Rabu, 07 Juni 2017

Renungan: DI BALIK PERISTIWA KEMATIAN



DI BALIK PERISTIWA KEMATIAN
Filipi 1:20-24


INTRODUCTION

Tema kita pada kali ini adalah “Di Balik Peristiwa Kematian”. Sebelum kita masuk ke dalam perenungan yang lebih mendalam, maka alangkah baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu apa itu kematian. Dalam Alkitab, kematian memiliki empat makna utama, yaitu:

Pertama; Kematian fisik, umumnya menunjukkan pada perhentian fungsi tubuh atau terpisahnya roh atau jiwa dengan raga atau Tubuh (Bdk. 2 Sam 14:14; Ibr. 9:27)

Kedua; Kematian spiritual, menggambarkan keadaan manusia yang tidak mau mendengarkan Allah atau permusuhan dengan Allah karena dosa. (Bdk. Kej 2:17; Mat 8:22; Efs 2:1)

Ketiga; ‘Kematian kedua’ atau kematian kekal, merujuk kepada pemisahan yang permanen dari Allah sebagai ganjaran (red. Akibat) bagi orang-orang yang hidup dalam dosa atau masuk ke neraka (Bdk. Ro 6:23; Why 2:11; Why 20:6; Why 20:14-15; Why 21:8).

Keempat; Mati bagi (red.terhadap) dosa, melibatkan penyangkalan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan dosa, atau berkata “TIDAK TERHADAP DOSA”. (Ro 6:11)

Konsekuensi mati bagi dosa adalah kita harus hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus, dengan kata lain jika kita tidak mati bagi dosa maka kita juga tidak mungkin bisa hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

Berdasarkan teks yang menjadi dasar perenungan kita maka sudah tentu yang menjadi objek pembahasan kita kali ini adalah makna kematian yang pertama yaitu “kematian fisik atau terpisahnya roh atau jiwa dengan raga (red. Tubuh).

1. MAKNA KEMATIAN YANG DIPAPARKAN PAULUS DALAM FILIPI 1:20-24

M. Ali Perajaka SVD dalam tulisannya yang berjudul “Kematian Adalah Guru Kehidupan” mengatakan “Kematian jelas tidak identik dengan kehidupan. Namun apa bila kita berbicara tentang kematian, kita tidak bisa tidak berbicara juga tentang kehidupan. Hidup dan mati adalah dua kenyataan yang terpisah tetapi saling mengandaikan sekaligus. Ada “mati” dan “kematian” kalau ada “hidup” dan “kehidupan”. Dan bisa benar juga sebaliknya, itu kenyataan dan kebenaran umum. Mati dan hidup adalah kenyataan paradoksal. Namun kita semua tahu sesuatu dapat dikatakan telah mati kalau ia pernah hidup sebelumnya. (Dibalik Kematian, Percetakan Offset Arnoldus Ende – Flores: 1988, hal. 11)

Ini artinya semua makhluk hidup tidak akan luput dari kematian.

Dari kenyataan ini dapat kita katakan bahwa kematian merupakan peristiwa yang akan dialami oleh semua manusia (termasuk saudara dan saya). Dengan kata lain manusia yang masih hidup dan berjalan ini seakan-akan sedang berjalan ke kematian. Kapan dia mati tidak bisa dan tidak akan mungkin bisa dirancangkan sebelumnya. Ini adalah persoalan yang sulit dipecahkan dan juga merupakan persoalan yang ditakuti oleh sebagian besar orang.

Para ahli boleh menyingkapkan tabir kematian dari berbagai aspek (red. Sudut pandang), semua usaha tersebut belum cukup menyiapkan orang untuk menerima kematian secara wajar dan bersemangat, artinya kematian tetap menjadi suatu momok (red. Hal yang menakutkan) oleh sebagian besar orang (mungkin kita di antaranya), Bagaimana seharusnya melihat peristiwa kematian?  Inilah yang akan coba saya sampaikan dalam renungan kali ini.

Pada kesempatan ini saya ingin kita belajar dari apa yang diungkapkan oleh rasul Pulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi.

Filipi 1:20-24 – (20) Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sedia kala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, mau pun oleh matiku. (21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (22) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus ku pilih, aku tidak tahu. (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus – itu memang jauh lebih baik; (24) tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

Dari teks ini ada satu kalimat yang cukup menarik perhatian kita, ketika membaca teks ini, yaitu “mati adalah keutungan”. Kalimat ini tidak diucapkan oleh Paulus ketika berada dalam tekanan (seperti orang yang hendak bunuh diri/mengalami putus asa), melainkan Paulus ucapkan dalam keadaan yang ‘tenang’.

“Mati adalah keutungan” adalah kalimat yang luar biasa dikeluarkan oleh Rasul Paulus, hal ini berbeda dengan kebanyakaan orang yang cendrung berkata “aku ingin hidup 1000 tahun lagi.” Pada saat ini sayang ingin mengajak kita melihat makna di balik ungkapan Rasul Paulus.

Pertama; Paulus SANGAT YAKIN ia mati LANGSUNG masuk Sorga, bukannya “tidur” dahulu, atau masuk “tempat penantian (= tempat antara)”.

Filipi 1:23 – Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus – itu memang jauh lebih baik.

Hal senada juga sangat jelas disampaikan oleh Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:8 dimana Rasul Paulus berkata: “.........terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (NIV/NASB: at home with the Lord ( = di rumah bersama Tuhan). Terjemahan hurufiahnya seharusnya adalah: to come home to the Lord (= Pulang ke rumah kepada Tuhan)

Kedua; Paulus SANGAT YAKIN AKAN KESELAMATANNYA, karena ia BERIMAN. Ini menyebabkan ia tidak takut mati, karena ia sadar betul kalau ia mati PASTI masuk sorga.

Filipi 1:23 – Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus– itu memang jauh lebih baik.

Kalimat diam bersama-sama Kristus secara tersirat memberikan keterangan tentang keyakinan Rasul Paulus akan keselamatannya.

Budi Asali mengatakan: “Semua agama di luar Kristen mengandalkan perbuatan baik atau iman dan perbuatan baik. Ini menyebabkan mereka (ditinjau sudut agama mereka sendiri), tidak mungkin bisa YAKIN akan keselamatan mereka. Persoalan mereka adalah: Mereka tidak bisa tahu berapa banyak dosa ataupun perbuatan baik mereka (Eksposisi Filipi 1:20-26)

Kekristenan merupakan agama satu-satunya yang hanya mengandalkan iman untuk memperoleh keselamatan.

Efesus 2:8-9 – (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Ketiga; Rasul Paulus siap untuk mati, kesiapan diri menyangkut kematiannyalah yang menyingkirkan semua bentuk ketakutan terhadap kematian.  Karena orang yang takut mati adalah orang yang tidak siap untuk mati.

Kita bisa melihat hal ini dalam diri para pahlawan dalam arti mereka siap mati sehingga mereka berani (menghilangkan ketakutan) mengorbankan diri.

Filipi 1: 21-23 – (21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (22) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus ku pilih, aku tidak tahu. (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus – itu memang jauh lebih baik.

Dari kalimat ini tidak bisa tidak kita harus berkesimpulan bahwa Rasul Paulus telah siap untuk mati.

Hesron Sihombing  mengatakan: “Paulus tidak lagi memandang kematian sebagai musuh yang perlu ditakuti, tetapi malah sebagai titik transisi menuju semacam kehidupan yang lebih penuh....Bagi Paulus sendiri sebagai sesuatu yang harus dihadapi oleh manusia, maka kematian baginya adalah keuntungan (Filp 1:21). Mengapa? Karena baginya hidup adalah Kristus dan mati serta diam bersama-sama dengan Kristus adalah tidak hanya keuntungan, tetapi jauh lebih baik. Mati baginya berarti diam bersama Kristus” (Artikel – Teologi Paulus Tentang Kematian dan Kebangkitan)

Dengan demikian kesimpulan bagian ini adalah: Kematian bagi orang yang percaya (kepada Kristus) adalah suatu keuntungan (= kebahagiaan) karena kematian adalah situasi batas kehidupan di dunia dan situasi awal kehidupan dalam keabadian dengan kata lain kematian adalah semacam batu loncatan menuju ke rumah Bapa dan dan di sana manusia dapat memperoleh kepenuhan (= kesempurnaan) eksistensinya.

Wahyu 14:13 – “.........Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekaran ini.......”

Tapi di sini kita perlu tahu bahwa adalah wajar jika kita sedih (menangis) karena harus berpisah dengan orang yang kita kasihi, tetapi akan menjadi tidak wajar jika kesedihan itu sampai berlarut-larut, sebab dia yang pergi (yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus) telah bahagia bersama Bapa di sorga.

2. APLIKASI KONGKRIT UNTUK KITA

Pertama; Kematian merupakan fenomena yang sangat umum, ia tidak terjadi pada tempat dan dalam waktu tertentu saja. Ia dapat terjadi pada setiap makhluk yang mengandung daya hidup. Ia dapat terjadi di tempat mana saja, ia dapat datang kapan saja, ia sungguh sebuah fenomena yang pernah ada, sedang dan akan selalu ada di muka bumi ini. Demikian cukup jelas bagi kita bahwa hidup manusia diselimuti oleh bayangan kematian.

Yang ingin saya tekankan di sini adalah “jika hari ini kita melihat sehabat kekasih kita, saudara kekasih kita, yang terbujur kaku ingatlah suatu saat anda dan saya akan mengalami hal yang sama”

Kedua; Kita tidak tahu kapan kita mati. Ada yang berkata begini: “.......Bahwa pada suatu hari aku akan mati tak seorang pun menyangkal; namun paradoksnya bahwa kapan kematian itu tiba tak seorang pun tahu......”. yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri menuju kematian. Bagi mana kita mempersipakan diri mengahadapi kematian? Caranya adalah PERCAYALAH kepada Yesus. Bagaimana cara peracaya kepada Yesus?

Rev. Charles H. Spurgeon mengatakan Percaya kepada Yesus artinya seutuhnya dan sepenuhnya mempercayai Dia sebagai juruselamat, Tuhan, dan penguasa anda, mulai dari sekarang hingga selamanya. (Rev. Chaeles H. Spurgeon, All of Grace, 74)

Pertanyaannya mengapa kita harus percaya kepada Yesus? Rasul Yohanes memaparkan alasan yang mengharuskan kita untuk percaya kepada Yesus.

Yoh 11:25 – Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, Ia akan hidup walaupun ia sudah mati”.

Ketiga (terakhir); Kematian orang-orang yang percaya kepada Kristus adalah kematian yang menguntungkan, mengapa?

Wahyu 14:14 – “.........Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.......”

Filipi 1:21 – Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

Dalam tafsiran Full Life mengatakan bahwa “Orang percaya yang sejati, yang hidup di tengah-tengah kehendak Allah, tidak perlu takut akan kematian, bila itu datang, hanya merupakan akhir tugas mereka di dunia dan awal kehidupan yang lebih indah bersama Kristus. (ww.sabda.com)”

Yang mau saya tekankan di sini adalah alangkah bahagianya saudara seiman kita yang telah mendahului kita, karena kini mereka telah bersama SANG ILAHI.

Bertemu dengan SANG ILAHI adalah kerinduan kita (yang percaya kepada Kristus). Hal inilah yang digambarkan dengan sangat jelas dalam salah satu pujian dari buku Nyanyian Kemenagan Iman No. 303 – “Rumah Bapa”

Ke rumah Bapa Yang senang (1)
Di mana tidak lagi p’rang
Dan tidak sukar dan cela
Ke situ aku rindulah

  Koor  : Sabar (sobatku) dalam susah sukarmu
              Sabar (sobatku) Tuhan ada sertamu
              Sabar (sobatku), sabar (ya, sabar)
              Tuhan b’ri kuat padamu (padamu)

Dan bila jiwaku lelah (2)
Di dalam susah sukarnya
Ku rindu rumah Bapa t’rang
Di mana aku dapat s’nang

Di rumah Bapa Yang kudus (3)
Di mana ada penebus
Yaitu rindu dendangku
Di sana ada Rajaku.

Pesan bagi kita yang masih hidup adalah carilah Tuhan sebelum ajal itu datang.

Yesaya 55:6 – Carilah TUHAN selama Ia berkenan di temui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.

Hidup merupakan kesempatan untuk mencari Tuhan oleh karena itu gunakan hidup ini dengan baik karena menyesal kemudian tidak ada gunanya.

Tuhan memberkati.



Soli Deo Gloria



Amin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS?

  DARIMANA ASAL USUL SANTA CLAUS DAN APA HUBUNGANNYA DENGAN NATAL? BOLEHKAH PERAYAAN NATAL DIISI DENGAN ACARA SANTA CLAUS? By Pdt. Esra El...