Selasa, 19 September 2017

Renungan: Siapakah Yang Berbahagia?

SIAPAKAH YANG BERBAHAGIA?
Lukas 11:27-28.
By Michael Mau




INTRODUKTION

Kebahagiaan padanan kata dengan kegembiraan. Apa arti kebahagiaan atau kegembiraan. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menberi definisi Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan.

Sedangkan para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Artinya kebahagian bukan ditandai dengan  perasaan senang atau perasaan puas melainkan lebih dari itu, yiatu menyangkut kehidupan yang baik. nah kehidupan yang baik itu seperti apa? Tentu masing-masing filsuf dan pemikir agama punya standar kategori kehidupan yang baik itu berbeda-beda, meskipun tidak dapat dipungkiri ada juga kemiripan.

Ketika kita berbicara tentang kebahagiaan Saya percaya Semua orang ingin bahagia, bahagia dalam segala hal. Oleh karena itu, melalui kebenaran Firman Tuhan ini, saya ingin membawa alam pikiran kita untuk belajar dibawah satu topic yang sangat sederhana yaitu “Siapakah Yang berbahagia?” dengan kata lain “orang seperti apa yang dikatakan berbahagia” Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan topic ini dalam beberapa bagian penting!



1.     ORANG YANG BERBAHAGIAN VERSI DUNIA

Pada umumnya orang beranggapan bahwa setidaknya ada 4 hal utama yang dibutuhkan manusia dalam hidup di dunia ini, bila hal itu dicapai maka dianggap telah memiliki kebahagiaan, yaitu:

Uang atau kekayaan: hampir sebagian mayoritas penduduk di dunia beranggapan bahwa uang atau kekayaan adalah sumber kebahagiaan. Dengan kata lain apabila seseorang telah mempunyai banyak uang atau kekayaan maka mereka telah dikatakan berbahagia. Sehingga tidak heran ada orang yang sibuk mencari uang atau kekayaan sampai-sampai hari ibadah pun dipakai untuk mencari uang dan ketika diajak untuk ibadah maka alasan klasiknya adalah “tidak punya waktu” 

Saya sangat setuju ketiadaan uang bisa membuat seseorang menderita tetapi tidak berarti jika kita mempunyak banyak uang kita akan bahagia. Berikut ini saya akan mengangkat contoh orang yang nota benenya mempunyai banyak uang tetapi sesungguhnya dia tidak menikmati kebahagiaan.

Dalida adalah ratu kecantikan Mesir tahun 1955. Ia kemudian hijrah ke Paris. Di sana ia berhasil menjadi penyanyi dan pemain film terkenal. Kariernya sukses, kekayaannya berlimpah. Namun, toh Dalida merasa hidupnya sangat malang. Suaminya, Lucien Morisse, meninggal karena bunuh diri. Begitu juga Luigi Tenco, kekasihnya. Kenyataan itu membuat Dalida sangat terpukul. Akhirnya di tengah ketenaran dan kekayaannya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia menulis sepucuk surat: "Beban hidup sungguh tak tertanggungkan."

Sebenarnya jika mau jujur kita bisa temui disekeliling kita ada orang yang nota benenya punya uang atau kekeyaan tetapi mereka tidak bisa menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya. Toh kalau kebahagiaan itu ada sifatnya hanya sementara.


Ketenaran atau popularitas. Banyak uang atau kekayaan tetapi tidak terkenal maka menurut sebagian orang itu belum bahagia, oleh karena itu mereka menempun banyak cara agar bisa terkenal atau bisa popular di mata masyarakat umum. Hal inilah banyak dilakoni para artis, awalnya mereka bersusah payah untuk terkenal tetapi ketika sudah terkenal mereka berusaha agar tidak dikenal, maksud saya mereka berusaha menyembunyikan diri ketika bepergian karena takut dikejar fans berat mereka.

Herodes Agung adalah pemimpin yang terkenal ia begitu popular tatapi sesungguhnya ia tidak pernah merasa bahagia,  ia tidak pernah merasa damai yang ada dipemikirannya adalah takut tersaingi hal ini membuat ia bertindak anarkis atau kejam. Untuk hal ini kaisar agustus pernah berkata “lebih baik menjadi babinya Herodes dari pada menjadi anaknya (karena herodes tidak makan babi)” dan Jhon Drane juga pernah berkata “siapa saja yang menentang kebijaksanaan-kebijaksanaannya harus bersedia di bunuh secara kejam sama seperti penguasa lalim lainnya, ia (Herodes) tidak ragu-ragu membunuh keluarganya sekalipun. Semua pristiwa ini mengajarkan bahwa karakteristik Herodes sangat buruk”

Kenapa ia bertindak buruk karena ia tidak memiliki damai atau tidaka ada kebahagiaan yang ia rasakan yang ada takut tersaingi. Saya rasa disekeliling kita juga ada orang-orang seperti Herodes.

Kekuasaan atau jabatan: Ada yang berasumsi bahwa orang yang bahagia adalah mereka yang memiliki kekuasaan atau jabatan yang tinggi. Sehingga banyak cara mereka tempuh untuk bisa memiliki kekuasaan atau jabatan yang tinggi tetapi ketika semua itu telah dimilikinya ternyata tidak membuat mereka bahagian. Kekuasaan dan jabatan itu penting tetapi tidak sedikit orang yang kebahagiaannya direnggut oleh kekuasaan atau jabatan mereka. Artinya kekuasaan dan jabatan membuat mereka sibuk dan lupa akan keluarga mereka. 

Prestasi yang tinggi. Bagi sebagian orang lagi mereka yang dianggap paling bahagia adalah mereka yang punya prestasi yang tinggi atau prestasi yang menonjol di segala aspek kehidupan. Memang ada orang bias bisa berbahagia ketika ia punya prestasi yang tinggi tetapi ada juga yang memeliki prestasi yang tinggi tetapi mereka tidak berbahagia. Selain empat hal di atas ada juga hal lain lagi tetapi inilah yang paling dominan.

Konklusinya: memang uanga atau kekayaan, ketenaran atau popularitas, kekuasaan atau jabatan dan Prestasi yang tinggi bisa membuat kita bahagian tetapi banyak bukti yang telah menunjukkan meskipun kita telah memiliki semuanya di atas tetapi toh ada yang tidak menikmati kebahagiaan.


2.   ORANG YANG BERBAHAGIAN VERSI ALKITAB

Lukas 11: 27 mengatakan bahwa seorang perempuan berkata kepada Yesus, bahwa yang bahagia adalah Ibu Yesus, dengan berkata “Berbahagialah ibu yang mengadung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau. Dari kalimat ini muncul dua macam penafsiran yaitu: 

Pertama; sang wanita yang berani tampil di tengah orang banyak dan berseru lantang ini sesungguhnya memuji Maria Bunda Yesus. Ia memuji Maria yang telah mengandung Yesus, Maria yang telah menyusui Yesus, dengan kata lain senangnya Ibu mu karena punya anak yang luar biasa hebatnya

Kedua; sang wanita yang berseru lantang di tengah orang banyak itu memuji Yesus sendiri. Sang wanita dalam kalimat ini mengagumi kebesaran Yesus dalam kata-katanya. Misalkan anda seorang yang hebat, bisa membuat mujizat menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan. Anda menjadi sangat terkenal dan dikunjungi serta dikagumi banyak orang. Lalu seorang ibu datang ke depan anda dan berkata; "Betapa bahagianya bila saya menjadi ibu yang mempunyai seorang anak seperti anda ini!" Siapakah yang dipuji dalam kalimat ini? Apakah ibumu yang dipuji dan dikagumi? Tentu saja bukan, tetapi anda sendirilah yang dikagumi dan dipuji dengan kata lain Yesus dipuji oleh wanita yang muncul di tengah kerumunan orang banyak karena Ia mengajar dengan penuh wibawa, karena ia berbicara dengan penuh kuasa sehingga setan-setanpun takluk di hadapanNya. Di sini juga ada indikasi kalau wanita  itu pengan menjadi ibu Yesus, tapi itu tidak bisa.  

Terlepas dari dua macam penafsiran tersebut, itulah konsep pemikiran manusia bahwa kebahagiaan diukur dari aspek fisik atau jasmani. Seperti contoh  karena orang tua yang hebat, karena jabatan yang hebat, karena harta, karena paras yang cantik, ganteng dan lain sebagainya, memang ini tidak salah namum semua tidak menjadi jaminan kebahagiaan sejati. Karena hal tersebut hanya bicara lahiriah saja.

Jawaban Yesus pada ayat 28 sangat kontras atau bertentangan dengan pemikiran umum manusia. Mari kita melihat bersama “Tetapi Ia berkata: Yang bernahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya

Jawaban Yesus kepada wanita tersebut merupakan suatu kalimat negasi atau suatu penyangkalan terhadap pernyataan yang muncul, suatu ungkapan yang mementingkan sesuatu lebih dari pada yang lain.

Dengan kata lain Ayat 28  Yesus membantah pemikiran wanita itu yang mengukur kebahagian dari aspek jasmani dalam arti  Yesus berkata justru jika mau bahagia landasannya adalah: mendengar Firman Tuhan dan memeliharanya.  

Di sini sangat jelas bahwa kunci kebahagian itu terletak dalam hubungan intim kita dengan Tuhan. Perhatikan ayat berikut ini:

Mazmur 1:1-3: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkan taurat itu siang dan malam, ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. 

Mazmur 128:1: Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

 Dari perkataan Yesus dan dari ayat-ayat referensi ini dapat kita katakan bahwa kebahagiaan sejati bukan ditentukan oleh apa yang kita punya dalam aspek jasmani tetapi apa yang kita miliki dari aspek rohani. Ini berarti kebahagian bukan ditentukan karena orang tua yang hebat, karena jabatan yang hebat, karena harta, karena paras yang cantik, memang ini tidak salah namum semua tidak menjadi jaminan kebahagiaan sejati. Karena hal tersebut hanya bicara lahiriah saja.

Ada anak yang memiliki orang tua yang hebat, ada orang yang memiki jabatan yang tinggi, ada orang  harta yang banyak, ada orang yang memiliki paras yang cantik atau face yang tampat tetapi toh tidak bahagia. Bahkan media masa telah meberikan kita informasi ada banyak orang kaya, orang terkenal yang nekad mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri lantaran menghadapi persoalan pelik, ini berarti keberhasilan lahiriah bukan jaminan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan tidak diukur oleh seberapa besar kekayaan dan popularitas yang kita miliki tetapi seberapa intim kita bangun hubungan dengan Tuhan. 

Ada yang berkata begini "Kebahagian bukan terletak pada BENDA melainkan ada di dalam diri kita". Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri, seperti kekayaan, popularitas, dan jabatan. Kebahagiaan sejati bersemi dalam hati, dan memancar keluar; dalam tindakan dan ucapan.



3.   APILIKASI KONGKRIT UNTUK HIDUP ORANG PERCAYA

Siapahah orang yang berbahagian menurut Alkitab? Jawabannya adalah mereka yang mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya. Artinya kesukaan orang dengan Firman Tuhan: merenungkan Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan menjadikan kita bahagia. Mendengar, merenungkan, mempelajari Firman Tuhan siang dan malam. Dengan tekun beribadah, haus rindu mendengar Firman Tuhan membawa kita bahagia. Firman Tuhan yang akan memberikan kita kekuatan dalam menghadapi perkara apapun karena Tuhan jaminkan Dia akan memberikan kekuatan bagi setiap kita (Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku, Filipi 4:13).

Firman Tuhan juga mengajarkan kita untuk tetap mengucap syukur dalam segala hal, tidak hanya ketika mendapat berkat, tapi ketika menghadapi masalah kita harus selalu memperkatakan ucapan syukur (I Tesalonika  5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.) Jadi Tuhan inginkan kita untuk terus mengucap syukur sehingga kebahagiaan sejati dapat kita rasakan di setiap apapun keadaan kita.

Ini bukan berarti uang atau kekayaan, ketenaran atau popularistas, kekuasaan atau jabatan dan prestasi yang tinggi itu tidak penting. Jadi kita tidak boleh mengejar hal-hal tersebut. Penekanan saya adalah kita harus membuat skala prioritas mendenger firman Tuhan dan memelihara adalah yang yang paling penting dalam hidup ini. Sekali lagi perhatikan ayat berikut ini:

Mazmur 1:1-3: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkan taurat itu siang dan malam, ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. 

Artinya hubungan dengan Tuhan merupakan hal penting dalam hidup ini, jika kita ingin menikmati kebahagiaan yang sejati. Percuma jika kita memiliki uang atau kekayaan yang banyak, ketenaran atau popularistas, kekuasaan atau jabatan dan prestasi yang tinggi tetapi hubungan dengan Tuhan rusak sama saja Nol, artinya kebahagian sejati tidak akan kita rasakan lebih dari itu kebahagian kekal juga tidak akan menjadi bagian kita. Ingatlah cerita orang kaya yang malang.

Maukah kita bahagia! Mari kita bangun hubungan yang intim dengan Tuhan yaitu kita harus mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya, memelihara berarti melakukan atau menghidupi dalam keseharian kita. Akhir kata, saya akan menutup renungan ini dengan ayat berikut ini:

Matius 5:5 - “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan”

Soli Deo Gloria
Tuhan memberkati







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

  DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS? By Pdt. Esra El...