Jumat, 16 Juni 2017

Renungan: MUNAFIK



MUNAFIK
Matius 23:23-28



INTRODUCTION
Tema renungan kita kali ini adalah ‘Munafik’ Kata munafik adalah kata yang mudah kita jumpai  dalam keseharian hidup kita, mulai dari tataran keluarga, sampai kepada tataran kebangsaan, misalnya hukum,  politik, ekonomi, pendidikan, birokrasi dan ironisnya lagi tataran Keagamaan (red. Kekristenan) pun tidak luput dengan kata Munafik, sehingga tidak heran ada yang membuat asumsi (belum bisa dibuktikan kebenarannya)  bahwa “Gereja adalah sarang Kemunafikan”.

Pertanyaannya apa itu Munafik? Kamus Global memberi definisi tentang Munafik sebagai “Lidah biawak (Lidah bercabang) dan bermuka dua.” Ada juga yang memberi definisi Munafik sebagai “Kepalsuan atau Nifak (menyembunyikan kejahatan)”, Lain lagi memberi definisi terhadap kata Munafik sebagai suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya”. Sedangkan di dalam bahasa Yunani, kata Munafik diterjemahkan dari kata υποκριθης - "hupokrithês", dari kata inilah kita mengenal kata hypocrite” (bahasa Inggris). Kata ini merujuk kepada actor atau pemain peran. Ketika kita sedang menonton drama, para pemerannya adalah orang-orang yang hypocrite atau munafik, dalam arti bahwa mereka berpura-pura menjadi orang lain, seperti halnya memakai topeng. Perhatikan komentar berikut ini:

Full Life - Kemunafikan berarti memperlihatkan sikap dan tindakan yang tidak sesuai dengan perbuatannya -- misalnya: bertindak di hadapan umum sebagai seorang percaya yang saleh dan setia, padahal sedang menaruh dosa yang tersembunyi, kedursilaan, ketamakan, nafsu, atau ketidakadilan lainnya. Orang munafik adalah seorang penipu dalam hal kebenaran yang dapat dilihat (Alkitab Sabda – Kemunafikan).

Di Dalam Alkitab, Yesus sering mencela para ahli Taurat dan orang Farisi sebagai pribadi yang munafik padahal kita tahu bersama bahwa mereka adalah orang-orang yang hebat (elite) dalam bidang agama, tetapi mereka mendapatkan celaan dari Yesus sebagai orang-orang munafik. Ayat yang akan menjadi dasar perenungan kita adalah Matius 23:23-28.

Mat 23:23-28 – (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. (25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

Tarsis Sigho - “….para kaum Farisi dan ahli Taurat itu dihardik dan dikecam Yesus. Mereka adalah kaum penipu ulung. Mereka tidak bermain drama di atas pentas, tetapi menjadikan seluruh hidup mereka sebagai suatu pentas di atasnya mereka melakonkan drama mereka. Ini berarti bahwa mereka tak pernah menjadi diri mereka sendiri. Mereka adalah kaum yang hidup di balik sebuah kedok yang dijaga rapi. Tak seorangpun mampu mengetahui bahwa mereka sesungguhnya berada di balik sebuah kedok. Orang mengira bahwa kedok indah yang mereka kenakan itu adalah diri mereka yang nyata. Mereka sungguh tertipu.” (http://pondokcerita.org – Hidup Bertopeng)

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak kita melihat tentang kebiasaan orang Munafik serta akibat yang akan dialami oleh orang munafik, tentunya kita akan berkaca dari pola hidup para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, diharapkan setelah mempelajari ini kita jangan berlaku seperti ‘mereka’. Mari kita perhatikan satu persatu:

1.     KEBIASAAN ORANG  MUNAFIK
Pertama; Suka (red.selalu) mencari pujian
Mat 6:2 - Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Mat 6:5 -  Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Mat 6:16 - Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Dari beberapa ayat ini sangat jelas menegaskan kepada kita bahwa orang munafik selalu berusaha agar dapat dipuji orang. Motif keagamaannya hanya menarik perhatian orang, untuk mendapatkan kehormatan dari orang-orang, baik di rumah ibadat, di tempat perjamuan dan pasar-pasar. Perbuatan keagamaannya hanya untuk mencari legitimasi martabatnya sebagai guru agama sedang hatinya jauh dari Allah.

Ini berarti mereka melakukan aktifitas rohani bukan didorong rasa cinta kepada sang pencipta melainkan  didorong oleh keinginan yang kuat agar diri mereka “dimuliakan” atau “dipuji”
Pertanyaan refleksi: Bagaimana dengan kita, Apa yang menjadi factor pendorong bagi kita untuk melakukan aktifitas rohani? Apakah karena kita mencintai (red. Mengasihi) Tuhan ataukah kita ingin dilihat orang, kita ingin dipuji orang, kita ingin diakui orang. INGAT KECINTAAN kita kepada Tuhan yang harus menjadi factor pendorong bagi kita untuk melakukan aktifitas rohani, lain dari itu tidak dibenarkan, karena itu adalah kemunafikan.

Kedua; Orang munafik akan berusaha dengan cara ‘halus’ untuk menggulingkan orang lain yang dianggap sebagai ‘pesaing’

Mat 22:18 - Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik

Orang Farisi melihat bahwa Yesus telah menjadi suatu masalah yang dapat mengganggu posisi mereka sebagai pemimpin umat. Maka segala cara mereka lakukan agar dapat menyingkirkan Yesus. Maka orang-orang Farisi mengajak orang Herodian (pendukung Herodes) untuk mengajukan suatu pertanyaan yang sifatnya menjebak, dengan harapan bahwa pertanyaan tersebut dapat menjatuhkan Yesus. Inilah kebiasaan orang munafik, apa pun mereka lakukan untuk menyingkirkan orang yang dianggap sebagai pesaing mereka meskipun KEBENARAN harus dikorbankan. Tidak peduli upaya tersebut haram, intinya posisi mereka harus tetap aman.

Terkadang orang yang mengaku Kristen pun melakukan hal ini, demi membuat posisinya tetap aman ia mengorbankan orang lain atau dengan kata lain agar posisinya tetap stand ia nekad menggulingkan orang lain dengan cara ‘yang halus’ sehingga sukar terdeteksi. Tetapi apa pun caranya kita harus ingat bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Perhatikan ayat berikut ini:

Amsal 15:3 - Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.

Pertanyaan Refleksi: Bagaimana dengan kita, apakah dalam kehidupan kita, kita juga memainkan cara yang ‘halus’ untuk menjatuhkan orang lain agar posisi kita tetap aman, jika kita menghidupi pola seperti ini maka kita masuk dalam kategori orang munafik.

Ketiga; Orang munafik akan berusaha mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain.

Mat 7:1-5 – (1) "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Perlu kita ketahui bahwa ayat ini tidak melarang orang Kristen untuk menghakimi, karena firman Tuhan juga membenarkan orang Kristen untuk menghakimi , tetapi ingat penghakiman itu harus dilakukan dengan adil (red. Benar). Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 7:24 - Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.

Dengan kata-kata ini Yesus jelas membolehkan kita untuk menghakimi asal kita melakukannya dengan adil (red. Benar), dengan memperhatikan fakta-fakta secara keseluruhan.

Konteks ayat dalam Matius 7:1-5 ini Yesus sedang menegur para ahli Tuarat dan orang Farisi yang menganggap dirinya paling benar dan selalu menyalahkan orang lain, dengan kata lain para ahli Taurat dan orang Farisi ini tidak pernah mengakui kelemahan atau kesalahan mereka tetapi selalu mencari kelemahan atau kesalahan orang lain. Perhatikan ayat ini:

Mat 5:3-5 - (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Bayangkan kesalahan besar yang mereka lakukan tidak mereka lihat tetapi mereka berusaha untuk melihat kesalahan kecil yang orang lain lakukan, inilah mentalitas orang munafik, suka mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain.

Pertanyaan Refleksi: Bagaimana dengan kita, apakah kita tergolong sebagai ‘orang’ yang suka mencari kesalahan atau kelemahan orang lain TETAPI pada saat yang sama mengabaikan kelemahan atau kesalahan diri sendiri? Orang-orang seperti ini adalah orang yang selalu ‘membuka mata lebar-lebar’ untuk mencari kesalahan atau kelemahan orang lain tetapi sayang, mereka ‘menutup mata rapat-rapat’ terhadap kesalahan atau kelemahan diri sendiri.

Keempat; Orang munafik suka melakukan Inkonsistensi

Ketika kita membaca Injil Matius 23 kita bisa melihat bahwa Yesus menegur para ahli Taurat dan orang Farisi, mereka-mereka ini disebut Yesus sebagai orang munafik karena apa yang mereka ajarkan TERKADANG tidak mereka lakukan, inilah yang saya maksudkan dengan inkonsisten. Perhatikan ayat ini:

Mat 23:1-4 – (1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (2) "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya
Bahkan ironisnya lagi mereka melakukan Taurat pun di sortir, artinya tidak semua mereka lakukan dengan kata lain ada yang mereka lakukan ada yang mereka abaikan. Perhatikan ayat berikut ini:

Mat 23:23 -  Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Catatan penting yang harus kita ingat adalah orang munafik adalah orang tidak pernah berusaha melakukan KEBENARAN, karena hati mereka penuh dengan kebusukan, KEBENARAN yang mereka lakukan adalah sadiwara atau topeng atau kepura-puraan  saja dengan kata lain orang munafik selalu berpura-pura baik dalam hidup pada hal sejatinya adalah seorang penipu, pembohong, pendusta, pengkhianat.  Karena itu pulalah muncul pameo di masyarakat; “muka nabi pikiran kotor” sebab korelasi antara tatanan perkataan dengan perilaku sungguh sangat controversial. Maka dari itu istilah yang Yesus sematkan kepada mereka “sebagai kuburan yang dilabur putih” bukanlah sesuatu yang berlebihan tetapi TEPAT adanya.

Mat 23:27-28 – (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.

Pertanyaan Refleksi: Bagaimana dengan kita? Jika kita mengaku sebagai orang Kristen, rajin beribadah, terlibat dalam berbagai macam kegiatan gereja TETAPI tidak menghidupi ajaran Kristen sesungguhnya kita adalah orang-orang munafik. Ketika kita berada dalam komunitas Kristen kita berprilaku ‘baik’ tetapi jika kita diluar komunitas Kristen atau pun saat sendiri, kita berlaku ‘buruk’ ini adalah pola hidup munafik.

Berdasarkan tradisi di Alor, setiap pergantian tahun (31 Desember) ada acara joget-joget, ini dilakukan sampai pagi bahkan bisa dilakukan dari tanggal 31 Desember hingga 5 januari.  Tentu hal tidak tidak akan terlepas daari minuman keras (kalau di Bali disebut Arak Bali, kalau di Manado dosebut Cap Tikus, Kalau di Flores disebut Moke, kalau orang Alor menyebutnya Sopi), mereka minum sampai mabuk. Pada suatu kali karena semua sudah dikuasai minuman keras ahirnya merek menilang semua mobil yang lewat dilokasi itu (entah angkutan umum, entah mobil pribadi, entah mobil dinas bahkan mobil aparan keamanan pun mereka tahan) untuk memberikan ucapan selamat bahkan terkadang mereka minta uang (red. Pajak), suatu ketika muncullah suatu mobil milik salah seorang pendeta di Alor yang cukup terkenal. Ada yang berdiri ditengah jalan untuk menilang mobil tersebut, tetapi ada juga yang lari bersembunyi, ada juga yang berteriak “itu mobil pendeta…..!” akhirnya yang tadi berniat mau tilang mobil pun lari, kenapa mereka lari? Karena mereka takut sama pendeta! Ini salah satu bentuk kemunafikan, di depan pendeta berlaga alim tetapi dibelakang Ancor (rusak). Mudah-mudahan hal seperti itu tidak ada disini.

2.    AKIBAT YANG AKAN DIALAMI ORANG MUNAFIK
Kita sudah melihat bahwa orang munafik adalah orang yang selalu berpura-pura baik dalam hidup pada hal sejatinya adalah seorang penipu, pembohong, pendusta, pengkhianat, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.  Maka, pada bagian ini saya ingin mengajak kita melihat akibat yang akan dialami oleh orang munafik.

Pertama; Orang munafik tidak akan disukai. Sifat munafik seseorang TERKADANG bisa dibungkus dengan rapih sehingga tidak dapat diketahui oleh orang lain, tetapi jika sifat munafik itu sampai diketahui orang maka akibatnya orang tersebut tidak akan disukai. Bisa jadi membuat orang lain menjauh darinya. Inilah yang diungkapkan oleh Pemazmur. Perhatikan ayat berikut ini:

 Maz 26:4 -  Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul

BIS - Aku tak mau berkumpul dengan penipu, atau bergaul dengan orang munafik.
Ketika saya memikirkan pokok bahasan ini, sayan coba mengontak teman-teman untuk mengungkapkan isi hati mereka jika ternyata teman atau sahabat mereka adalah orang yang munafik, perhatikan respon dari teman-teman saya berikut ini:

Allau Jelom Costha - "hhhmmm, kesalllllll mengenal orang munafik kaya kamuuuuuu,,,,,kamu itu orang yang susah ditebak orang, kalau melihat secara sekilas, kamu itu baik, tapi sayangnya jika dilihat lebih meneliti kamu itu orangnya MUNAFIK ibarat SERIGALA BERBULUH DOMBA tahuuuu. tapi satu sisi aku bersyukur bisa mengenal orang seperti kamu, karena ini akan jadi pelajaran buat saya kedepannya agar tidak ketipu dengan kelakuan yang sama". Hhhhuuufffff

Ike Maro“kamu adalah teman saya, tapi kamu tidak terlalu baik untuk bisa TETAP menjadi teman saya…..”

Liin Aryesam – “Adu Kawan e ternyata lu pu sifat talalu jelek... Beta menyesal karena su berbagi banyak hal dengan lu tapi ternyata lu tidak bisa di percaya... ke depan beta tidak akan percaya  lu lagi.. untuk hal apapun”

Open Alcatraz - Za su anggap lu sdra, tapi lu di balkang sana na lu kasi jatuh saya, datang di sya na lu omong baik2, lu pu cara ni yudas ju kalahlah kawan, tpi tir apa2 kawan z tdk menysl knal lu, stdkx lu su buat za mengerti dgn itu kata pribahasa ''Kacang Lupa Kulit''
Devi Oktavia – “Ain ketada pahumu tando nahu ( = jangan tunjukin wajahmu dihadapan saya)”

Yang saya mau tekankan dalam bagian ini adalah, setiap orang pasti tidak menyukai orang munafik termasuk orang yang munafik sekalipun.

Kedua; Orang munafik sangat dikecam oleh Tuhan. Perhatikan beberapa ayat berikut ini:

Mat 15:7-8 – (7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku

Mat 23:13-15 – (13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.(14) [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.] (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri

Mat 23:23’25 (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan….(25) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.

Mat 23:27-29 – (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh.

Ada yang berkata begini: “Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang munafik. Kecaman Yesus terhadap kemunafikan mereka ini lebih keras daripada kecaman-Nya terhadap sikap dan tindakan mereka yang menolak-Nya, mencobai-Nya dan ingin membunuh-Nya. Mengapa? Sebab, kemunafikan itu sungguh berbahaya”

Renungan Harian Online: Orang Farisi dan ahli Taurat pada masa itu dikenal sebagai pemuka agama yang terpandang dan dianggap sangat bersih dan rohani. Saking bersihnya, mereka pun dipercaya banyak orang berhak mengambil keputusan-keputusan mana yang halal dan haram, mana yang boleh dan tidak, mana yang baik dan buruk, atau kapan harus menghakimi hingga mengambil nyawa orang lain. Mereka hafal mati hukum Taurat dan seringkali tampil lengkap dengan atribut lengkap agar tampil beda dari manusia-manusia "berdosa" di luar kelompok mereka. Apa yang mereka lakukan sesungguhnya hanyalah sebatas fisik saja tanpa disertai motivasi yang benar. Mereka terlihat seolah mengerti agama tetapi sebenarnya perilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan apa yang mereka ketahui bahkan hafalkan. Ini adalah sikap yang munafik yang mendapat kecaman langsung dari Yesus. (Renungan Harian Online – Hindari Sikap Minafik)

Di sini sangat jelas bahwa Tuhan tidak suka atau bisa kita katakan Tuhan sangat benci dengan kemunafikan. Berarti orang yang munafik jelas dikecam atau sangat dibenci Tuhan.

Ketiga; Orang munafik akan mendapat CELAKA (red. Bahaya).

Mat 23:13-15 – (13) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.(14) [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.] (15) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri

Mat 23:23-23 – (23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan….(25) - Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Mat 23:27-29 – (27) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (29) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh.

Dari beberapa ayat ini, membuat kita untuk berkesimpulan bahwa orang orang munafik akan mendapat celaka atau Bahaya. Perhatikan ayat berikut ini:

Mat 24:46-51 – (46) Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. (47) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. (48) Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: (49) Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, (50) maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, (51) dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Pertanyaan Refleksi: kita sudah melihat bahaya yang akan dialami orang orang munafik (tidak disukai, dikecam Tuhan dan akan mendapat celaka atau bahaya), pertanyaannya maukah kita mendapatkan hal-hal itu? Jika mau teruslah hidup dalam kemunafikan, jika TIDAK! Maka tanggalkan gaya hidup munafik.

PENUTUP
Dalam kaitannya dengan hidup keagamaan, orang-orang yang munafik menghayati aktifitas keagamaannya hanya sebatas sebagai kewajiban saja. Apa yang dirayakannya hanya berhenti sebagai ritual, tidak menjadi daya rohani yang mentransformasi sikap dan tindakan. Doa-doa mereka hanya sebatas di bibir saja dan paling pol sampai pada tataran kognitif, tetapi tidak sampai di hati apalagi dihayati dalam perilaku sehari-hari. 

