. E. Lumba kaana, M.Si.Teol - Debora menunjukkan
keteladanan sebagai orang yang berani menghadapi tantangan. Betapa pun besarnya
tantangan itu. Betapa pun pandangan sekitar, tidak cukup mendukungnya untuk
turun ke medan perang. Bahkan sebuah optimisme ditunjukkan Debora, sebuah
keyakinan bahwa Ia akan menaklukan Sisera. (Menghadapi
Tantangan)
·
Bahkan jika kita cermati lebih jauh sikap optmis hakim
Debora timbul bukan karena hakim Debora terlalu percaya diri (red. Percaya pada
kemampuan atau skill dirinya) melainkan karena hakim Debora tahu bahwa inilah
waktunya TUHAN memulihkan keadaan sosial-politik bangsa Israel, sehingga ia
mengajak Barak untuk turun dalam medan tempur. Perhatikan ayat berikut ini:
·
Hak 4:14 - Lalu berkatalah
Debora kepada Barak: "Bersiaplah,
sebab inilah harinya TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah TUHAN
telah maju di depan engkau?" Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor
dan sepuluh ribu orang mengikuti dia,
·
Artikel
- Keberanian Debora adalah karena kebenaran yang diyakini sesuai dengan
pernyataan Tuhan. Dalam menjalankan tugas ini Debora tidak sendiri.
Mereka bekerja sama untuk menjalankan tugas tersebut. Keberanian Debora
tidak diragukan lagi, keyakinannya akan kebenaran TUHAN yang membuatnya
mengambil bertindak benar (Debora dan Paulus)
·
Pdt. Nicolas St. E. Lumba kaana, M.Si.Teol - Debora menyambut tantangan
yang diperhadapkan Barak kepadanya. Ia turun ke medan perang, sebagai kesaksian
mengenai keyakinannya bahwa Tuhan akan menyerahkan Sisera
(Menghadapi Tantangan)
·
Singkat cerita kita
bisa melihat bahwa kemenangan ada di Pihak Israel (di bawah pimpinan Hakim
Debora dan juga Panglima Barak). Alkitab mencatat bahwa kemenangan yang di
dapati oleh hakim Debora dan panglima Barak bukan karena ‘skill’ mereka
melainkan karena Allah. Perhatikan ayat berikut ini:
·
Hak 4:23-24 – (23) Demikianlah
Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang
Israel. (24) Dan kekuasaan orang Israel
kian keras menekan Yabin, raja Kanaan, sampai mereka melenyapkan Yabin, raja
Kanaan itu.
4.
PELAJARAN TENTANG KEPEMIMPINAN
·
Pada bagian
terakhir ini saya ingin mengajak kita melihat pelajaran yang berhubungan dengan
kepemimpinan (Leadership) dalam hal ini tentunya kita harus berkaca dari Hakim
Debora, meri kita perhatikan satu persatu:
·
Pertama; Kepemimpinan tidak berhubungan dengan jenis kelamin.
Dalam artian bahwa siapapun manusia di muka bumi ini bisa menjadi pemimpin.
·
Sebagai mana yang
terjadi dalam diri Debora! Meskipun ada orang yang berasumsi bahwa Kepemimpinan
Debora yang adalah seorang perempuan pada waktu itu adalah kepemimpinan yang
sifatnya situasional atau kondisional bukan universal dalam artian bahwa mereka
menolak kepemimpinan seorang wanita (karena tidak ada laki-laki yang bersedia
menjadi pemimpin pada masa itu). Tetapi saya tidak sependapat dengan pandangan
tersebut, bagi saya kepemimpinan Debora adalah kehendak Tuhan untuk menunjukkan
kepada manusia bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin.
