DI BALIK PERISTIWA KEMATIAN
Filipi 1:20-24
INTRODUCTION
Tema kita pada kali ini adalah “Di Balik
Peristiwa Kematian”. Sebelum kita masuk ke dalam perenungan yang lebih
mendalam, maka alangkah baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu apa itu
kematian. Dalam Alkitab, kematian memiliki empat makna utama, yaitu:
Pertama; Kematian fisik, umumnya
menunjukkan pada perhentian fungsi tubuh atau terpisahnya roh atau jiwa dengan
raga atau Tubuh (Bdk. 2 Sam 14:14; Ibr. 9:27)
Kedua; Kematian spiritual,
menggambarkan keadaan manusia yang tidak mau mendengarkan Allah atau permusuhan
dengan Allah karena dosa. (Bdk. Kej 2:17; Mat 8:22; Efs 2:1)
Ketiga; ‘Kematian kedua’ atau
kematian kekal, merujuk kepada pemisahan yang permanen dari Allah sebagai
ganjaran (red. Akibat) bagi orang-orang yang hidup dalam dosa atau masuk ke
neraka (Bdk. Ro 6:23; Why 2:11; Why 20:6; Why 20:14-15; Why 21:8).
Keempat; Mati bagi
(red.terhadap) dosa, melibatkan penyangkalan terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan dosa, atau berkata “TIDAK TERHADAP DOSA”. (Ro 6:11)
Konsekuensi mati bagi dosa adalah kita harus
hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus, dengan kata lain jika kita tidak mati
bagi dosa maka kita juga tidak mungkin bisa hidup bagi Allah dalam Kristus
Yesus.
Berdasarkan teks yang menjadi dasar perenungan
kita maka sudah tentu yang menjadi objek pembahasan kita kali ini adalah makna
kematian yang pertama yaitu “kematian fisik atau terpisahnya roh atau
jiwa dengan raga (red. Tubuh).
1. MAKNA KEMATIAN YANG
DIPAPARKAN PAULUS DALAM FILIPI 1:20-24
M. Ali Perajaka SVD dalam tulisannya yang
berjudul “Kematian Adalah Guru Kehidupan” mengatakan “Kematian jelas tidak
identik dengan kehidupan. Namun apa bila kita berbicara tentang kematian, kita
tidak bisa tidak berbicara juga tentang kehidupan. Hidup dan mati adalah dua
kenyataan yang terpisah tetapi saling mengandaikan sekaligus. Ada “mati” dan
“kematian” kalau ada “hidup” dan “kehidupan”. Dan bisa benar juga sebaliknya,
itu kenyataan dan kebenaran umum. Mati dan hidup adalah kenyataan
paradoksal. Namun kita semua tahu sesuatu dapat dikatakan telah mati
kalau ia pernah hidup sebelumnya. (Dibalik Kematian, Percetakan Offset
Arnoldus Ende – Flores: 1988, hal. 11)
Ini artinya semua makhluk hidup tidak akan
luput dari kematian.
Dari kenyataan ini dapat kita katakan bahwa
kematian merupakan peristiwa yang akan dialami oleh semua manusia (termasuk
saudara dan saya). Dengan kata lain manusia yang masih hidup dan berjalan ini
seakan-akan sedang berjalan ke kematian. Kapan dia mati tidak bisa dan tidak
akan mungkin bisa dirancangkan sebelumnya. Ini adalah persoalan yang sulit
dipecahkan dan juga merupakan persoalan yang ditakuti oleh sebagian besar
orang.
Para ahli boleh menyingkapkan tabir kematian
dari berbagai aspek (red. Sudut pandang), semua usaha tersebut belum cukup
menyiapkan orang untuk menerima kematian secara wajar dan bersemangat, artinya
kematian tetap menjadi suatu momok (red. Hal yang menakutkan) oleh sebagian
besar orang (mungkin kita di antaranya), Bagaimana seharusnya melihat peristiwa
kematian? Inilah yang akan coba saya sampaikan dalam renungan kali ini.
Pada kesempatan ini saya ingin kita belajar
dari apa yang diungkapkan oleh rasul Pulus dalam suratnya kepada jemaat di
Filipi.
Filipi 1:20-24 – (20) Sebab yang
sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan
beroleh malu, melainkan seperti sedia kala, demikian pun sekarang, Kristus
dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, mau pun oleh
matiku. (21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. (22) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu
berarti bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus ku pilih, aku tidak tahu.
(23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus
– itu memang jauh lebih baik; (24) tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia
ini karena kamu.
Dari teks ini ada satu kalimat yang cukup
menarik perhatian kita, ketika membaca teks ini, yaitu “mati adalah
keutungan”. Kalimat ini tidak diucapkan oleh Paulus ketika berada
dalam tekanan (seperti orang yang hendak bunuh diri/mengalami putus asa),
melainkan Paulus ucapkan dalam keadaan yang ‘tenang’.
“Mati
adalah keutungan”
adalah kalimat yang luar biasa dikeluarkan oleh Rasul Paulus, hal ini berbeda
dengan kebanyakaan orang yang cendrung berkata “aku ingin hidup 1000 tahun lagi.” Pada saat ini sayang ingin
mengajak kita melihat makna di balik ungkapan Rasul Paulus.
Pertama; Paulus SANGAT YAKIN ia
mati LANGSUNG masuk Sorga, bukannya “tidur” dahulu, atau masuk “tempat
penantian (= tempat antara)”.
Filipi 1:23 – Aku didesak dari dua
pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus – itu
memang jauh lebih baik.
Hal senada juga sangat jelas disampaikan oleh
Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:8 dimana Rasul Paulus berkata:
“.........terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”
(NIV/NASB: at home with the Lord ( = di rumah bersama Tuhan). Terjemahan
hurufiahnya seharusnya adalah: to come home to the Lord (= Pulang ke rumah
kepada Tuhan)
Kedua; Paulus SANGAT YAKIN
AKAN KESELAMATANNYA, karena ia BERIMAN. Ini menyebabkan ia tidak takut mati,
karena ia sadar betul kalau ia mati PASTI masuk sorga.
Filipi 1:23 – Aku didesak dari dua
pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus– itu memang
jauh lebih baik.
Kalimat diam bersama-sama Kristus secara
tersirat memberikan keterangan tentang keyakinan Rasul Paulus akan
keselamatannya.
Budi Asali mengatakan: “Semua
agama di luar Kristen mengandalkan perbuatan baik atau iman dan perbuatan baik.
Ini menyebabkan mereka (ditinjau sudut agama mereka sendiri), tidak mungkin
bisa YAKIN akan keselamatan mereka. Persoalan mereka adalah: Mereka tidak bisa
tahu berapa banyak dosa ataupun perbuatan baik mereka (Eksposisi Filipi
1:20-26)
Kekristenan merupakan agama satu-satunya yang
hanya mengandalkan iman untuk memperoleh keselamatan.
Efesus 2:8-9 – (8) Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan
ada orang yang memegahkan diri.
Ketiga; Rasul Paulus siap untuk
mati, kesiapan diri menyangkut kematiannyalah yang menyingkirkan semua bentuk
ketakutan terhadap kematian. Karena orang yang takut mati adalah orang
yang tidak siap untuk mati.
Kita bisa melihat hal ini dalam diri para
pahlawan dalam arti mereka siap mati sehingga mereka berani (menghilangkan
ketakutan) mengorbankan diri.
Filipi 1: 21-23 – (21) Karena bagiku
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (22) Tetapi jika
aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bekerja memberi buah. Jadi mana yang
harus ku pilih, aku tidak tahu. (23) Aku didesak dari dua pihak: aku
ingin pergi dan diam bersama-sama Kristus – itu memang jauh lebih baik.
Dari kalimat ini tidak bisa tidak kita harus
berkesimpulan bahwa Rasul Paulus telah siap untuk mati.
Hesron Sihombing mengatakan: “Paulus
tidak lagi memandang kematian sebagai musuh yang perlu ditakuti, tetapi malah
sebagai titik transisi menuju semacam kehidupan yang lebih penuh....Bagi Paulus
sendiri sebagai sesuatu yang harus dihadapi oleh manusia, maka kematian baginya
adalah keuntungan (Filp 1:21). Mengapa? Karena baginya hidup adalah Kristus dan
mati serta diam bersama-sama dengan Kristus adalah tidak hanya keuntungan,
tetapi jauh lebih baik. Mati baginya berarti diam bersama Kristus” (Artikel –
Teologi Paulus Tentang Kematian dan Kebangkitan)
Dengan demikian kesimpulan bagian ini adalah:
Kematian bagi orang yang percaya (kepada Kristus) adalah suatu keuntungan (=
kebahagiaan) karena kematian adalah situasi batas kehidupan di dunia dan
situasi awal kehidupan dalam keabadian dengan kata lain kematian adalah semacam
batu loncatan menuju ke rumah Bapa dan dan di sana manusia dapat memperoleh
kepenuhan (= kesempurnaan) eksistensinya.
Wahyu 14:13 –
“.........Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekaran
ini.......”
Tapi di sini kita perlu tahu bahwa adalah wajar
jika kita sedih (menangis) karena harus berpisah dengan orang yang kita kasihi,
tetapi akan menjadi tidak wajar jika kesedihan itu sampai berlarut-larut, sebab
dia yang pergi (yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus) telah bahagia bersama
Bapa di sorga.
2. APLIKASI KONGKRIT
UNTUK KITA
Pertama; Kematian merupakan
fenomena yang sangat umum, ia tidak terjadi pada tempat dan dalam waktu
tertentu saja. Ia dapat terjadi pada setiap makhluk yang mengandung daya hidup.
Ia dapat terjadi di tempat mana saja, ia dapat datang kapan saja, ia sungguh
sebuah fenomena yang pernah ada, sedang dan akan selalu ada di muka bumi ini.
Demikian cukup jelas bagi kita bahwa hidup manusia diselimuti oleh bayangan
kematian.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah “jika hari ini kita melihat sehabat kekasih
kita, saudara kekasih kita, yang terbujur kaku ingatlah suatu saat anda dan
saya akan mengalami hal yang sama”
Kedua; Kita tidak tahu kapan
kita mati. Ada yang berkata begini: “.......Bahwa pada suatu hari aku akan mati
tak seorang pun menyangkal; namun paradoksnya bahwa kapan kematian itu tiba tak
seorang pun tahu......”. yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri
menuju kematian. Bagi mana kita mempersipakan diri mengahadapi kematian?
Caranya adalah PERCAYALAH kepada Yesus. Bagaimana cara peracaya kepada Yesus?
Rev. Charles H. Spurgeon mengatakan Percaya
kepada Yesus artinya seutuhnya dan sepenuhnya mempercayai Dia sebagai
juruselamat, Tuhan, dan penguasa anda, mulai dari sekarang hingga selamanya.
(Rev. Chaeles H. Spurgeon, All of Grace, 74)
Pertanyaannya mengapa kita harus percaya kepada
Yesus? Rasul Yohanes memaparkan alasan yang mengharuskan kita untuk percaya
kepada Yesus.
Yoh 11:25 – Jawab Yesus: “Akulah
kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, Ia akan hidup
walaupun ia sudah mati”.
Ketiga (terakhir); Kematian orang-orang
yang percaya kepada Kristus adalah kematian yang menguntungkan, mengapa?
Wahyu 14:14 –
“.........Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang
ini.......”
Filipi 1:21 – Karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Dalam tafsiran Full
Life mengatakan
bahwa “Orang percaya yang sejati, yang hidup di tengah-tengah kehendak Allah,
tidak perlu takut akan kematian, bila itu datang, hanya merupakan akhir tugas
mereka di dunia dan awal kehidupan yang lebih indah bersama Kristus. (ww.sabda.com)”
Yang mau saya tekankan di sini adalah alangkah
bahagianya saudara seiman kita yang telah mendahului kita, karena kini mereka
telah bersama SANG ILAHI.
Bertemu dengan SANG ILAHI adalah kerinduan kita
(yang percaya kepada Kristus). Hal inilah yang digambarkan dengan sangat jelas
dalam salah satu pujian dari buku Nyanyian Kemenagan Iman No. 303 – “Rumah
Bapa”
Ke rumah Bapa Yang senang (1)
Di mana tidak lagi p’rang
Dan tidak sukar dan cela
Ke situ aku rindulah
Koor : Sabar
(sobatku) dalam susah sukarmu
Sabar (sobatku) Tuhan ada sertamu
Sabar (sobatku), sabar (ya, sabar)
Tuhan b’ri kuat padamu (padamu)
Dan bila jiwaku lelah (2)
Di dalam susah sukarnya
Ku rindu rumah Bapa t’rang
Di mana aku dapat s’nang
Di rumah Bapa Yang kudus (3)
Di mana ada penebus
Yaitu rindu dendangku
Di sana ada Rajaku.
Pesan bagi kita yang masih hidup adalah carilah
Tuhan sebelum ajal itu datang.
Yesaya 55:6 – Carilah TUHAN selama
Ia berkenan di temui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.
Hidup merupakan kesempatan untuk mencari Tuhan
oleh karena itu gunakan hidup ini dengan baik karena menyesal kemudian tidak
ada gunanya.
Tuhan memberkati.
Soli Deo Gloria
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar