Selasa, 19 September 2017

Renungan: Siapakah Yang Berbahagia?

SIAPAKAH YANG BERBAHAGIA?
Lukas 11:27-28.
By Michael Mau




INTRODUKTION

Kebahagiaan padanan kata dengan kegembiraan. Apa arti kebahagiaan atau kegembiraan. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menberi definisi Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan.

Sedangkan para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Artinya kebahagian bukan ditandai dengan  perasaan senang atau perasaan puas melainkan lebih dari itu, yiatu menyangkut kehidupan yang baik. nah kehidupan yang baik itu seperti apa? Tentu masing-masing filsuf dan pemikir agama punya standar kategori kehidupan yang baik itu berbeda-beda, meskipun tidak dapat dipungkiri ada juga kemiripan.

Ketika kita berbicara tentang kebahagiaan Saya percaya Semua orang ingin bahagia, bahagia dalam segala hal. Oleh karena itu, melalui kebenaran Firman Tuhan ini, saya ingin membawa alam pikiran kita untuk belajar dibawah satu topic yang sangat sederhana yaitu “Siapakah Yang berbahagia?” dengan kata lain “orang seperti apa yang dikatakan berbahagia” Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan topic ini dalam beberapa bagian penting!



1.     ORANG YANG BERBAHAGIAN VERSI DUNIA

Pada umumnya orang beranggapan bahwa setidaknya ada 4 hal utama yang dibutuhkan manusia dalam hidup di dunia ini, bila hal itu dicapai maka dianggap telah memiliki kebahagiaan, yaitu:

Uang atau kekayaan: hampir sebagian mayoritas penduduk di dunia beranggapan bahwa uang atau kekayaan adalah sumber kebahagiaan. Dengan kata lain apabila seseorang telah mempunyai banyak uang atau kekayaan maka mereka telah dikatakan berbahagia. Sehingga tidak heran ada orang yang sibuk mencari uang atau kekayaan sampai-sampai hari ibadah pun dipakai untuk mencari uang dan ketika diajak untuk ibadah maka alasan klasiknya adalah “tidak punya waktu” 

Saya sangat setuju ketiadaan uang bisa membuat seseorang menderita tetapi tidak berarti jika kita mempunyak banyak uang kita akan bahagia. Berikut ini saya akan mengangkat contoh orang yang nota benenya mempunyai banyak uang tetapi sesungguhnya dia tidak menikmati kebahagiaan.

Dalida adalah ratu kecantikan Mesir tahun 1955. Ia kemudian hijrah ke Paris. Di sana ia berhasil menjadi penyanyi dan pemain film terkenal. Kariernya sukses, kekayaannya berlimpah. Namun, toh Dalida merasa hidupnya sangat malang. Suaminya, Lucien Morisse, meninggal karena bunuh diri. Begitu juga Luigi Tenco, kekasihnya. Kenyataan itu membuat Dalida sangat terpukul. Akhirnya di tengah ketenaran dan kekayaannya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia menulis sepucuk surat: "Beban hidup sungguh tak tertanggungkan."

Sebenarnya jika mau jujur kita bisa temui disekeliling kita ada orang yang nota benenya punya uang atau kekeyaan tetapi mereka tidak bisa menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya. Toh kalau kebahagiaan itu ada sifatnya hanya sementara.


Ketenaran atau popularitas. Banyak uang atau kekayaan tetapi tidak terkenal maka menurut sebagian orang itu belum bahagia, oleh karena itu mereka menempun banyak cara agar bisa terkenal atau bisa popular di mata masyarakat umum. Hal inilah banyak dilakoni para artis, awalnya mereka bersusah payah untuk terkenal tetapi ketika sudah terkenal mereka berusaha agar tidak dikenal, maksud saya mereka berusaha menyembunyikan diri ketika bepergian karena takut dikejar fans berat mereka.

Herodes Agung adalah pemimpin yang terkenal ia begitu popular tatapi sesungguhnya ia tidak pernah merasa bahagia,  ia tidak pernah merasa damai yang ada dipemikirannya adalah takut tersaingi hal ini membuat ia bertindak anarkis atau kejam. Untuk hal ini kaisar agustus pernah berkata “lebih baik menjadi babinya Herodes dari pada menjadi anaknya (karena herodes tidak makan babi)” dan Jhon Drane juga pernah berkata “siapa saja yang menentang kebijaksanaan-kebijaksanaannya harus bersedia di bunuh secara kejam sama seperti penguasa lalim lainnya, ia (Herodes) tidak ragu-ragu membunuh keluarganya sekalipun. Semua pristiwa ini mengajarkan bahwa karakteristik Herodes sangat buruk”

Kenapa ia bertindak buruk karena ia tidak memiliki damai atau tidaka ada kebahagiaan yang ia rasakan yang ada takut tersaingi. Saya rasa disekeliling kita juga ada orang-orang seperti Herodes.

Kekuasaan atau jabatan: Ada yang berasumsi bahwa orang yang bahagia adalah mereka yang memiliki kekuasaan atau jabatan yang tinggi. Sehingga banyak cara mereka tempuh untuk bisa memiliki kekuasaan atau jabatan yang tinggi tetapi ketika semua itu telah dimilikinya ternyata tidak membuat mereka bahagian. Kekuasaan dan jabatan itu penting tetapi tidak sedikit orang yang kebahagiaannya direnggut oleh kekuasaan atau jabatan mereka. Artinya kekuasaan dan jabatan membuat mereka sibuk dan lupa akan keluarga mereka. 

Prestasi yang tinggi. Bagi sebagian orang lagi mereka yang dianggap paling bahagia adalah mereka yang punya prestasi yang tinggi atau prestasi yang menonjol di segala aspek kehidupan. Memang ada orang bias bisa berbahagia ketika ia punya prestasi yang tinggi tetapi ada juga yang memeliki prestasi yang tinggi tetapi mereka tidak berbahagia. Selain empat hal di atas ada juga hal lain lagi tetapi inilah yang paling dominan.

Konklusinya: memang uanga atau kekayaan, ketenaran atau popularitas, kekuasaan atau jabatan dan Prestasi yang tinggi bisa membuat kita bahagian tetapi banyak bukti yang telah menunjukkan meskipun kita telah memiliki semuanya di atas tetapi toh ada yang tidak menikmati kebahagiaan.


2.   ORANG YANG BERBAHAGIAN VERSI ALKITAB

Lukas 11: 27 mengatakan bahwa seorang perempuan berkata kepada Yesus, bahwa yang bahagia adalah Ibu Yesus, dengan berkata “Berbahagialah ibu yang mengadung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau. Dari kalimat ini muncul dua macam penafsiran yaitu: 

Pertama; sang wanita yang berani tampil di tengah orang banyak dan berseru lantang ini sesungguhnya memuji Maria Bunda Yesus. Ia memuji Maria yang telah mengandung Yesus, Maria yang telah menyusui Yesus, dengan kata lain senangnya Ibu mu karena punya anak yang luar biasa hebatnya

Kedua; sang wanita yang berseru lantang di tengah orang banyak itu memuji Yesus sendiri. Sang wanita dalam kalimat ini mengagumi kebesaran Yesus dalam kata-katanya. Misalkan anda seorang yang hebat, bisa membuat mujizat menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan. Anda menjadi sangat terkenal dan dikunjungi serta dikagumi banyak orang. Lalu seorang ibu datang ke depan anda dan berkata; "Betapa bahagianya bila saya menjadi ibu yang mempunyai seorang anak seperti anda ini!" Siapakah yang dipuji dalam kalimat ini? Apakah ibumu yang dipuji dan dikagumi? Tentu saja bukan, tetapi anda sendirilah yang dikagumi dan dipuji dengan kata lain Yesus dipuji oleh wanita yang muncul di tengah kerumunan orang banyak karena Ia mengajar dengan penuh wibawa, karena ia berbicara dengan penuh kuasa sehingga setan-setanpun takluk di hadapanNya. Di sini juga ada indikasi kalau wanita  itu pengan menjadi ibu Yesus, tapi itu tidak bisa.  