·
Bercermin dari
kisah Debora, kita bisa melihat bahwa sejak zaman dulu Allah sudah memakain
Wanita untuk menjadi pemimpin yang membawa perubahan. Oleh karena itu, bagi kaum ‘hawa’ di sini maukah Anda menjadi Pemimpin,
selanjutnya bagi kaum ‘Adam’ maukah Anda memberikan dukungan jika pacarmu
apalagi istrimu menjadi pemimpin (entah itu dalam bidang pekerjaan tertentu
ataupun dalam bidang pelayanan)
·
Artikel - Jauh sebelum adanya gerakan emansipasi Alkitab
sudah mencatat adanya perempuan-perempuan yang dipakai Tuhan luar biasa untuk
menyatakan rencana dan kuasaNya. Tuhan tidak hanya memakai para pria. Tetapi Tuhan juga memakai para wanita. Salah satunya
adalah Debora (Debora Wanita Bijaksana Dan Serba
Bisa)
·
Saya rasa inilah
merupakan konsep kesetaraan gender atau bisa kita katakan sebagai konsep
emansipasi wanita yang Allah selipkan dalam kisah hidup seorang yang bernama
Debora. Maksud saya di sini adalah semestinya seorang wanita juga bisa menjadi
pemimpin jika Tuhan memang berkenan untuk menjadikan dia pemimpin.
·
Kedua; Kepemimpinan berarti berani menghadapi tantangan.
Perhatikan komentar beriku ini:
· Ivan Talakua - Peran
Debora sebagai hakim dan nabiah di tengah-tengah umat Allah tentu tidak selalu
berjalan dengan baik, walaupun dalam beberapa referensi…....menyebutkan
bahwa Debora merupakan tokoh yang dihormati, namun semua itu tidak menjamin
bahwa tidak ada tantangan dalam kepemimpinannya. Perlu diingat bahwa
Debora adalah seorang wanita dan sepanjang tradisi bangsa Israel belum pernah
seorang wanita menjadi pemimpin yang mengalahkan pengaruh seorang laki-laki. (Teladan
Kepemimpinan Debora)
· Meskipun tidak
dicatat prihal tantang yang dihadapi Debora dalam menjalankan tugasnya sebagai
nabiah dan hakim, tetapi perlu kita ingat bahwa sistem patriakh zaman itu cukup
kuat dengan kata lain laki-laki memiliki kedudukan yang cukup istimewa atau
lebih tinggi pada waktu itu, ini sudah cukup menjadi tantangan bagi Debora,
tetapi dari kisah ini kita bisa belajar bahwa Allah itu berdaulat sehingga Dia
bebas memakai siapa saja, kapan saja dan dalam situasi apa saja untuk
mewujudkan rencana-Nya. Termasuk menjadikan Debora pemimpin atas Israel.
· Ada yang berkata
demikian “Debora
tidak mau keberadaannya sebagai wanita merintangi pelayanannya. Dia adalah
hakim wanita pertama (dan satu-satunya) di Israel. Walaupun kenyataannya dia
hidup pada satu masa di mana pria nampaknya mendominasi segala hal, dia tidak
membiarkan kenyataan ini menghalanginya” (Debora
Dengan Multi Peran)
·
Ketiga; Kepemimpinan berhubungan dengan berani mengambil
keputusan yang tepat. Jika kita berkaca dari hakim Debora, Alkitab mencatat
bahwa sudah menjadi kebiasaan Debora duduk di bawah pohon Korma antara Rama dan
Betel di Pegunungan Efraim untuk mengrus ‘perkara’ orang Israel yang datang
kepadanya.
·
Hak 4:5 - Debora biasa duduk di
bawah pohon korma antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang
Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya
·
Jika seandainya
keputusan yang dibuat oleh hakim Debora terhadap perkara orang Israel yang
datang pada waktu itu, saya yakin bahwa orang tidak akan datang lagi kepada
hakim Debora, tetapi nyatanya banyak orang datang kepada Debora untuk mencari
keadilan, hal ini nampak jelas dalam kalimat “Debora biasa
duduk..............”
·
Hak 4:5 - Debora biasa duduk di bawah pohon korma antara Rama
dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel
menghadap dia untuk berhakim kepadanya
·
Maksud saya sudah
menjadi ‘kewajiban’ untuk seorang pemimpin untuk berani membuat
keputusan-kepusan yang tepat. Jika tidak maka ini akan mempertaruhkan
reputasinya dirinya sebagai seorang pemimpin.
·
Renungan Harian
Air Hidup - Debora, meski seorang wanita dan berstatus seperti ibu rumah
tangga, mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya yaitu sebagai
hakim atas umat Israel. Ruang kerja Debora tidak berada di istana atau di
kantor yang bertingkat, melainkan di bawah pohon kurma di pegunungan
Efraim. Di situlah ia biasa menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya, di mana
banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan juga solusi untuk
setiap permasalahan yang dihadapi. (Debora: Tidak Ada Yang Mustahil 1 – Edisi 9 Mei 2012)
·
Ada beberapa faktor
yang bisa menjadikan seseorang pemimpin yaitu faktor agama, faktor kekuatan
(kekuatan fisik), faktor uang (ini berbicara tentang harta yang ia miliki),
faktor Group (Seorang bisa saja tampil sebagai pemimpin karena ia termasuk
dalam group atau kelompok penentu), faktor keluarga (seorang bisa saja menjadi
pemimpin karena koneksi/femiliar sebagai penentu), faktor Asal Bapak Senang (ia
karena ia pintar untuk ‘menjilat’), faktor jalan pintas, faktor prestasi atau
kemampuan yang ada dalam dirinya dan saya sangat yakin Debora bisa menjadi
pemimpin karena faktor yang terakhir ini (prestasi atau kemampuan yang
dimilikinya), hal ini terbukti dengan keputusan-keputasan yang telah ia buat.
·
Keempat; Kepemimpinan erat kaitannya dengan keberanian
berkontribusi dalam pemecahan masalah. Seorang pemimpin harus berani
berkontribusi untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi oleh negara atau
organisasi yang dipimpinnya. Hal ini ada dalam diri hakim Debora, dia juga
turut berpikir untuk pembebasan bangsa Israel dari tangan penjajah. Bahkan
tidak hanya itu, ia juga berani turun langsung ke lapangan demi mengatasi
maslah yang dihadapi oleh bangsanya.
·
Hak 4:9 - Kata
Debora: "Baik, aku turut!
Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau
lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang
perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak
ke Kedesh.
·
Jadi jangan
bermimpi jadi pemimpin jika kita tidak berani berkontribusi untuk mengatasi
semua promlem yang sadang dihadapi oleh team yang kita pimpin atau pun jangan
bermimpi untuk menjadi pemimpin jika kita tidak berani turun lapangan guna
mengatasi masalah yang dihadapi oleh team yang kita pimpin.
·
Kelima; Kepemimpinan berarti berani memberikan kesempatan atau
peluang bagi orang lain untuk berkarya. Kepemimpinan yang berani memberikan
kesempatan atau peluang kepada orang lain ada dalam diri Debora, hal ini
tercatat jelas dalam ayat berikut ini:
·
Hak 4:6 - Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinaom dari
Kedesy di daerah Naftali
lalu berkata kepadanya: "Bukankah Tuhan, Allah Israel memerintahkan
demikian: "Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor
·
Artikel - Debora tidak
mengutamakan diri sendiri, Debora ingin Barak mejadi pemimpin yang besar,
karena Barak menolak ahkirnya Debora maju dan tepat bahwa Deboralah yang
dikenang sepanjang sejarah dalam kitab Hakim-hakim sebagai pahlawan bagi bangsa
Israel. Debora tidak hanya mengutamakan orang lain dengan cara mendahulukannya
supaya menjadi besar, melainkan Debora mengutamakan damai sejahtera bagi bangsa
Israel. (Debora Dengan Multi Peran)
·
Maka dari itu, jika
ada pemimpin yang tidak berani memberikan peluang atau kesempatakan kepada
orang lain untuk berkarya maka, saya rasa dia perlu belajar dari Debora karena
pada hakikatnya pemimpin semestinya adalah seorang yang berani memberikan
peluang kepada yang lain.
·
Keenam; Kepemimpinan berarti berani mengadalkan Tuhan. Saya rasa
hal-hal di atas yang telah saya sampaikan adalah hal-hal ikutan yang mestinya
ada dalam diri seorang pemimpin. Yang terpenting adalah seorang pemimpin mestinya
hidup takut akan Tuhan karena jika pemimpin tersebut adalah orang yang takut
akan Tuhan maka hal-hal di atas akan menjadi ikutannya.
·
Benni Maklianto - Orang-orang
yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan
rohaninya. Artinya mereka, perempuan ataupun pria harus memiliki hubungan
pribadi yang dalam, dengan Allah, yang meliputi mengutamakan Allah dalam setiap
bidang hidupnya. (Debora)
·
Tuhan memberkati, Soli Deo Gloria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar