MUNAFIK
Matius 23:23-28
INTRODUCTION
Tema renungan kita kali
ini adalah ‘Munafik’ Kata munafik adalah kata yang mudah kita jumpai dalam keseharian hidup kita, mulai dari tataran
keluarga, sampai kepada tataran kebangsaan, misalnya hukum, politik, ekonomi, pendidikan, birokrasi dan ironisnya
lagi tataran Keagamaan (red. Kekristenan) pun tidak luput dengan kata Munafik,
sehingga tidak heran ada yang membuat asumsi (belum bisa dibuktikan
kebenarannya) bahwa “Gereja adalah sarang Kemunafikan”.
Pertanyaannya apa itu
Munafik? Kamus Global memberi definisi tentang Munafik sebagai “Lidah biawak (Lidah bercabang) dan bermuka
dua.” Ada juga yang memberi definisi Munafik sebagai “Kepalsuan atau Nifak (menyembunyikan kejahatan)”, Lain lagi memberi
definisi terhadap kata Munafik sebagai “suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perbuatannya”.
Sedangkan
di dalam bahasa Yunani, kata Munafik diterjemahkan
dari kata υποκριθης
- "hupokrithês", dari kata inilah kita mengenal kata “hypocrite”
(bahasa Inggris).
Kata ini merujuk kepada actor atau pemain peran. Ketika kita sedang menonton
drama, para pemerannya adalah orang-orang yang hypocrite atau munafik, dalam
arti bahwa mereka berpura-pura menjadi orang lain, seperti halnya memakai
topeng.
Perhatikan komentar berikut ini:
Full
Life
- Kemunafikan berarti memperlihatkan sikap dan tindakan yang tidak sesuai
dengan perbuatannya -- misalnya: bertindak di hadapan umum sebagai seorang
percaya yang saleh dan setia, padahal sedang menaruh dosa yang tersembunyi,
kedursilaan, ketamakan, nafsu, atau ketidakadilan lainnya. Orang munafik adalah
seorang penipu dalam hal kebenaran yang dapat dilihat (Alkitab Sabda –
Kemunafikan).
Di Dalam Alkitab,
Yesus sering mencela para ahli Taurat dan orang Farisi sebagai pribadi yang
munafik padahal kita tahu bersama
bahwa mereka adalah orang-orang yang hebat (elite) dalam bidang agama, tetapi
mereka mendapatkan celaan dari Yesus sebagai orang-orang munafik. Ayat yang
akan menjadi dasar perenungan kita adalah Matius 23:23-28.
Mat
23:23-28
– (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan
kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu:
keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang
lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu
tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. (25)
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya,
tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai orang Farisi
yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya
juga akan bersih. (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang
dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang
sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28)
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang,
tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Tarsis
Sigho
- “….para kaum Farisi dan ahli Taurat itu dihardik dan dikecam Yesus. Mereka
adalah kaum penipu ulung. Mereka tidak bermain drama di atas pentas, tetapi
menjadikan seluruh hidup mereka sebagai suatu pentas di atasnya mereka
melakonkan drama mereka. Ini berarti bahwa mereka tak pernah menjadi diri
mereka sendiri. Mereka adalah kaum yang hidup di balik sebuah kedok yang dijaga
rapi. Tak seorangpun mampu mengetahui bahwa mereka sesungguhnya berada di balik
sebuah kedok. Orang mengira bahwa kedok indah yang mereka kenakan itu adalah
diri mereka yang nyata. Mereka sungguh tertipu.” (http://pondokcerita.org
– Hidup Bertopeng)
Pada kesempatan ini, saya
ingin mengajak kita melihat tentang kebiasaan orang Munafik serta akibat yang
akan dialami oleh orang munafik, tentunya kita akan berkaca dari pola hidup
para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, diharapkan setelah mempelajari ini
kita jangan berlaku seperti ‘mereka’. Mari kita perhatikan satu persatu:
1.
KEBIASAAN ORANG MUNAFIK
Pertama; Suka (red.selalu) mencari
pujian
Mat 6:2 - Jadi apabila
engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di
rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:5 - Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan
doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan
raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
mereka sudah mendapat upahnya.
Mat 6:16 - Dan apabila kamu
berpuasa, janganlah muram mukamu
seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa
mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya.
Dari
beberapa ayat ini sangat jelas menegaskan kepada kita bahwa orang munafik selalu
berusaha agar dapat dipuji orang. Motif keagamaannya hanya menarik perhatian orang,
untuk mendapatkan kehormatan dari orang-orang, baik di rumah ibadat, di tempat
perjamuan dan pasar-pasar. Perbuatan keagamaannya hanya untuk mencari
legitimasi martabatnya sebagai guru agama sedang hatinya jauh dari Allah.
Ini
berarti mereka melakukan aktifitas rohani bukan didorong rasa cinta kepada sang
pencipta melainkan didorong oleh
keinginan yang kuat agar diri mereka “dimuliakan” atau “dipuji”
Pertanyaan refleksi: Bagaimana dengan
kita, Apa yang menjadi factor pendorong bagi kita untuk melakukan aktifitas
rohani? Apakah karena kita mencintai (red. Mengasihi) Tuhan ataukah kita ingin
dilihat orang, kita ingin dipuji orang, kita ingin diakui orang. INGAT
KECINTAAN kita kepada Tuhan yang harus menjadi factor pendorong bagi kita untuk
melakukan aktifitas rohani, lain dari itu tidak dibenarkan, karena itu adalah
kemunafikan.
Kedua; Orang munafik akan
berusaha dengan cara ‘halus’ untuk menggulingkan orang lain yang dianggap
sebagai ‘pesaing’
Mat 22:18 - Tetapi Yesus
mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik
Orang
Farisi melihat bahwa Yesus telah menjadi suatu masalah yang dapat mengganggu
posisi mereka sebagai pemimpin umat. Maka segala cara mereka lakukan agar dapat
menyingkirkan Yesus. Maka orang-orang Farisi mengajak orang Herodian (pendukung
Herodes) untuk mengajukan suatu pertanyaan yang sifatnya menjebak, dengan
harapan bahwa pertanyaan tersebut dapat menjatuhkan Yesus. Inilah kebiasaan orang
munafik, apa pun mereka lakukan untuk menyingkirkan orang yang dianggap sebagai
pesaing mereka meskipun KEBENARAN harus dikorbankan. Tidak peduli upaya
tersebut haram, intinya posisi mereka harus tetap aman.
Terkadang
orang yang mengaku Kristen pun melakukan hal ini, demi membuat posisinya tetap
aman ia mengorbankan orang lain atau dengan kata lain agar posisinya tetap
stand ia nekad menggulingkan orang lain dengan cara ‘yang halus’ sehingga sukar
terdeteksi. Tetapi apa pun caranya kita harus ingat bahwa tidak ada yang
tersembunyi di hadapan Allah. Perhatikan ayat berikut ini:
Amsal 15:3 - Mata TUHAN ada di
segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.
Pertanyaan Refleksi: Bagaimana dengan kita, apakah
dalam kehidupan kita, kita juga memainkan cara yang ‘halus’ untuk menjatuhkan
orang lain agar posisi kita tetap aman, jika kita menghidupi pola seperti ini
maka kita masuk dalam kategori orang munafik.
Ketiga; Orang munafik akan berusaha
mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain.
Mat 7:1-5 – (1) "Jangan kamu
menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu
pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di
mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4)
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan
selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang
munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan
jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Perlu
kita ketahui bahwa ayat ini tidak melarang orang Kristen untuk menghakimi,
karena firman Tuhan juga membenarkan orang Kristen untuk menghakimi , tetapi
ingat penghakiman itu harus dilakukan dengan adil (red. Benar). Perhatikan ayat
berikut ini:
Yoh 7:24 - Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah
dengan adil.
Dengan kata-kata ini Yesus jelas membolehkan kita
untuk menghakimi asal kita melakukannya dengan adil (red. Benar), dengan
memperhatikan fakta-fakta secara keseluruhan.
Konteks ayat dalam Matius 7:1-5 ini Yesus sedang
menegur para ahli Tuarat dan orang Farisi yang menganggap dirinya paling benar
dan selalu menyalahkan orang lain, dengan kata lain para ahli Taurat dan orang
Farisi ini tidak pernah mengakui kelemahan atau kesalahan mereka tetapi selalu
mencari kelemahan atau kesalahan orang lain. Perhatikan ayat ini:
Mat 5:3-5 - (3) Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu:
Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam
matamu. (5) Hai orang munafik,
keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas
untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Bayangkan
kesalahan besar yang mereka lakukan tidak mereka lihat tetapi mereka berusaha
untuk melihat kesalahan kecil yang orang lain lakukan, inilah mentalitas orang
munafik, suka mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain.
Pertanyaan Refleksi: Bagaimana dengan
kita, apakah kita tergolong sebagai ‘orang’ yang suka mencari kesalahan atau
kelemahan orang lain TETAPI pada saat yang sama mengabaikan kelemahan atau
kesalahan diri sendiri? Orang-orang seperti ini adalah orang yang selalu
‘membuka mata lebar-lebar’ untuk mencari kesalahan atau kelemahan orang lain
tetapi sayang, mereka ‘menutup mata rapat-rapat’ terhadap kesalahan atau
kelemahan diri sendiri.
Keempat; Orang munafik suka
melakukan Inkonsistensi
Ketika
kita membaca Injil Matius 23 kita bisa melihat bahwa Yesus menegur para ahli
Taurat dan orang Farisi, mereka-mereka ini disebut Yesus sebagai orang munafik
karena apa yang mereka ajarkan TERKADANG tidak mereka lakukan, inilah yang saya
maksudkan dengan inkonsisten. Perhatikan ayat ini:
Mat 23:1-4 – (1) Maka
berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (2)
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (3) Sebab
itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu,
tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya. (4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas
bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Bahkan
ironisnya lagi mereka melakukan Taurat pun di sortir, artinya tidak semua
mereka lakukan dengan kata lain ada yang mereka lakukan ada yang mereka
abaikan. Perhatikan ayat berikut ini:
Mat 23:23 - Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi
yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas
kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan.
Catatan
penting yang harus kita ingat adalah orang munafik adalah orang tidak pernah
berusaha melakukan KEBENARAN, karena hati mereka penuh dengan kebusukan,
KEBENARAN yang mereka lakukan adalah sadiwara atau topeng atau kepura-puraan saja dengan kata lain orang munafik selalu berpura-pura
baik dalam hidup pada hal sejatinya adalah seorang penipu, pembohong, pendusta,
pengkhianat. Karena itu pulalah muncul
pameo di masyarakat; “muka nabi pikiran
kotor” sebab korelasi antara tatanan perkataan dengan perilaku sungguh
sangat controversial. Maka
dari itu istilah yang Yesus sematkan kepada mereka “sebagai kuburan yang dilabur putih” bukanlah sesuatu yang
berlebihan tetapi TEPAT adanya.
Mat 23:27-28 – (27) Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu sama seperti kuburan
yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi
yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28)
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang,
tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Pertanyaan Refleksi: Bagaimana dengan
kita? Jika kita mengaku sebagai orang Kristen, rajin beribadah, terlibat dalam
berbagai macam kegiatan gereja TETAPI tidak menghidupi ajaran Kristen
sesungguhnya kita adalah orang-orang munafik. Ketika kita berada dalam
komunitas Kristen kita berprilaku ‘baik’ tetapi jika kita diluar komunitas
Kristen atau pun saat sendiri, kita berlaku ‘buruk’ ini adalah pola hidup
munafik.
Berdasarkan
tradisi di Alor, setiap pergantian tahun (31 Desember) ada acara joget-joget,
ini dilakukan sampai pagi bahkan bisa dilakukan dari tanggal 31 Desember hingga
5 januari. Tentu hal tidak tidak akan
terlepas daari minuman keras (kalau di Bali disebut Arak Bali, kalau di Manado
dosebut Cap Tikus, Kalau di Flores disebut Moke, kalau orang Alor menyebutnya
Sopi), mereka minum sampai mabuk. Pada suatu kali karena semua sudah dikuasai
minuman keras ahirnya merek menilang semua mobil yang lewat dilokasi itu (entah
angkutan umum, entah mobil pribadi, entah mobil dinas bahkan mobil aparan
keamanan pun mereka tahan) untuk memberikan ucapan selamat bahkan terkadang
mereka minta uang (red. Pajak), suatu ketika muncullah suatu mobil milik salah
seorang pendeta di Alor yang cukup terkenal. Ada yang berdiri ditengah jalan
untuk menilang mobil tersebut, tetapi ada juga yang lari bersembunyi, ada juga
yang berteriak “itu mobil pendeta…..!” akhirnya yang tadi berniat mau tilang
mobil pun lari, kenapa mereka lari? Karena mereka takut sama pendeta! Ini salah
satu bentuk kemunafikan, di depan pendeta berlaga alim tetapi dibelakang Ancor
(rusak). Mudah-mudahan hal seperti itu tidak ada disini.
2.
AKIBAT YANG AKAN
DIALAMI ORANG MUNAFIK
Kita
sudah melihat bahwa orang munafik adalah orang yang selalu berpura-pura baik
dalam hidup pada hal sejatinya adalah seorang penipu, pembohong, pendusta,
pengkhianat, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Maka, pada bagian ini saya ingin mengajak
kita melihat akibat yang akan dialami oleh orang munafik.
Pertama; Orang munafik tidak akan
disukai. Sifat munafik seseorang TERKADANG bisa dibungkus dengan rapih sehingga
tidak dapat diketahui oleh orang lain, tetapi jika sifat munafik itu sampai
diketahui orang maka akibatnya orang tersebut tidak akan disukai. Bisa jadi
membuat orang lain menjauh darinya. Inilah yang diungkapkan oleh Pemazmur.
Perhatikan ayat berikut ini:
Maz 26:4 - Aku
tidak duduk dengan penipu, dan dengan
orang munafik aku tidak bergaul
BIS - Aku tak mau berkumpul dengan
penipu, atau bergaul dengan orang
munafik.
Ketika
saya memikirkan pokok bahasan ini, sayan coba mengontak teman-teman untuk
mengungkapkan isi hati mereka jika ternyata teman atau sahabat mereka adalah
orang yang munafik, perhatikan respon dari teman-teman saya berikut ini:
Allau Jelom Costha - "hhhmmm, kesalllllll
mengenal orang munafik kaya kamuuuuuu,,,,,kamu itu orang yang susah ditebak
orang, kalau melihat secara sekilas, kamu itu baik, tapi sayangnya jika dilihat
lebih meneliti kamu itu orangnya MUNAFIK ibarat SERIGALA BERBULUH DOMBA
tahuuuu. tapi satu sisi aku bersyukur bisa mengenal orang seperti kamu, karena
ini akan jadi pelajaran buat saya kedepannya agar tidak ketipu dengan kelakuan
yang sama". Hhhhuuufffff
Ike Maro – “kamu adalah
teman saya, tapi kamu tidak terlalu baik untuk bisa TETAP menjadi teman
saya…..”
Liin Aryesam – “Adu Kawan e ternyata lu pu
sifat talalu jelek... Beta menyesal karena su berbagi banyak hal dengan lu tapi
ternyata lu tidak bisa di percaya... ke depan beta tidak akan percaya lu lagi.. untuk hal apapun”
Open Alcatraz - Za su anggap lu sdra, tapi lu di balkang sana na lu kasi
jatuh saya, datang di sya na lu omong baik2, lu pu cara ni yudas ju kalahlah
kawan, tpi tir apa2 kawan z tdk menysl knal lu, stdkx lu su buat za mengerti
dgn itu kata pribahasa ''Kacang Lupa Kulit''
Devi Oktavia – “Ain ketada
pahumu tando nahu ( = jangan tunjukin wajahmu dihadapan saya)”
Yang saya mau tekankan dalam bagian ini adalah, setiap orang pasti
tidak menyukai orang munafik termasuk orang yang munafik sekalipun.
Kedua; Orang munafik sangat dikecam oleh
Tuhan. Perhatikan beberapa ayat berikut ini:
Mat 15:7-8 – (7) Hai
orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku
Mat 23:13-15 – (13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup
pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan
kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.(14) [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat.] (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan,
untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia
bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada
kamu sendiri
Mat 23:23’25 – (23) Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang
terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan
dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan….(25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan
kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan
kerakusan.
Mat 23:27-29 – (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti
kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya,
tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
(28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang,
tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun
makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh.
Ada yang berkata
begini: “Yesus mengecam ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi yang munafik. Kecaman Yesus terhadap kemunafikan mereka
ini lebih keras daripada kecaman-Nya terhadap sikap dan tindakan mereka yang
menolak-Nya, mencobai-Nya dan ingin membunuh-Nya. Mengapa? Sebab, kemunafikan
itu sungguh berbahaya”
Renungan Harian
Online: Orang Farisi dan ahli Taurat
pada masa itu dikenal sebagai pemuka agama yang terpandang dan dianggap sangat
bersih dan rohani. Saking bersihnya, mereka pun dipercaya banyak orang berhak
mengambil keputusan-keputusan mana yang halal dan haram, mana yang boleh dan
tidak, mana yang baik dan buruk, atau kapan harus menghakimi hingga mengambil
nyawa orang lain. Mereka hafal mati hukum Taurat dan seringkali tampil lengkap
dengan atribut lengkap agar tampil beda dari manusia-manusia
"berdosa" di luar kelompok mereka. Apa yang mereka lakukan
sesungguhnya hanyalah sebatas fisik saja tanpa disertai motivasi yang benar.
Mereka terlihat seolah mengerti agama tetapi sebenarnya perilaku mereka sama
sekali tidak mencerminkan apa yang mereka ketahui bahkan hafalkan. Ini adalah
sikap yang munafik yang mendapat kecaman langsung dari Yesus. (Renungan Harian
Online – Hindari Sikap Minafik)
Di
sini sangat jelas bahwa Tuhan tidak suka atau bisa kita katakan Tuhan sangat
benci dengan kemunafikan. Berarti orang yang munafik jelas dikecam atau sangat
dibenci Tuhan.
Ketiga; Orang munafik akan
mendapat CELAKA (red. Bahaya).
Mat 23:13-15 – (13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup
pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan
kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.(14) [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat.] (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan,
untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia
bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada
kamu sendiri
Mat 23:23-23 – (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang
terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan
dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan….(25) - Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh
rampasan dan kerakusan.
Mat 23:27-29 – (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih,
yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya
penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu,
di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam
kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh.
Dari
beberapa ayat ini, membuat kita untuk berkesimpulan bahwa orang orang munafik
akan mendapat celaka atau Bahaya. Perhatikan ayat berikut ini:
Mat 24:46-51 – (46) Berbahagialah
hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
(47) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi
pengawas segala miliknya. (48) Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata
di dalam hatinya: (49) Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul
hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, (50) maka tuan
hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang
tidak diketahuinya, (51) dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Pertanyaan Refleksi: kita sudah melihat
bahaya yang akan dialami orang orang munafik (tidak disukai, dikecam Tuhan dan
akan mendapat celaka atau bahaya), pertanyaannya maukah kita mendapatkan
hal-hal itu? Jika mau teruslah hidup dalam kemunafikan, jika TIDAK! Maka
tanggalkan gaya hidup munafik.
PENUTUP
Dalam kaitannya dengan hidup keagamaan, orang-orang yang munafik
menghayati aktifitas keagamaannya hanya sebatas sebagai kewajiban saja. Apa
yang dirayakannya hanya berhenti sebagai ritual, tidak menjadi daya rohani yang
mentransformasi sikap dan tindakan. Doa-doa mereka hanya sebatas di bibir saja
dan paling pol sampai pada tataran kognitif, tetapi tidak sampai di hati
apalagi dihayati dalam perilaku sehari-hari.
Tuhan tidak
ingin kita menjadi orang yang munafik seperti halnya ahli Taurat dan orang
Farisi. Tuhan mau kita melakukan ajaranNya dengan hati yang tulus, dan dengan
motivasi yang benar yaitu untuk menyenangkan hati Tuhan saja. Bukan untuk
kepentingan diri sendiri, apalagi hanya karena ingin tampil dan dilihat orang.
Kemunafikan adalah dosa yang menodai ibadah kita. Sebaliknya, kesungguhan,
ketulusan, dan kesetiaan kita untuk hidup dalam kebenaran, dengan jujur, akan
berkenan bagi Tuhan dan tentunya akan mendatangkan berkat yang luar biasa bagi
hidup kita.