Terlepas dari dua macam penafsiran tersebut, itulah konsep pemikiran manusia bahwa kebahagiaan diukur dari aspek fisik atau jasmani. Seperti contoh  karena orang tua yang hebat, karena jabatan yang hebat, karena harta, karena paras yang cantik, ganteng dan lain sebagainya, memang ini tidak salah namum semua tidak menjadi jaminan kebahagiaan sejati. Karena hal tersebut hanya bicara lahiriah saja.

Jawaban Yesus pada ayat 28 sangat kontras atau bertentangan dengan pemikiran umum manusia. Mari kita melihat bersama “Tetapi Ia berkata: Yang bernahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya

Jawaban Yesus kepada wanita tersebut merupakan suatu kalimat negasi atau suatu penyangkalan terhadap pernyataan yang muncul, suatu ungkapan yang mementingkan sesuatu lebih dari pada yang lain.

Dengan kata lain Ayat 28  Yesus membantah pemikiran wanita itu yang mengukur kebahagian dari aspek jasmani dalam arti  Yesus berkata justru jika mau bahagia landasannya adalah: mendengar Firman Tuhan dan memeliharanya.  

Di sini sangat jelas bahwa kunci kebahagian itu terletak dalam hubungan intim kita dengan Tuhan. Perhatikan ayat berikut ini:

Mazmur 1:1-3: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkan taurat itu siang dan malam, ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. 

Mazmur 128:1: Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

 Dari perkataan Yesus dan dari ayat-ayat referensi ini dapat kita katakan bahwa kebahagiaan sejati bukan ditentukan oleh apa yang kita punya dalam aspek jasmani tetapi apa yang kita miliki dari aspek rohani. Ini berarti kebahagian bukan ditentukan karena orang tua yang hebat, karena jabatan yang hebat, karena harta, karena paras yang cantik, memang ini tidak salah namum semua tidak menjadi jaminan kebahagiaan sejati. Karena hal tersebut hanya bicara lahiriah saja.

Ada anak yang memiliki orang tua yang hebat, ada orang yang memiki jabatan yang tinggi, ada orang  harta yang banyak, ada orang yang memiliki paras yang cantik atau face yang tampat tetapi toh tidak bahagia. Bahkan media masa telah meberikan kita informasi ada banyak orang kaya, orang terkenal yang nekad mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri lantaran menghadapi persoalan pelik, ini berarti keberhasilan lahiriah bukan jaminan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan tidak diukur oleh seberapa besar kekayaan dan popularitas yang kita miliki tetapi seberapa intim kita bangun hubungan dengan Tuhan. 

Ada yang berkata begini "Kebahagian bukan terletak pada BENDA melainkan ada di dalam diri kita". Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri, seperti kekayaan, popularitas, dan jabatan. Kebahagiaan sejati bersemi dalam hati, dan memancar keluar; dalam tindakan dan ucapan.



3.   APILIKASI KONGKRIT UNTUK HIDUP ORANG PERCAYA

Siapahah orang yang berbahagian menurut Alkitab? Jawabannya adalah mereka yang mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya. Artinya kesukaan orang dengan Firman Tuhan: merenungkan Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan menjadikan kita bahagia. Mendengar, merenungkan, mempelajari Firman Tuhan siang dan malam. Dengan tekun beribadah, haus rindu mendengar Firman Tuhan membawa kita bahagia. Firman Tuhan yang akan memberikan kita kekuatan dalam menghadapi perkara apapun karena Tuhan jaminkan Dia akan memberikan kekuatan bagi setiap kita (Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku, Filipi 4:13).

Firman Tuhan juga mengajarkan kita untuk tetap mengucap syukur dalam segala hal, tidak hanya ketika mendapat berkat, tapi ketika menghadapi masalah kita harus selalu memperkatakan ucapan syukur (I Tesalonika  5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.) Jadi Tuhan inginkan kita untuk terus mengucap syukur sehingga kebahagiaan sejati dapat kita rasakan di setiap apapun keadaan kita.

Ini bukan berarti uang atau kekayaan, ketenaran atau popularistas, kekuasaan atau jabatan dan prestasi yang tinggi itu tidak penting. Jadi kita tidak boleh mengejar hal-hal tersebut. Penekanan saya adalah kita harus membuat skala prioritas mendenger firman Tuhan dan memelihara adalah yang yang paling penting dalam hidup ini. Sekali lagi perhatikan ayat berikut ini:

Mazmur 1:1-3: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkan taurat itu siang dan malam, ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. 

Artinya hubungan dengan Tuhan merupakan hal penting dalam hidup ini, jika kita ingin menikmati kebahagiaan yang sejati. Percuma jika kita memiliki uang atau kekayaan yang banyak, ketenaran atau popularistas, kekuasaan atau jabatan dan prestasi yang tinggi tetapi hubungan dengan Tuhan rusak sama saja Nol, artinya kebahagian sejati tidak akan kita rasakan lebih dari itu kebahagian kekal juga tidak akan menjadi bagian kita. Ingatlah cerita orang kaya yang malang.

Maukah kita bahagia! Mari kita bangun hubungan yang intim dengan Tuhan yaitu kita harus mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya, memelihara berarti melakukan atau menghidupi dalam keseharian kita. Akhir kata, saya akan menutup renungan ini dengan ayat berikut ini:

Matius 5:5 - “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan”

Soli Deo Gloria
Tuhan memberkati







Rabu, 06 September 2017

Renungan: FREE FROM SIN (MERDEKA DARI DOSA)



FREE FROM SIN (MERDEKA DARI DOSA)

Roma 6:18

By Michael Djawa Ma’0



INTRODUCTION
Merdeka…..Merdeka….Merdeka! Sebagai Anak bangsa kita patut bersyukur karena kita telah hidup dalam bangsa yang telah merdeka dalam pengertian bangsa yang tidak dijajah atau tidak ditindas lagi oleh bangsa lain.

Berdasarkan catatan sejarah bangsa kita dijajah kurang lebih 3 ½ abad atau 350 puluh tahun, tetapi ada juga pihak yang berkeberatan soal ini dengan berbagai macam dalil atau argumentasi mereka, tetapi itu tidak akan saya jelaskan di sini karena bukan ‘domainnya’. Intinya di sini kita harus sepakat bahwa Bangsa Indonesia pernah dijajah atau ditindas oleh bangsa lain.

Keadaan terjajah atau tertindas adalah keadaan yang tidak mengenakkan atau keadaan yang paling ‘pahit’ sehingga tidak heran para pejuang dengan semangat patriotismenya relah (dengan sadar) mempertaruhkan jiwa harta bahkan nyawa mereka untuk kepentingan kemerdekaan. 

 Ristanto Sumarsono - Pada jaman perjuangan kata Merdeka begitu dielu-elukan dan didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan bangsa kita. Merdeka pada masa itu adalah dalam arti terlepas dari belenggu cengkeraman penjajah. Melepaskan diri dari penjajahan. Menjadi sebuah Negara yang mandiri dan berdaulat. Pada masa itu Merdeka adalah kata yang sangat sacral dan penuh makna. Merdeka adalah sebuah cita-cita yang luhur. Merdeka adalah sebuah tujuan hidup. Bahkan pendahulu kita mempunyai semboyan yang sangat popular di kalangan masyarakat kita yaitu : Merdeka ataoe Mati. Kata Merdeka disepadankan dan dipertaruhkan dengan nyawa.( https://ristantosumarsono.blogspot.co.id - Arti Sebuah Kata Merdeka)

Ini Artinya Kemerdekaan itu penting bagi rakyat Indonesia, sehingga nyawa pun dipertaruhkan untuk merebut kemerdekaan.

Pada Kamis, 17 Agustus 2017 yang lalu bangsa Indonesia telah merayakan hari kemerdekaan yang ke 72 tahun, ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa. Maka dari itu sebagai warga negara Indonesia yang telah hidup di alam yang merdeka ini ‘wajib hukumnya’ mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya yang bisa mengharumkan nama bangsa.

Pertanyaan untuk kita renungkan bersama adalah sudahkah kita mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya positif yang kita torehkan ataukah kita tampil sebagai ‘duri dalam daging’ bagi bangsa ini?

Saya sangat suka dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Amerika Serikat yang ke 35, Jhon F Kennedy bahwa “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, Tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!”


Hal senada juga disampaikan oleh Presiden yang ke 1 Republik Indonesia Ir. Soekarno bahwa “Jangan tanyakan apa yang bangsa ini bisa berikan kepada Anda Tapi coba tanyakan apa yang Anda dapat berikan kepada bangsa ini. Mulailah dari dirimu sendiri, mulailah dari hal yang kecil, mulailah dari sekarang”

Semoga ini bisa jadi bahan renungan bagi kita Pemuda-pemudi Kristen yang ada saat ini! Dalam momen yang bahagia ini, panitia memberikan tema kepada saya ‘Free Of Sin’, ini merupakan tema yang menarik, tetapi saya lebih suka mengganti kata ‘Of’ dengan kata ‘From’ menjadi ‘Free From Sin’  yang artinya  ‘Merdeka Dari Dosa’. Tema ini didasarkan pada Roma 6:8 (Mari kita baca Bersama-sama)

Rom 6:18 - Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Melalui kebenaran firman Tuhan ini, saya akan menjelaskan dalam beberapa poin krusial ! Oleh karena itu, saya sangat berharap perhatian penuh dari rekan-rekan pemuda sekalian. Mari kita perhatikan satu persatu:


1.     URGENSI MERDEKA DARI DOSA

 Ada yang mengatakan bahwa “Merdeka adalah terbebas dari segala macam belenggu. aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Merdeka merupakan sebuah rasa kebebasan bagi makhluk hidup untuk mendapatkan hak dalam berbuat sekehendaknya. Dalam sebuah negara, merdeka berarti bebas dari belenggu, kekuasaan dan aturan penjajah” (Seputar Pengertian Kemerdekaan)

Ini berarti urgensi merdeka bagi bangsa Indonesia adalah terbebas dari segala macam belenggu. aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu, hidup menikmati hak-haknya atau bebas dari belenggu, kekuasaan dan aturan penjajah.

Perlu untuk kita cermati bahwa pandangan Alkitab tentang kemerdekaan dilatar-belakangi pemikiran tentang penahanan dalam penjara atau perbudakan. Jadi kalau Alkitab berbicara tentang kemerdekaan, terkandung pengertian tentang penahanan dalam penjara atau perbudakan sebelum kemerdekaan itu dialami.

Tahanan dalam penjara yang dimaksudkan disini bukanlah secara general melainkan tahanan yang dilakukan oleh pengusa terhadap orang yang dipandang bersalah sperti kasus Yusuf (Kej 39:20) atau juga tahanan perang (karena berhasil menaklukkan kota atau suatu negara) yang kemudian bisa dijadikan sebagai hamba

Jadi ketika Alkitab berkata “Kamu telah dimerdekakan dari dosa……(Rom 6:18), berarti sebelumnya orang tersebut ditawan atau diperbudak oleh dosa (red. menjadi hamba dosa). Bandingkan dengan ayat berikut ini:

Rom 6: 17  - Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.

Rom 6:20 -  Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.

Yoh 8:34 - Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

Jika orang tersebut terus diperbudak atau ditawan oleh dosa (menjadi hamba dosa) maka ia akan terus melakukan perbuatan dosa dan sebagai akibatnya maut adalah bagian yang inheren dari orang tersebut atau dengan kata lain maut adalah ‘kado’ untuk orang yang ditawan atau diperbudak  oleh dosa. Perhatikan ayat berikut ini:

Rom 6:23 - Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Melihat kenyataan ini maka urgensi merdeka dari dosa adalah terlepas atau terbebas dari belenggu dosa selanjutnya maut tidak akan menjadi bagiannya.

Pertanyaan selanjutnya adalah mampukah atau bisakah kita (manusia) ‘memperoleh’ merdeka dengan usaha sendiri? Untuk hal ini sangat berbeda dengan kemerdekaan suatu bangsa yang dijajah. Maksud saya disini adalah jika suatu bangsa dijajah maka setiap elemen (sumber daya manusia) di dalam bangsa tersebut bisa berjungan agar merdeka. Tetapi, untuk bisa merdeka dari dosa kita tidak bisa ‘berjuang’ atau ‘mengerjakan’ agar ‘merdeka’ itu menjadi milik kita (karen itu mustahil). Perhatikan ayat renungan kita:

Rom 6:18 - Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Perhatikan ini, pernyataan “dimerdekakan” menunjukkan bahwa manusia pasif (tidak berusaha) untuk memperoleh kemerdekaan tersebut. Dari kata “dimerdekakan” ini juga mengintrodusir ide bahwa ada pihak lain yang dapat memberikan kemerdekaan tersebut. Pihak lain yang memberikan kemerdekaan tersebut adalah Yesus Kristus. Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 8:36 - Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.

Dengan demikian usaha diri tidak dapat membebaskan diri tahanan atau perhambaan dosa, hanya Yesus – lah yang mampu membebaskan kita dari tahanan atau perbudakan dosa. Oleh karena itu sebagaimana kita bersyukur atas kemerdekaan bangsa ini, maka seharusnya kita lebih bersyukur atas kemerdekaan yang Tuhan anugerahkan bagi kita, dalam hal ini kita dibebaskan dari tawanan atau perbudakan dosa. Perhatikan ayat berikut ini.

Rom 6:17;18 – (17)  Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. (18)  Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Kita tahu bersama bahwa untuk bisa ‘merdeka’ para pahlawan berjuang hinggga titik dara terakhir atau titik darah penghabisan. Demikian juga, untuk memerdekakan manusia dari tahanan atau perbudakan dosa maka Kristus yang adalah Allah ‘mencurahkan’ darah-Nya yang mahal (1 Petrus 1:18-19) bahkan dikatakan ‘lunas dibayar’ (1 Kor 6:20), sehingga tidak heran ketika di atas kayu salib pada saat sebelum Yesus menyerahkan nyawanya demi kepentingan kemerdekaan manusia yang berdosa Ia berkata “Tetelestai” (red. Telah mengahiri dengan sempurna  – Past perfek tense)

Karya yang Yesus lakukan demi memerdekakan manusia dari dosa telah lengkap dan paripurna. Usaha manusia untuk memperoleh kemerdekaan tidak diperlukan sama sekali. Menerima dan mensyukuri kemerdekaan yang Yesus anugerahkan adalah respon terbaik kita.

Dengan kita dimerdekakan dari dosa maka maut tidak akan menjadi bagian kita atau dengan kata lain dengan kita dimerdekakan dari dosa maka ‘hidup kekal akan menjadi ikutannya’  inilah yang disebut kasih karunia atau anugerah. Perhatikan ayat berikut ini:

Rom 6:23 - Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Konklusi: Sebagai anak bangsa, kita harus bersyukur atas kemerdekaan dari penjajah yang kita alami sebab kemerdekaan itu dibayar dengan harga yang mahal, maka seharusnya sebagai anak Tuhan kita harus lebih bersyukur atas kemerdekaan dari dosa yang Tuhan anugerahkan karena kemerdekaan tersebut dibayar dengan harga yang jauh lebih mahal. 

2.    KONSEKUENSI MERDEKA DARI DOSA

Pikirkan ini, menurut kita ketika para pejuang bangsa meneriakkan kata ‘merdeka’ kira-kira apa yang terlintas di pikiran mereka? Merdeka memiliki arti tidak terjajah atau tidak tindas oleh bangsa lain atau terbebas dari belenggu penjajah. Apakah ini berarti setelah merdeka, tidak terjajah atau tidak ditindas atau terbebas dari belenggu penjajah mereka kemudian bisa berbiat sesuka hati? Ataukah dapat melakukan ini dan itu sesuka hati mereka? Jawabannya tentu tidak! kerena telah lepas dari kekuasaan penjajah, mereka harus tunduk pada kekuasaan NKRI (dalam segala konstutusi atau perundang-undangannya).

Artinya kemerdekaan memang melepaskan rakyat Indonesia dari suatu tuntutan (dalam hal ini tuntutan penjajah) tetapi tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai warga negara Republik Indonesia, itulah konsekuensinya Merdeka dari penjajah.

Hal ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan merdeka dari dosa dengan kata lain kita yang telah dimerdekakan dari dosa sudah seharusnya tunduk pada aturan Tuhan yang telah memerdekakan kita, itulah konsekuensinya. Perhatikan ayat berikut ini:

Rom 6:18 (TB) - Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Rom 6:18 (BIMK) - Kalian sudah dibebaskan dari dosa, dan sekarang menjadi hamba untuk kehendak Allah.

Rom 6:18 (BSD) – Kalian sudah dibebaskan dari dosa dan sekarang menjadi hamba Allah yang menuruti semua kemauan-Nya

Rom 6:18 (TSI) – Sehingga kita dibebaskan dari kuasa dosa dan sekarang hidup sebagai hamba Allah yang dengan segenap hati mau hidup dengan benar di mata-Nya.

Pertanyaannya, mengapa saya kutip ayat ini dari beberapa terjemahan Alkitab? Perhatikan bahwa menjadi setelah kita dimerdekakan dari dosa, maka dengan sendirinya (suka atau tidak suka) kita telah menjadi hamba kebenaran. Menjadi hamba kebenaran berarti siap melaksanakan kehendak Tuhan atau siap melakukan semua (tanpa terkecuali) kemauan Tuhan. Ini dilakukan bukan karena terpaksa melainkan dilakukan segenap hati.

Dengan demikian kita bisa melihat perbedaan yang sangat signifikan antar orang yang mengaku Kristen tetapi sesungguhnya tidak merdeka dari dosa dengan orang yang mengaku Kristen dan merdekakan dari dosa.

Orang yang tidak merdeka dari dosa bisa melakukan apa yang Tuhan perintahkan tetapi dengan motifasi yang salah atau melakukannya tidak dengan segenap hati sedangkan orang yang merdeka dari dosa akan melakukan perintah Tuhan dengan segenap hati atau dengan kata lain melakukan kebenaran akan menjadi hobby atau kebiasaan orang yang telah merdeka dari dosa.

Banyak orang yang mengaku bahwa ia orang Kristen atau ia percaya kepada Yesus, tetapi kenyataannya mereka masih hidup di dalam dosa atau terikat oleh dosa-dosa tertentu:  tidak bisa mengampuni orang lain, menyimpan kepahitan dan sakit hati, korupsi, berzinah, suka melihat situs-situs porno di internet dan sebagainya.  Ada pula yang masih terikat dengan kepercayaan nenek moyang atau takhayul dengan pergi ke paranormal atau dukun untuk minta kekayaan atau sekedar ingin tahu nasibnya. Ini mendakan bahwa orang tersebut sesungguhnya belum merdeka dari dosa.

Pertanyaan untuk kita renungkan Bersama adalah “hai kaum muda yang ada di sini, apakah Anda sudah merdeka dari dosa?” Jika anda sudah merdekah pastikan bahwa anda mencintai kebenaran atau senang melakukan kebenaran.

Perlu untuk kita ketahui NTT adalah ‘lumbung Kristen’ tetapi yang terjadi, terkadang sesuatu yang sebenarnya ‘dosa’ sudah dianggap sebagai hal yang baik atau pun benar. Contohnya sebagai berikut:

Ketika ada orang yang Kristen yang meninggal maka di sana akan ada mabuk-mabukan bahkan judi besar-besaran. (hal ini tidak ada di kalangan orang Islam)

Selain itu hamil di luar nikah bukanlah mejadi suatu persoalan melainkan hal yang biasa dikalangan orang NTT, ini berarti free sex bukan lagi menjadi suatu dosa tetapi menjadi suatu hal yang halal.

Pada waktu jelang mengahiri study teologi saya sayang membuat skripsi yang ada kaitannya dengan free sex disitu saya melihat bahwa dampaknya free sex sangat banyak termasuk di dalamnya terkena HIV/AIDS, pada waktu tahun 2014 tercatat 20 orang penderita HIV/AIDS di kab. Alor (ini yang terdeteksi), baru-baru ini saya membaca di salah satu media online bahwa:

Yosafat Laka,S.Kep.Ns -  untuk saat ini (tahun 2016) p enderita yang positif terinfeksi HIV/AIDS berjumlah 200 orang dan itu yang sudah terdata, sedangkan diperkirakan ada yang masih sembunyi atau tidak mau kontrol ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Kalabahi…Penyakit HIV/AIDS telah tersebar di setiap kecamatan yang ada di kabupaten Alor, dikarenakan banyak orang yang pergi ke luar daerah dan telah terinveksi penyakit dan dibawa ke Alor, dan bisa saja melakukan seks bebas”. (Sumber: NTT ubdate)



Ada seorang teman Facebook saya memposting tulisan yang cukup menarik bagi saya, demikian bunyinya:


Rany Riwu Djara – dalam beberapa tahun belakangan ini, beta lihat tren di NTT, banyak orang yang mati muda padahal dalam anggapan public, mereka orang baik-baik dan produktif dibidangnya. Salah satu penyebabnya adalah penyakit HIV/AIDS yang tidak ditangani secara edekuat (Status Facebook)

Ingat! HIV/AIDS penyebabnya bukan hanya melalui hubungan seks, tetapi hubungan seks yang tidak sehat bisa menjadi penyebab HIV/AIDS. Perhatikan ayat berikut ini:

Rom 6:18-19 – (18)  Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. (19)  Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.

Perhatikan ini, sangat aneh jika kita katakan bahwa kita telah merdeka dari dosa tetapi nyatanya kita masih melakukan perbuatan dosa! Jika demikian maka kita belum benar-benar merdeka, maka konsekuensi logisnya kita masih hidup sebagai hamba dosa. Perhatikan ayat berikut ini:

Yoh 8:34 - Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

Adalah penghinaan terhadap anugerah Allah di dalam Kristus bagi orang percaya untuk berpikir bahwa dia bisa berbuat dosa karena dia sudah dimerdekakan dari dosa. Kita harus meninggalkan perbuatan dosa, menyangkali tongkat lambing kekuasaan hidup kedagingan atas kita, dan menundukkan jiwa kepada perbuatan dan perintah hukum Allah yang benar sehingga anggota tubuh kita bisa menjadi alat-alat kebenaran bagi Allah. Perhatikan komentar berikut ini:

WA. Criswell - Merdeka – Bebas untuk melayani Allah; bebas untuk bekerja bagi Tuhan; bebas untuk menginvestasikan hidup di dalam kehendak-Nya, di dalam pelayananNya dan di dalam pekerjaanNya: Ini adalah kebebasan dan kemerdekaan yang sesungguhnya (Kemerdekaan Yang Sesungguhnya – www.wacriswell-indo.org)

Konklusi: Kita sudah dimerdekakan oleh Kristus dari dosa maka sebagai konskuensinya kita harus hidup menjadi hamba kebenaran, sesuatu yang aneh jika seseorang sudah merdeka dari dosa tetapi masih hidup dalam dosa karena orang yang demikian sesungguhnya masih dijajah oleh dosa.



PENUTUP
Merdeka dari dosa adalah perpindahan status kita dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran/hamba Allah selain itu Kemerdekaan yang kita peroleh dari Kristus tidak membuat kita bebas bertindak semau kita sendiri melainkan kita wajib mengisi kemerdekaan yang telah kita terima dari Tuhan dengan hidup bertanggung jawab (red. Hidup sesuai kehendak Tuhan). Perhatikan ayat berikut ini:

1 Pet 2:16 - Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Gal 5:13 - Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

I Pet 2:15-16 - Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Akhir kata saya akan menutup renungan ini dengan status saya yang berjudul Refleksi Kemerdekaan yang saya post pada 17 Agustus 2017.

Michael Djawa Ma’o – Dalam kehidupan berbangsa, kita harus mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal postif demi kejayaan bangsa ini. Demikian halnya dengan kehidupan spiritual, kita telah dilepaskan dari tuntutan dosa, maka kita harus hidup sesuai apa yang dikehendaki Tuhan (Gal 5:13-14). Karena kemerdekaan yang kita miliki merupakan anugerah terbesar dari Tuhan dalam kehidupan ini (gal 5:1) oleh karena itu hargailah anugerah ini dan ingat ini bukanlah anugerah yang murah (Refleksi Kemerdekaan – Post 17 Agustus 2013)

Soli Deo Gloria 

(Materi ini disampaikan dalam KKR Syukur HUT Ke 72 RI yang diselenggarakan oleh Youth GBIS Filadelfia Jembatan Hitam pada 24 Agustus 2017)

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

  DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS? By Pdt. Esra El...