Tuhan tidak ingin kita menjadi orang yang munafik seperti halnya ahli Taurat dan orang Farisi. Tuhan mau kita melakukan ajaranNya dengan hati yang tulus, dan dengan motivasi yang benar yaitu untuk menyenangkan hati Tuhan saja. Bukan untuk kepentingan diri sendiri, apalagi hanya karena ingin tampil dan dilihat orang. Kemunafikan adalah dosa yang menodai ibadah kita. Sebaliknya, kesungguhan, ketulusan, dan kesetiaan kita untuk hidup dalam kebenaran, dengan jujur, akan berkenan bagi Tuhan dan tentunya akan mendatangkan berkat yang luar biasa bagi hidup kita.

Dalam perkunjungan saya ke Pos PI Lakay (Lakay ini adalah tempat wisata yang terkenal di Kab. Dompu - NTB) saya bertemu dengan seorang bapak (kira-kira usianya 40an tahun lebih) yang berasal dari Kabupaten Manggarai Barat (Labuan Bajo). Pada mulanya bapak ini beragama Khatolik tetapi karena menikah dengan seorang wanita Islam yang berasal dari Kab. Dompu pada tahun 1999 maka ia pun meninggalkan agama Khatolik dan 'hijrah' ke agama Islam (menjadi Mualaf). Pada suatu hari (red. Senin, 01 September 2015) saya duduk bercakap-cakap dengan beliau (kami memang akrab karena sama-sama berasal dari NTT), lalu saya pun berani mengajukan pertanyaan kepada bapak ini: "Pa apakah pa sering ke Masjid?". Jawabannya sontak membuat saya KAGET. "saya tidak biasa ke Masjid, bagi saya agama itu sama saja. Karena saya malas, ketika saya ke Masjid saya melihat orang-orang yang rajin ke Masjid itu sombong, dan menganggap diri seperti orang suci", lebih lajut dia menambahkan: "Maaf ya pa, hal seperti ini juga saya temukan di Gereja, orang-orang yang rajin ke Gereja kadang sombong, bahkan pemimpinnya pun sombong merasa diri paling suci atau pun paling baik dari yang lain. Lebih baik saya tidak pi Masjid atau pun gereja, saya berdoa dengan cara saya sendiri di rumah, Tuhan pasti jawab karena saya tahu Tuhan itu ada"

Saya sangat sadar bahwa apa yang ceritakan oleh bapak ini ada benarnya juga (meskipun tidak semuanya benar). Tetapi cerita ini saya angkat guna mengajak kita sebagai orang Kristen yang adalah garam dan terang dunia untuk MENGINTROPEKSI diri. Jangan-jangan dalam diri kita ada kemunafikan sehingga kehidupan kita tidak bisa menjadi berkat bagi sesama. Jika kita masih mendapati sikap-sikap munafik meski sedikit saja, bertobatlah dengan sungguh-sungguh. Kemunafikan hanyalah akan membawa kehancuran. Perhatikan komentar berikut ini:

Henricus Witdarmono - Sejarah agama membuktikan, karakter hipokrit selalu menjadi penghambat dan penghalang perkembangan religio sitas. Pada dasarnya, orang hipokrit itu memperlakukan agama sebagai sandiwara. Dengan kemunafikan mereka, pintu agama ditutup. Karakter hipokrit menjadi virus penghancur agama dari dalam. Layaklah bila dalam Mat 23 ini, Yesus menyebut “celakalah kaum hipokrit” sampai tujuh kali. Ini sudah cukup untuk mengatakan bahwa kita membutuhkan ketulusan hati dalam beragama, lebih dari segala-galanya. (Hidup Khatolik: Virus Kemunafikkan)

Samuel Langhorne Clemens atau Mark Twain ( 1835 - 1910 )  pernah mengatakan bahwa: Tiap orang itu seperti bulan yang memiliki sisi gelap yang tidak pernah ditampilkan”. Terkadang kita berusaha menyembunyikan sisi gelap kita, kita berpura-pura menjadi orang yang taat kepada Tuhan padahal ketaatan yang dilakoni hanyalah sebuah pementasan (red. Kepalsuan). Saya tidak tahu dengan keadaan bapak, ibu, saudara saudari di tempat ini, apakah seperti ini atau TIDAK? Untuk saya, saya harus akui bahwa terkadang saya bersikap seperti ini. Tetapi melalui kebenaran Firman Tuhan ini, kita harus membuang segala macam kemunafikan sebab ada bahaya yang menanti. Akhir kata mari kita membaca bersama-sama ayat berikut ini (baca kalimat yang saya beri warna hitam saja):

1 Pet 2:1 - Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

Soli Deo Gloria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

  DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS? By Pdt. Esra El...