Dalam perkunjungan saya ke Pos PI Lakay (Lakay ini adalah tempat
wisata yang terkenal di Kab. Dompu - NTB) saya bertemu dengan seorang bapak
(kira-kira usianya 40an tahun lebih) yang berasal dari Kabupaten Manggarai
Barat (Labuan Bajo). Pada mulanya bapak ini beragama Khatolik tetapi karena
menikah dengan seorang wanita Islam yang berasal dari Kab. Dompu pada tahun
1999 maka ia pun meninggalkan agama Khatolik dan
'hijrah' ke agama Islam (menjadi Mualaf). Pada suatu hari (red. Senin,
01 September 2015) saya duduk bercakap-cakap dengan beliau (kami memang akrab
karena sama-sama berasal dari NTT), lalu saya pun berani mengajukan pertanyaan
kepada bapak ini: "Pa apakah pa sering ke Masjid?". Jawabannya sontak
membuat saya KAGET. "saya tidak biasa ke Masjid, bagi saya agama itu sama
saja. Karena saya malas, ketika saya ke Masjid saya melihat orang-orang yang
rajin ke Masjid itu sombong, dan menganggap diri seperti orang suci",
lebih lajut dia menambahkan: "Maaf ya pa, hal seperti ini juga saya
temukan di Gereja, orang-orang yang rajin ke Gereja kadang sombong, bahkan
pemimpinnya pun sombong merasa diri paling suci atau pun paling baik dari yang
lain. Lebih baik saya tidak pi Masjid atau pun gereja, saya berdoa dengan cara
saya sendiri di rumah, Tuhan pasti jawab karena saya tahu Tuhan itu ada"
Saya sangat sadar bahwa apa yang ceritakan oleh bapak ini ada
benarnya juga (meskipun tidak semuanya benar). Tetapi cerita ini saya angkat
guna mengajak kita sebagai orang Kristen yang adalah garam dan terang dunia
untuk MENGINTROPEKSI diri. Jangan-jangan dalam diri kita ada kemunafikan
sehingga kehidupan kita tidak bisa menjadi berkat bagi sesama. Jika kita masih mendapati sikap-sikap munafik meski
sedikit saja, bertobatlah dengan sungguh-sungguh. Kemunafikan hanyalah akan
membawa kehancuran. Perhatikan komentar berikut ini:
Henricus
Witdarmono
- Sejarah agama membuktikan, karakter hipokrit selalu menjadi penghambat dan
penghalang perkembangan religio sitas. Pada dasarnya, orang hipokrit itu
memperlakukan agama sebagai sandiwara. Dengan kemunafikan mereka, pintu agama
ditutup. Karakter hipokrit menjadi virus penghancur agama dari dalam. Layaklah
bila dalam Mat 23 ini, Yesus menyebut “celakalah kaum hipokrit” sampai tujuh
kali. Ini sudah cukup untuk mengatakan bahwa kita membutuhkan ketulusan hati
dalam beragama, lebih dari segala-galanya. (Hidup Khatolik: Virus Kemunafikkan)
Samuel Langhorne Clemens atau Mark
Twain ( 1835 - 1910 ) pernah mengatakan
bahwa: “Tiap orang itu seperti bulan yang memiliki sisi gelap yang tidak pernah
ditampilkan”. Terkadang kita berusaha menyembunyikan sisi gelap kita, kita
berpura-pura menjadi orang yang taat kepada Tuhan padahal ketaatan yang
dilakoni hanyalah sebuah pementasan (red. Kepalsuan). Saya tidak tahu dengan
keadaan bapak, ibu, saudara saudari di tempat ini, apakah seperti ini atau
TIDAK? Untuk saya, saya harus akui bahwa terkadang saya bersikap seperti ini.
Tetapi melalui kebenaran Firman Tuhan ini, kita harus membuang segala macam
kemunafikan sebab ada bahaya yang menanti. Akhir kata mari kita membaca bersama-sama ayat berikut ini (baca
kalimat yang saya beri warna hitam saja):
1 Pet 2:1 - Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat
dan segala macam kemunafikan,
kedengkian dan fitnah.
Soli
Deo Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar